Jangan Nyinyir Terhadap Media Islam dan Netizen Muslim

Kiev, Ukraine - May 20, 2013 - Hand pointing on keyboard with social media logotype collection of well-known social network brand's placed on keyboard buttons. Include Facebook, YouTube, Twitter, Google Plus, Instagram and more other logos.

Perkembangan era digital semakin massif dan super cepat tak pelak mengubah gaya hidup sebagian masyarakat, kebutuhan informasi kini dengan mudah diakses hanya lewat genggaman tangan mereka.

Kehadiran teknologi informasi disamping memberikan kemudahan dan keleluasaan bagi masyarakat dalam memilih informasi serta kebutuhan yang diinginkan ternyata juga memberikan efek sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Revolusi digital yang kini tengah berkembang pesat membawa konsekuensi masyarakat harus bisa menyesuaikan dengan piranti teknologi yang terus berakselerasi, kebutuhan informasi secara cepat menjadi sebuah kebutuhan primer bagi masyarakat postmodern saat ini.

Hal ini membawa pergeseran para pelaku industri media untuk beralih ke media digital atau kini yang sedang “in” lewat media online, dengan modal capital yang besar mereka menggarap serius pasar media online ini.

Tak kadang informasi dan pemberitaan kemudian dimonopoli oleh koorporasi media mainstream yang menyuguhkan pemberitaan sesuai dengan selera mereka terutama mengikuti selera pemilik modal media – media tersebut

Menjadi rahasia umum pemilik modal media – media besar adalah para taipan dan didominasi oleh non muslim, sebuah fakta yang harus kita terima bahwa ummat islam belum bisa menguasai simpul – simpul ekonomi termasuk dalam industri media.

Akibatnya acap kali pemberitaan media – media mainstream tersebut merugikan ummat islam dan sangat jarang memberitakan hal – hal positif yang dilakukan oleh ummat islam maupun ormas islam di negri ini.

Kehadiran media – media online islam memberi angin segar ummat islam khususnya yang aktif di dunia maya mendapatkan alternative saluran pemberitaan mengenai perkembangan islam dan kondisi ummat islam.

Walapun kehadiran mereka berbarengan dengan munculnya juga media – media online umum yang subur bak jamur di musim hujan yang terkadang media – media online ini menyajikan pemberitaan yang kurang akurat bahkan hoax, nah disini perlu kedewasaan user untuk memilih dan memilah pemberitaan dari media – media tersebut.

Namun jangan lupa juga kita perlu memberi apresiasi kehadiran media – media online islam atau yang digagas oleh ummat islam karena telah memberikan dimesi baru kepada masyarakat sebagai sebuah alternatif media untuk mengetahui peristiwa yang terjadi khususnya ummat islam sehingga kita tidak melulu dicekoki pemberitaan satu arah dari media – media mainstream yang seperti kami paparkan diatas acapkali kurang objektif terhadap posisi ummat islam.

Sikap objektif itu perlu kita kedepankan di tengah keterbasan modal dan resources namun kehadiran media – media online islam ini mencoba memberikan sebuah informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh ummat islam.

Jangan kemudian seperti postingan media online (yang baru muncul) mengatakan tentang perilaku ummat islam dalam media sosial termasuk media – media online masih jauh dari ideal

Kritik itu tetap perlu namun harus objektif dan proporsional bukan malah berwujud sikap garang terhadap media – media islam ketika mereka kurang akurat menyajikan berita kemudian atas nama kode etik jurnalistik menghakimi media – media islam dengan sinis dan nyinyir bahkan tidak memberi satupun apresiasi terhadap media – media islam tersebut.

Ini menjadi anomali ketika mereka lantang berteriak mengkritik terhadap rekam jejak media – media islam namun diam seribu bahasa ketika berhadapan dengan media – media mainstream yang didominasi kaum sekuler.

Apa hebatnya sebuah media yang hanya berani bersuara ke dalam tapi selalu gagap diam seribu bahasa ketika media – media mainstream melakukan kekeliruan bahkan memutarbalikan fakta yang merugikan posisi ummat islam.

Ini perlu ditekankan agar kita tidak menjadi ummat yang memiliki mentalitas inferior tak punya nyali melawan arus pemberitaan mainstream namun lebih sibuk mencari kesalahan ummat islam.

Dalam tulisan tersebut salah satunya mengkritik pemberitaan tentang pengerusakan rumah salah satu tokoh muhammadiyah, yang menurut mereka hanyalah peristiwa kriminal biasa kemudian menuduh media – media online islam “menggoreng” isu tersebut menjadi peristiwa yang menyeramkan sebagai sebuah “Teror”.

