Resmi Dilantik, Muhammadiyah Dan Aisyiyah Pati Terus Dampingi Pelaku Prostitusi

SangPencerah.com- Muhammadiyah, menurut Muhammad Asnawi Sag, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pati memiliki identitas sebagai gerakan tajdid atau gerakan pembaharuan. “Pembaharuan di sini adalah pembaharuan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat , baik itu bidang ekonomi, kesehatan, sosial, ataupun bidang pemikiran. Maka Kota Pati yang berkemajuan yang diharapkan oleh Muhammadiyah setidaknya adalah kota yang maju dalam beberapa bidang tersebut, sehingga layak kiranya julukan Pati sebagai kota pensiunan kurang perlu untuk disematkan lagi. Apalagi julukan terbaru bahwa Pati sebagai Kota Karaoke , sungguh ironi dan aib besar bagi masyarakat Pati”, tuturnya di sela-sela acara Pelantikan PDM dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Pati di Pendopo Kabupaten, Sabtu (16/4).

Dalam kesempatan itu, mantan Ketua Pimpinan daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Pati ini juga memaparkan tema besar yang diusung Muhammadiyah dalam Musyawarah Daerah (Musyda) (PDM) Kabupaten Pati kali ini. “Temanya adalah Gerakan Pencerahan Menuju Pati yang Berkemajuan. Tema itu bukan sekedar jargon semata, tapi hal itu menjadi pekerjaan besar yang harus ditunaikan”, imbuhnya.

Muhammadiyah, lanjut Asnawi, merupakan Gerakan Dakwah Islam Amar ma’ruf Nahi Munkar yang berlandaskan al-Qur’an dan As-Sunnah yang semestinya bisa menghadirkan kema’rufan, pencerahan akal, jiwa, dan pikiran manusia sehingga mereka tertuntun di jalan cahaya-Nya sekaligus dapat mengenyahkan ragam kemaksiatan dan kemungkaran, meskipun terkadang bertopeng karaoke dan hiburan semacamnya.

“Sudah kita ketahui bersama , berapa banyak pesantren yang tersebar di Kota Pati dan berapa banyak tokoh-tokoh ulama tingkat nasional yang muncul di Pati. Maka sepertinya ada human error yang terjadi”, tutur bendahara Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pati ini.

Menurutnya, ada kebekuan birokrasi antar lini pemerintahan sehingga Perda yang semestinya tinggal dijalankan malah menjadi tarik ulur. “Belum lagi masalah radikalisme beragama, atau paham-paham keagamaan yang menyimpang dari koridor syari’ah dan akutnya pengguna narkoba, menjadikan permasalahan Pati kian kompleks”, lanjutnya..

Adapun proses Musyda dalam Muhammadiyah, menurut Asnawi, merupakan sebuah dinamika. Dinamika organisasi membutuhkan perkaderan pimpinan untuk melanjutkan, menghidupkan, dan menggerakkan roda persyarikatan.

“Cita-cita dan harapan Muhammadiyah ada di atas pundak pimpinan yang baru , harapan untuk lebih banyak berkiprah, menghadirkan kemanfaatan dan kemaslahatan umat. Tentunya ditunjang oleh adanya support, spirit, dan motivasi seluruh warga Muhammadiyah., khususnya dan masyarakat pada umumnya”, tuturnya.

Menurut Asnawi, paling tidak ada tigal hal yang menjadi prioritas program organisasi yaitu penguatan persyarikatan sebagai organisasi dakwah, penguatan ideologi Muhammadiyah dalam berbagai amal usaha Muhammadiyah dan optimalisasi majlis dan lembaga.

Terkait Perda Kepariwisataan, menurut PNS Kantor Kemenag Pati ini sebenarnya hal itu sudah jelas. “:Artinya para pengusaha karaoke telah mengabaikan regulasi yang ada. Pokok masalah sebenarnya hanya pada sisi eksekusi yang berada di tangan penegak hokum”, ungkap penyuluh Agama Islam Kantor kemenag ini.

Asnawi menilai mereka belum serius, masih setengah hati dalam nengambil sikap. “Latar belakang adanya kepentingan pribadi atau kelompok tertentu menjadi salah satu penghalang penegakan regulasi tersebut”, imbuhnya.

Muhammadiyah, lanjutnya, akan mendorong pihak Kapolres dan Kodim untuk berada pada garda terdepan, didukung penuh kekuatan massa dari ormas-ormas keagamaan di kab. Pati guna menpertajam proses eksekusi setiap tindak pelanggaran, terutama karaoke yang masih nekat buka.

Sementara itu, Hj Lintalmuna MAg, Ketua PD ‘Aisyiyah Kabupaten Pati periode 2015-2020 memiliki cara tersendiri dalam menyikapi fenomena sosial prostitusi lewat karaoke, salon plus-plus, maupun yang ada di Lorong Indah. Pada periode kedua kepemimpinannya, Lintalmuna akan melanjutkan program kerja periode sebelumnya yaitu dengan langsung ke lapangan melakukan pendekatan ke para pekerja seks komersil di kawasan Lorong Indah. “Kami bahkan sudah berhasil menyelenggarakan pengajian di Lorong Indah”, ungkap Kepala SMP Muhammadiyah 1 Pati ini.

Menurutnya, ormas yang dipimpinnya sudah saling berbagi tugas. “Di ‘Aisyiyah juga ada Majelis Hukum dan HAM yang ikut mengawal penegakan Perda di tingkat elite. Nah, untuk level grassroot kami juga siap bergerilya lagi untuk mengajak teman-teman kita kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT”, tuturnya.

Ia mengaku optimis bahwa suatu ketika mereka akan kembali hidup normal di tengah-tengah masyarakat. “ Sebab, latar belakang mereka menjadi penghuni kompleks LI antara satu dan lainnya tentu berbeda. Karena itu, sentuhan paling tepat adalah lewat pengajian agar nurani mereka sebagai perempuan tidak kering. Sebab, jiwa seseorang yang kering tentu akan cenderung melakukan perbuatan menyimpang dari tatanan sosial yang berlaku di tengah-tengah masyarakat”, ungkap istri dari Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Pati ini.

Lintalmuna pun mengaku tidak membeda-bedakan dalam memberikan pembelajaran mengaji, meskipun yang harus diberikan pembelajaran tersebut adalah para perempuan penghuni kompleks lokalisasi.  “Sebab, namanya makhluk manusia adalah sama di depan Allah SWT karena yang membedakan adalah besar kecilnya kadar ibadah dan amalan mereka Masalahnya, manusia hidup itu tidak sendiri sehingga harus mempunyai kepedulian terhadap sesama, sehingga saling mengingatkan itu wajib hukumnya”, lanjutnya.

Di bawah kepemimpinannya, Lintalmuna berharap ‘Aisyiyah  bisa semakin dikenal sebagai organisasi yang selalu siap berkolaborasi dengan ormas lain dan juga  pemerintah untuk bersama-sama bersinergi mewujudkan Gerakan Pencerahan Menuju Pati yang Berkemajuan.(redaksi)