Hafal Al Qur’an, Gadis Tuna Netra Panti Aisyiyah Ini Ingin Lanjut Menghafal Hadist

Ayu Fajar Lestari bersama Ustad Yusuf Mansur

SangPencerah.com- Beberapa hari yang lalu, tepatnya 4 Sya’ban 1437H/11 Mei 2016, Ustadz Yusuf Mansur bertemu dengan jagoan tahfizh baru. Ayu Fajar Lestari namanya. Mungkin kita tidak akan pernah menyangka, di balik fisiknya yang tidak sempurna, Ayu memiliki kelebihan yang luar biasa. Gadis kelahiran Kediri, 27 April tahun 2000 ini merupakan penghafal Alquran.

Malam itu, di hadapan ribuan jamaah di Masjid Agung Ponorogo, Ustadz Yusuf Mansur menguji hafalan Ayu dengan beberapa cara. Pertama dengan tes sebut nomor ayat, baca surat Alfatihah dari belakang, sambung ayat, membaca ayat-ayat ganjil dari beberapa surat, hingga kosa kata, semuanya bisa Ayu lalui.

“Kemampuan kayak gini langka, tapi bukan berarti tidak bisa dipelajari,” kata Ustadz Yusuf Mansur. Beberapa hari yang lalu, tepatnya 4 Sya’ban 1437H/11 Mei 2016, Ustadz Yusuf Mansur bertemu dengan jagoan tahfizh baru. Ayu Fajar Lestari namanya. Mungkin kita tidak akan pernah menyangka, di balik fisiknya yang tidak sempurna, Ayu memiliki kelebihan yang luar biasa. Gadis kelahiran Kediri, 27 April tahun 2000 ini merupakan penghafal Alquran.

Malam itu, di hadapan ribuan jamaah di Masjid Agung Ponorogo, Ustadz Yusuf Mansur menguji hafalan Ayu dengan beberapa cara. Pertama dengan tes sebut nomor ayat, baca surat Alfatihah dari belakang, sambung ayat, membaca ayat-ayat ganjil dari beberapa surat, hingga kosa kata, semuanya bisa Ayu lalui.

“Kemampuan kayak gini langka, tapi bukan berarti tidak bisa dipelajari,” kata Ustadz Yusuf Mansur.

Berdasarkan kisah sang ibu, Ayu mengaku, sejak usia dua tahun ia sudah minta diajari mengaji, namun saat itu sang ibu mengatakan jika Ayu tidak bisa mengaji dengan anak-anak lain karena khawatir akan dijahili.

“Ibu saya membeli juz amma kemudian mengajariku beserta artinya, tapi sampai surat Al-Quraisy ibu sibuk dan tidak bisa lagi mengajar saya, akhirnya nenek menggantikan ibu mengajari saya, langsung dari surat Al-Baqarah. Begitu seterusnya sampai selesai,” ungkap Ayu.

Kemampuan yang didapatkan Ayu tidak lepas dari peran sang nenek yang dengan sabar selalu mengajarinya. Padahal, sang nenek tidak bisa membaca tulisan Arab. Selama ini, ia mengaku mengajarkan Ayu menggunakan Alquran latin.

Metode yang digunakan Ayu untuk menghafal Alquran pun cukup mudah, ketika masuk surat, nama surat disebutkan, kemudian turun surat dan disebutkan jumlah ayat, butir-butir ayat, satu persatu dihafalkan. Biasanya, tiga kali dibacakan Ayu sudah hafal, namun apabila suratnya panjang bisa sampai lima kali. Begitu seterusnya sampai selesai.

“Ayat Alquran banyak yang sama. Susah buat yang kayak Ayu kalau enggak menghafal dengan nomornya sekalian,” ungkap nenek yang sehari-hari bekerja serabutan ini.

Kekurangan yang ia miliki tidak menjadikannya minder, di lingkungan sekitar, Ayu dikenal sebagai sosok yang semangat, ceria, dan suka bergaul. SMPLB Asiyiyah, tempat Ayu menuntut ilmu juga mengakui jika Ayu termasuk murid yang berprestasi, terbukti dari nilai-nilai raportnya yang selalu memuaskan. Selain itu, Ayu juga sering mengikuti lomba tilawah tahfidzul Quran tingkat kabupaten/kota, dan tingkat provinsi Jawa Timur.

Prestasi yang dimiliknya tidak lantas membuat Ayu berpuas diri. Ketika sudah hafal 18 Juz, Ayu memiliki keinginan untuk mengajar Alquran, khususnya untuk penyandang difabel netra. Keinginan tersebut kemudian Ayu kemukakan kepada sang nenek. Sang nenek mengaku sempat kebingungan karena harus menashihkan tajwidnya.

Beruntung, ada seorang pengasuh Pondok Pesantren Al-Baqoroh Lirboyo, Kediri, bernama Nur Hanah yang dengan telaten membenarkan bacaan-bacaan Ayu dan menjelaskan beberapa hukum tajwid. Usahanya tidak sia-sia, di tahun 2012, Ayu dinyatakan lulus dan sanad.

Masih di tahun yang sama, Ayu mengikuti workshop difable di Malang. Di sana Ayu bertemu dengan Nabil Gholi Azumi, santri dari Panti Tunanetra Terpadu ‘Aisyiyah Ponorogo dan Ema, Guru SLBA ‘Aisyiyah Ponorogo. Pertemuan ini membuat Ayu termotivasi untuk melanjutkan SMP di Ponorogo. Dibantu oleh (Almarhum) Lastri, akhirnya Ayu bisa melanjutkan sekolah di sana.

Ketika masih bersekolah di TK RA Al Ikhsan Kediri, dan SD SLB Bakti Pemuda Kediri, setiap hari, Ayu berangkat ke sekolah diantar ayahnya naik sepeda, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit. Kini, Ayu tinggal di Panti Asuhan Tunanetra Terpadu ‘Aisyiyah Ponorogo, sejak 4 Agustus 2014.

Ayu mengaku akan terus belajar mendalami Alquran. Bahkan, dalam dua tahun ke depan, Ayu ingin menghafal shahih Bukhari dan Muslim lengkap dengan nomor hadits, sanad, perawi, dan matannya.

Tidak lupa, Ayu berpesan kepada anak-anak muda Indonesia agar terus belajar, jangan mudah putus asa. Kuatkan niat, jauhi hal-hal yang bersifat mengendorkan hafalan Alquran. Jangan mudah terpengaruh oleh dampak negatif di era globalisasi (sp/yusufmansyur.com)