Apapun tindakan yang menyerang tokoh ummat islam kemudian ditambah lagi fakta yang ditemukan terdapat ancaman dan penghinaan terhadap simbol – simbol islam adalah sebuah peristiwa yang serius dan tidak boleh dianggap remeh, berbagai eksponen muda Muhammadiyah juga langsung bergerak menagamankan kediaman tokoh muhammadiyah serta mendesak aparat keamanan mengusut tuntas pelaku dan motif aksi tersebut.

Kalaulah penulis tersebut menilai itu hal yang biasa ya terserahlah, tapi jangan kemudian memvonis media – media online islam telah “menggoreng” isu, sikap macam apa seperti ini yang tidak berempati dan tidak menghormati perbedaan cara pandang terhadap sebuah peristiwa. Apakah sikap Angkatan Muda Muhammadiyah juga dinilai sikap yang berlebih – lebihan dalam mengamankan rumah tokoh muhammadiyah yang mengalamai pengerusakan?

Hal ini menegaskan kritik yang dilontarkan terhadap media – media online islam tidak berdasar , subjektif dan merasa paling benar sendiri sehingga menafikkan keragaman cara pandang melihat kasus tersebut.

Dalam tulisan tersebut menekankan sikap tabayun sebelum menyebarkan sebuah berita, yang menjadi pertanyaan kami apa penulis sudah melakukan tabayun kepada media – media online islam ? atau hal tersebut hanya penilaian sepihak penulis yang bahkan cenderung memfitnah media – media online islam kerap menyebarkan berita Hoax ke publik tanpa dijelaskan parameter apa yang diapakai penulis membuat kesimpulan seperti itu di tulisannya.

Sekali lagi media – media islam online harus kita dukung untuk berkembang dan kritik tetap perlu disampaikan dengan objektif dan proporsional jangan kemudian kritik itu justru untuk menghakimi media – media online islam secara serampangan dan tidak bertanggungjawab

Kemudian kritik terhadap etika bermedsos ummat islam yang mengkhawatirkan itu juga harus dipandang sebagai pendapat pribadi yang belum bisa dibuktikan secara empirik.

Apakah berdasar hasil survey atau penelitian sehingga bisa menarik kesimpulan ummat islam yang menjadi stressing point kurang beretika dalam menggunakan media sosial

Karena fenomena membroadcast informasi ke publik itu terjadi di semua lapisan masyarakat seluruh dunia seiring semakin mudahnya orang mengakses teknologi informasi.

Mari kita jadikan era postmodernisme ini sebagai lahan perjuangan dalam hal ini di dunia maya sudah sepantasnya semua potensi media online islam bersinergi bukan malah sibuk mencari kekurangan dan menghakimi pihak lainnya.

Sangpencerah.com di awal kehadirannya juga sebagai wujud kerisauan masih minimnya media online islam khususnya media online yang berafiliasi dengan gerakan muhammadiyah sehingga kemudian muncul sebagai media online ummat islam umumnya dan terutama warga muhammadiyah.

Kehadiran sangpencerah.id juga memberikan alternatif sumber berita yang terkadang tidak dicover oleh media – media mainstream, salah satunya adalah ketika proses advokasi dan otopsi Siyono korban salah prosedur Densus 88, media ini menjadi corong terdepan mengabarkan perkembangan berita tersebut yang kemudian dikutip dan dijadikan rujukan oleh media – media lainnnnya termasuk oleh republika (rol.co.id)

Kehadiran sangpencerah.id juga bukannya tanpa cela, tentunya saran dan kritik yang membangun tetap kami terima dan menjadi modal dalam perbaikan kami ke depan.

Dalam rapat kerja Majelis Pustaka Informasi PP Muhammadiyah, Ketua MPI Bapak Muchlas juga dalam pidatonya memberikan apresiasi terhadap keberadaan sangpencerah.id walaupun kami bukanlah media yang terafiliasi secara struktural namun lebih kepada media yang dilahirkan oleh gerakan kultural muhammadiyah.

Ke depan kerja – kerja media tetap dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang islam dan keummatan kepada para netizen, dan seiring kini banyaknya muncul media – media online islam khususnya media online muhammadiyah sangat kita apresiasi sehingga menambah khasanah sumber informasi.

Fastabiqul Khairat
Arief Rahman
CEO sangpencerah.id