Muhammadiyah di Yogyakarta Setelah 1 Abad

Oleh : Iwan Setiawan M.S.I.

Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Ketua Pemuda Muhammadiyah DIY, Ketua Tim Materi Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta.

(Menyambut Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta 13-14 Februari 2016)

Pada 17 Juni 1920 berlangsung rapat anggota Muhammadiyah yang dipimpin langsung oleh Kiai Dahlan. Rapat malam itu membahas program kerja. Bidang Pendidikan dipimpin oleh Kiai Hisyam, yang berkeinginan membuat sekolah-sekolah dan Universitas Islam. Bidang Tabligh dipimpin oleh Kiai Fahrodin, yang berkeinginan membangun Masjid dan menggelorakan pengajian. Bidang Taman Pustaka dipimpin Kiai Mohtar,yang berkeinginan menerbitkan majalah dan buku-buku Islam.(Syuja,Islam Berkemajuan,2009)

Bidang terakhir bernama Bidang Penolong Kesengsaraan Umum yang dipimpin oleh Kyai Syuja, yang berkeinginan membangun Rumah Sakit, Panti Sosial untuk orang miskin dan mendirikan Panti Asuhan. Ide Kyai Syuja karuan saja ditertawakan oleh peserta rapat anggota Muhammadiyah. Bagi peserta rapat ide dari Kyai Syuja itu terlalu besar, mengada-ada dan tidak seimbang dengan kemampuan Muhammadiyah. Bahkan ada anggota Muhammadiyah berkomentar “ Itu kan pekerjaan pemerintah/kolonial Belanda,apakah Muhammadiyah akan menjadi pemerintah?”

Kiai Dahlan memberi isyarat agar peserta rapat tenang dan rapat akan ditutup. Namun Kyai Syuja minta izin untuk bicara dan dikabulkan oleh Kiai Dahlan. Kyai Syuja mengungkapkan kekecewaannya karena ide-idenya ditertawakan peserta rapat. Kyai Syuja yakin atas dasar pengetahuan dan ajaran Islam bahwa mendirikan Rumah Sakit,Panti Sosial dan Panti Asuhan bisa dilaksanakan karena Allah SWT memerintahkan manusia bekerja dengan sungguh-sungguh dengan penuh semangat dan giat. Pada akhir pidato Kiai Syuja mengutip Q.S Muhammad (47) Ayat 7 : Hai orang-orang yang beriman,jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kamu dan akan meneguhkan kedudukanmu

Muhammadiyah Setelah 1 Abad

Kisah di atas menjadi gambaran setelah 1 Abad, cita-cita dan usaha generasi awal Muhammadiyah yang “berdarah-darah” telah terlaksana. Sekolah, Universitas, Rumah Sakit, Panti Asuhan,Masjid,Pensantren, BMT dan sederet Amal Usaha Muhammadiyah lainnya sudah berdiri dan eksis. Bersama dengan Nahdlatul Ulama ucap Buya Syafii Maarif, Muhammadiyah menjadi trade mark organisasi Islam yang moderat di Indonesia.

Kampung Kauman di Kota Yogyakarta sebagai tempat kelahiran Muhammadiyah memiliki nilai dan romantisme bagi gerakan Islam ini. Semangat yang diletakkan oleh Kiai Dahlan adalah Islam yang mengedepankan ilmu dan amal. Kuntowijoyo menyebut Kiai Dahlan adalah sosok “Man of Action” pribadi yang melaksanakan ide-idenya yang didasari atas niatan suci untuk beribadah kepada Allah. Semangat inilah yang mendasari amal-amal Muhammadiyah di kemudian hari.

Muhammadiyah di Kota Yogyakarta memiliki peran yang strategis dalam memberi warna bagi perkembangan Kota Yogyakarta. Ada beberapa pokok pikiran yang perlu dilakukan Muhammadiyah di Kota Yogyakarta kedepan. Pertama  memaksimalkan dakwah  berbasis Masjid. Masjid merupakan tempat bertemunya masyarakat, baik dalam jamaah sholat ataupun kegiatan yang lain. Jamaah masjid juga perlu disapa dengan kegiatan silaturahmi ke jamaah, Muhasabah subuh ataupun kegiatan sosial yang bersentuhan dengan jamaah masjid.

Kedua Dakwah ke masyarakat berbasis profesi. Kota Yogyakarta yang menampung berbagai profesi  perlu disapa oleh Muhammadiyah. Pelajar, Mahasiswa, Buruh, Karyawan, pengangguran, warga Lembaga Pemasyarakatan, lansia dll memiliki karakter yang berbeda-beda dalam pendekatan dakwahnya. Sehingga perlunya dakwah jamaah yang sesuai dengan profesi dan usia. Tentu dakwah yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Baik dakwah dengan lisan ataupun dengan pemberdayaan ekonomi. Ketiga pengembangan sekolah Muhammadiyah. Sekolah Muhammadiyah baik TK,SD,SMP dan SMA di Kota Yogyakarta telah menunjukkan prestasinya dan terus digiatkan dalam ide-ide dan inovasinya. Ada tahfidz (hafalan Al-Qur’an) untuk siswa,entrepreneurship, latihan kemandirian dan kompetensi di bidang Iptek harus menjadi bagian pembelajaran di sekolah Muhammadiyah.

Keempat  Masalah-masalah publik di Kota Yogyakarta. Perencanaan pembangunan Kota Yogyakarta perlu perbaikan, perlindungan konsumen dalam penyediaan daging halal harus dilakukan, masalah kesehatan dan pendidikan menjadi penting dibicarakan. Organisasi sosial keagamaan akan tetap eksis di masyarakat ketika mampu menjawab permasalahan umat. Dan lewat Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta ide-ide ini akan menjadi bahasan dan menjadi program lima tahun kedepan.