SangPencerah.com- Bangunan berlantai dua berdiri kokoh di Jalan Nilem 9, Buah Batu-Kota Bandung. Tempat ini adalah Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Taman Harapan“ , masyarakat mengenalnya sebagai Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah. PSAA merupakan lembaga sosial yang memiliki tugas dan fungsi memberikan pelayanan asuhan kepada anak-anak Yatim, Piatu, Dhua’fa, maupun anak-anak terlantar melalui pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani dan mengantarkan mereka untuk menjadi manusia yang mandiri berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Panti Asuhan Pertama di Kota Bandung
Panti Asuhan Pertama di Kota Bandung

Sekilas panti asuhan ini serupa dengan ratusan panti asuhan milik Muhammadiyah yang lainnya, bangunan sederhana yang menjadi tempat berlindung mereka yang kurang beruntung. Tapi siapa sangka di balik bangunan yang sederhana, tersimpan kisah cerita yang cukup panjang.

Panti Asuhan Taman Harapan merupakan panti asuhan pertama dan tertua di Kota Bandung. Didirikan Sejak 1935, Para tokoh yang berjasa terhadap pendirian panti ini diantaranya adalah Bapak. H. Anda dan Keluarga Kencana, Bapak H. Ali Ratman, Bapak HR. Sutalaksana, Bapak Kapten Syamsunu, Bapak H. Zaenuddin, Bapak HR. Soeyoko, dan Bapak H. Adung Abdul Hadi. Selain itu ada pula tokoh kenamaan Indonesia yang turut serta mendirikan panti asuhan ini yakni Ibu Inggit Garnasih, istri kedua Presiden Pertama Indonesia.

Tahun 1935, awalnya Panti Asuhan Taman Harapan ini berada di Jalan Dewi Sartika. Berikutnya karena ada alasan tertentu, Pada Tahun 1937 panti asuhan ini pindah kerumah Ibu Inggit di Jalan Ciateul.

26 Maret 1946, Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Jalan ini ditempuh karena tidak seimbangnya kekuatan perang antara Indonesia melawan NICA dan sekutunya. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkokolt, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam waktu 7 jam, Kota Bandung benar-benar lumpuh. Pada saat terjadi peristiwa, Panti Asuhan Taman Harapan sudah berlokasi di Jalan Ciparay. Bersama 200.000an warga Bandung, penghuni panti asuhan ini pun meninggalkan Bandung kota menuju kawasan Bandung selatan. Panti Asuhan Taman Harapan menjadi saksi bagaimana kondisi perang terjadi, dalam tragedi Bandung Lautan Api.

Kondisi Panti Asuhan Yang Legendaris
Kondisi Panti Asuhan Yang Legendaris

Tak cukup sampai di situ, Tahun 1949 era perjuangan mempertahankan kemerdekaan, panti kembali pindah ke Jalan Tegalega Barat. Pada 1956, panti hijrah ke Jalan Banteng. Terakhir, pada 1968, panti pindah ke Jalan Nilem sampai hari ini. Panti asuhan ini berkali-kali harus pindah karena keadaan darurat, situasi yang tidak memungkinkan hingga pengurus panti mencari jalan terbaik agar panti ini tetap berdiri.

Setelah melalui berbagai berkembangan, saat ini Panti Asuhan ini dipisah menjadi dua lokasi, di Jalan Nilem untuk Panti Putra dan di Jalan Beruang diperuntukkan untuk asrama panti putra. Mengenai aktivitas di Panti, anak-anak panti tidak hanya diajarkan untuk mengaji maupun menempuh pendidikan di sekolah formal saja, tapi mereka juga dibekali dengan materi-materi lain seperti : ketrampilan, kewirausahaan, kepribadian, kepemimpinan hingga kegiatan-kegiatan kesenian yang selalu rutin dilakukan. Harapannya, setelah lulus mereka bisa mengembangkan potensinya dan siap menghadapi kehidupan.

Mantan Pelatih U 19 dan para pemain U 19 pernah menyempatkan bersilaturahmi di panti ini
Mantan Pelatih U 19 dan para pemain U 19 pernah menyempatkan bersilaturahmi di panti ini

Puluha tahun berdiri, kini sudah ribuan alumni dihasilkan. Banyak diantara mereka yang sudah berhasil, ada yang menjadi pejabat, polisi, PNS, akademisi, tokoh agama dan tak sedikit yang menjadi pengusahan. Mereka yang sudah lulus memiliki ‘keterikatan’ dengan panti, Sebagian dari para alumnus bahkan kini mengabdikan diri di Taman Harapan. Bahkan para alumnus pun sempat mengumpulkan donasi untuk merenovasi keberadaan panti hingga bisa jadi seperti saat ini. (sp/juwita)