RSIA Muhammadiyah Probolinggo Berhasil Tangani Kelahiran Bayi Jumbo

sang bayi jumbo

SangPencerah.comSang Pencipta siapa yang tahu? Pasangan suami istri (pasutri) Zubaidah dan Handi asal Kanigaran, Kota Probolinggo, sedang berbahagia. Mereka baru dikaruniai putra kedua yang istimewa, mempunyai berat lahir jumbo, 6,1 kg.

Suasana di ruang bayi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Muhammadiyah Kota Probolinggo, Kamis, awal Februari lalu ramai. Sejumlah perawat sibuk merawat lima bayi yang ditempatkan di ruangan itu.

Dari lima bayi itu, ada satu bayi yang sangat menarik perhatian. Sebab, bayi itu terlahir jauh lebih besar bila dibandingkan bayi-bayi pada umumnya.

Bayi laki-laki itu mempunyai berat lahir 6,1 kg dengan panjang 61 cm saat pertama kali dilahirkan. Bayi itu dilahirkan oleh Zubaidah, 39, warga Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, lewat operasi caesar di RSIA Muhammadiyah, sekitar pukul 07.54.

Zubaidah sendiri saat ditemui Radar Bromo, terlihat masih lemah. Menurutnya, selama proses kehamilannya tidak ada permasalahan sama sekali dengan kesehatannya. “Makan juga seperti biasa. Tidak ada makanan khusus yang saya konsumsi. Ya, sewajarnya saja,” ujarnya.

Dia mengaku terakhir kali periksa ke dokter pada Senin (1/2). Dari hasil USG, sejatinya dokter sudah memperkirakan bahwa bayinya bakal terlahir dengan ukuran jumbo. “Perkiraan dokter sekitar 4 kg, tapi ternyata lahirnya 6,1 kg,” tuturnya.

Zubaidah juga mengaku kaget dengan berat bayi yang dilahirkan. Namun, melahirkan bayi jumbo baginya bukanlah yang pertama kali. “Anak saya yang pertama saat lahir beratnya 4,5 kg. Sekarang sudah umur 3,5 tahun,” kenangnya.

Sementara itu, Dokter Maria Diah Zakiyah yang membantu proses kelahiran putra Zubaidah mengaku prediksi awalnya berat bayi itu memang 4 kg. Baru, setelah lahir dan ditimbang, berat bayi yang sampai kemarin belum diberi nama itu diketahui mencapai 6,1 kg. “Jika dilihat dari bobotnya, hampir sama dengan bayi usia 3 bulan. Panjangnya juga 61 sentimeter,” bebernya.

Menurut Diah, bayi itu dilahirkan lebih cepat dari perkiraan 40 minggu kehamilan. Bayi Zubaidah dilahirkan di usia kehamilan 38-39 minggu. “Dilahirkan lebih cepat karena ada gejala pre eklamsia. Seperti tensi ibu sempat naik, timbul bengkak di kaki. Makanya, dipercepat kelahirannya. Meskipun si ibu sejatinya ingin ditunda dulu karena tidak ada yang menemani,” jelas Diah.

Namun, mengingat pre-eklamsia merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan anak, akhirnya persalinan Zubaidah pun dilakukan lebih cepat. Apalagi, dari segi usia kehamilan pun juga dinilai sudah cukup.

“Lahirnya bayi besar atau makrosomia ini ada beberapa faktor. Bisa jadi karena keturunan keluarga baik dari ayah dan ibu, suku mau pun faktor seperti penyakit Diabet Gestasional (diabet karena proses kehamilan),” bebernya.

Namun untuk Zubaidah, Diah menyebut, kadar gula sang ibu selama kehamilan tetap bagus dan normal. Sehingga, dokter pun meniadakan faktor diabet dalam kasus Zubaidah. “Kalau untuk putra ibu Zubaidah, mungkin karena keturunan. Karena sebelumnya anak pertama lahir dengan bobot 4,5 kg,” jelasnya.

Proses operasi caesar dilakukan karena melihat kondisi bayi yang besar akan menimbulkan kesulitan saat proses kelahiran normal. “Risiko bagi anak bisa timbul cedera bahu. Sedangkan bagi ibu, meskipun ukuran panggulnya normal, namun dengan bayi yang besar, jelas akan sulit,” pungkas Diah. (sp/jp)