Tiga Pegangan Hidup di Dunia

Oleh: H.Untung Santosa 
(Wakil Ketua PDM Gunungkidul)

Bumi tempat hidup kita adalah planet yang selalu berputar. Akibat dari perputaran bumi itu, maka ada siang dan ada malam, ada gelap dan ada petang. Demikian juga dengan roda kehidupan kita ini selalu berputar, orang jawa mengatakan sebagai ‘CAKRA MANGGILINGAN’. 

Akibatnya kehidupan manusiapun selalu berubah : Kadang di atas dan kadang dibawah, ada suka dan ada duka, kadang tersenyum dan kadang menangis, kadang kala dipuji dan kadang kala dicaci.

Jangan berharap ada kebadian di dunia ini, satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Dan Allah SWT Yang Maha Berkuasa atas berbagai perubahan itu.
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah: ‘Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang kepada malam. Engkau keluarkan (menjadikan) yang hidup dari yang mati (ditiupkan-Nya ruh), dan Engkau keluarkan (menjadikan) yang mati dari yang hidup (diangkat-Nya ruh). Dan Engkau beri rejeki, siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)’.” – (QS.3 Ali Imran :27)

Agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar menghadapi segala kemungkinan hidup, maka kita harus mempunyai tiga pegangan hidup (3 IS), yaitu : Istiqamah, Istikharah dan Istighfar).

ISTIQAMAH

(Kokoh dalam Aqidah & Konsisten dalam Ibadah)

Pesan Rasulullah saw:
عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُهُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ (روه مسلم)
“Dari Abi Sufyan bin Abdullah r.a. berkata: Aku telah berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).

Sikap istiqamah ditunjukkan dengan selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanannya dalam berbagai tantangan hidup:

  • Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup
  • Kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal,
  • Dicaci dipuji, sujud pantang berhenti,
  • Sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

Orang yang istiqamah akan selalu menghadapi hidup dengan penuh ketegaran (tidak takut, tidak sedih) dan selalu optimis, sebab di hatinya selalu dibisiki oleh malaikat :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Q.S.Fushilat :30)

ISTIKHARAH (Selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan setiap keputusan)

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama yang meliputi nilai-nilai baik-buruk, benar-salah, halal-haram, serta manfaat-madharat. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.

Tentang kebebasan ini Malaikat Jibril berwasiat kepada Rasulullah SAW:
أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدًا عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقٌ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ. (رواه البيهقي عن جابر)
Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya. (HR.Baihaqi dari Jabir).

Tentang kebebasan berbicara Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة).
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (H.R.Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah ra)

Think today and talk tumorrow Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi bila ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Ada baiknya,kita lebih banyak mendengar dari pada bicara

Tentang istikharah ini Rasulullah saw bersabda:
مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ.
Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat (HR. Thabrani dari Anas)

ISTIGHFAR (Selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah SWT)

Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah komunitas masyarakat dan bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati. Cara mengobatinya yaitu dengan banyak beristighfar yang maknanya adalah instropeksi diri dan berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan kita dan mohon ampunan Allah atas dosa-dosa kita.
أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ
Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pengajaran? (Q.S. At Taubah : 126)

Ketika masyarakat Nabi Huud a.s. Mengalami kemarau panjang dan paceklik, Nabi Huud menyerukan kepada kaumnya untuk beristighfar dan bertobat
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.“ (Q.S. Hud : 52)

Hujan dalam pengertian sebenarnya adalah hujan air dari langit yang akan menyuburkan tanah dan memberikan kehidupan bagi makhluk di bumi, maka dituntunkan kita untuk sholat istisqa’ untuk meminta hujan. Ketika melakukan sholat istisqa’ kita perbanyak istighfar mulai dari berangkat menuju tanah lapang sampai duduk di tanah lapang, dan Khatibpun dalam khutbahnya banyak mengajak jamaah untuk beristighfar dan bertobat.

Hujan dalam pengertian yang lebih luas bermakna rahmat dan barokah Allah SWT. Kalau kita merasakan rahmat dan barokah-Nya ‘seret’ mengalir pada diri kita, maka hendaknya kita instropeksi diri. Perbaiki kekurangan-kekurangan kita dan mohon ampunan kepada Allah SWT atas kesalahan-kesalahan kita. Insyaa Allah rahmat dan barokah Allah akan mengalis deras kepada diri kita. Aamiin,