Din Syamsuddin Meminta Polri Memahami Sikap Muhammadiyah

Prof.Din Syamsuddin

SangPencerah.com- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah (2005-2015) Din Syamsudin meminta masyarakat,  pemerintah khususnya Polri untuk memahami langkah yang diambil PP Muhammadiyah guna mendampingi keluarga terduga teroris, Siyono.

“Sebagai mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, saya meminta masyarakat dan pemerintah memahami langkah Muhammadiyah dalam melakukan advokasi dengan keluarga Siyono,” katanya setelah meresmikan Fakultas Kedokteran di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Kamis (14/4/2016).

Ia mengatakan keluarga Siyono meminta pendampingan kepada Muhammadiyah untuk melaporkan kematian Siyono ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) karena sebelum meninggal, Siyono terlebih dahulu ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror.

“Langkah Muhammadiyah merupakan sesuatu yang wajar dan harus diambil. Keluarga Siyono menanyakan penyebab kematian Siyono karena adanya perbedaan versi dari hasil visum Polri dengan tim independen PP Muhammadiyah,” jelasnya.

Menurut hasil visum Polri, Siyono tewas setelah terkena benda tumpul di kepalanya akibat melakukan perlawanan, namun tim forensik independen dari PP Muhammadiyah menyimpulkan Siyono tewas karena patah tulang di bagian dada yang mengarah ke jaringan jantung.

“Sejak awal Muhammadiyah selalu mengecam terorisme karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai agama, namun perang melawan terorisme tidak bisa dilakukan dengan cara kekerasan, agar tidak menyuburkan radikalisme yang menjadi bibit terorisme itu sendiri,” jelasnya.

Menurut dia, dalam memerangi terorisme, masyarakat dan aparat tidak selayaknya menggunakan cara-cara teroris, sehingga ia meminta masyarakat agar menghormati apa yang sedang terjadi, terlebih hasilnya juga sudah diketahui.

“Misalnya kita menghilangkan nyawa seorang terduga teroris tanpa proses hukum, kemudian membuat marah setidaknya 20 orang di lingkungan sekitarnya, maka akan muncul pelaku teror lainnya,” jelasnya.

Sebelumnya, Kepolisian mengklaim Siyono meninggal setelah berkelahi dengan anggota Detasemen Khusus 88/ Antiteror dan menyatakan Siyono tewas akibat perdarahan di kepala yang disebabkan benturan dengan benda tumpul.

Selain itu, hasil autopsi juga menunjukkan ada memar di bagian belakang tubuh seperti bersandar pada permukaan keras. Namun, baik PP Muhammadiyah maupun Komnas HAM menyatakan jenazah Siyono mengalami patah di lima iga bagian kiri, patah satu iga bagian kanan, dan tulang dada yang patah akibat benda tumpul di rongga dada mengarah ke jaringan jantung. (sp/okz)