Jangan Hanya Berdoa Untuk Kepentingan Dirimu

ilustrasi
ilustrasi
Mansurni Abadi 
Anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Lampung
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”
 (QS. Al Ghafir [40] : 60)

Berdoa adalah aktifitas yang selalu kita lakukan dan merupakan jantungnya ibadah. Selain mudah, berdoa pun tak membutuhkan biaya. Sehingga doa menjadi aktifitas rutin yang wajib kita jalankan. Saat mulai beraktifitas, kita berdoa. Saat punya impian, kita berdoa. Bahkan di saat senang maupun susah ditimpa musibah pun kita selalu berdoa. Doa identik dengan harap dan pinta. Ya, berdoa menjadi sebuah aktifitas yang tak terpisah dari setiap insan manusia di dalam Islam doa adalah sebuah hal yang sangat penting.
Allah SWT berfirman, “Mohonlah (berdoalah) kamu kepada Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasannya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas; dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di bumi (masyarakat) setelah la baik; dan mohonlah (berdoalah) kamu kepada Allah dengan rasa takut dan loba (sangat mengharap); bahwasannya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orang-orang, yang ihsan (Iman kepada Allah dan berbuat kebajikan.” (QS. Al-A’râf: 55-56)
Lebih lanjut doa itu adalah percakapan dengan Allah SWT. Dengan pola pikir ini, bukankah kita seharusnya melakukannya dengan cara yang ‘menyenangkan’ Dia? Bukan dengan daftar permintaan yang harus Dia lakukan bagi kita, tapi benar-benar memahami bagaimana berbincang dengan Dia, dan berbagi keprihatinan kita, ketakutan, dan permohonan. Kita tidak pernah memaksa teman untuk mengikuti kemauan kita dengan menakut-nakutinya atau dengan memuji-muji dia bukan. Lalu bagaimana mungkin kita memperlakukan Tuhan dengan cara demikian?
Tapi tak jarang kita sendiri menghitung setiap doa dan pinta kita. Saat kita berdoa, pasti kita ingin agar doa itu dikabulkan. Sehingga saat impian yang kita rangkai dalam doa itu tak kunjung terwujud, kita jadi mempertanyakan doa kita. Apakah Allah tidak menerima doa kita? Apakah Allah membenci kita sehingga doa kita tak kunjung diijabah? Semakin kita bertanya dalam benak kita. Hari berganti hari kita berdoa seperti doa kita tak juga diijabah oleh Allah.
Doa yang belum terwujud membuat kita malas melafadzkan doa yang sama lagi, bahkan terkadang membuat kita menjadi letih untuk berdoa karna kita tidak mendapatkan apa-apa dari doa-doa kita. Sebenarnya bukan Allah tidak ingin mengabulkan doa kita, bukan karena Allah membenci kita, tetapi kita perlu bermuhasabah diri, apa yang salah dalam diri kita. Banyak orang berdoa selalu meminta Allah untuk mengabulkan setiap keinginan doanya. Kita harus mengetahui benar apakah doa yang kita panjatkan ini untuk kepentingan Allah SWT ataukah untuk kepentingan pribadi, demi memenuhi hawa nafsu kita semata.
Terkadang juga dalam berdoa kita lupa untuk sedikit merendahkan diri kita kepada Tuhan, kita berkata kita berserah diri namun kenyataannya egoisme kita menghalangi kita untuk berserah diri total selama kita masih mementingkan Si Aku, maka doa laksana hanya sebuah ucapan kosong yang tidak akan didengar Allah SWT. Kita selalu berdoa dengan ego yang tinggi, dengan harapan hasil yang diberikan olehnya memberi kemenangan dan keuntungan total bagi kita tapi kekalahan dan keruntuhan bagi orang lain jelas doa seperti akan sulit untuk dikabulkan karena niat awalnya hanya untuk Si Aku bukan untuk sesama yang lain.
Sebab banyak kita tidak menyadari hal ini, kita selalu meminta Allah untuk memenuhi keinginan kita, kita tidak sadari seperti kita sudah menyuruh Allah untuk menuruti keinginan kita. Bukan doa yang benar yang akan diijabah oleh Allah SWT, tetapi doa orang benar lah yang akan diijabah oleh Allah, sebab kita berdoa bukan untuk kepentingan kita saja melainkan kepetingan Allah dan untuk memulikan-Nya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah [2]: 186).
Selain itu juga dalam berdoa hendaklah kita tidak lewat sebuah perantara karena hal tersebut secara psikologis menunjukkan ketidapercayaan kita kepada kuasa Allah SWT dan tidak teguhnya serta sabarnya diri kita untuk menanti sebuah jawaban dari doa kita, banyak orang yang ketika doanya tidak dikabulkan menjadikan sesembahan lain sebagai perantara doanya. Hal ini jelas bertentangan dengan aturan Allah SWT dengan alasan apapun tidaklah layak seorang hamba berdoa kepada Allah SWT, lewat seorang perantara karena Allah SWT tidaklah berada pada kejauhan yang sangat jauh dan tidak tuli sehingga dia harus membutuhkan seorang perantara.
Mari memuliakan Allah SWT di setiap lafaz dan doa kita, dengan begitu doa kita lebih berarti untuk diri kita dan orang lain, oleh sebab itu dalam doa jangan lupa juga kita mendoakan orang tua, keluaga, anak-anak, saudara kita serta orang lain baik yang membenci kita maupun tidak selain itu juga hendaklah kita memantaskan diri dan membuktikan keteguhan iman kita kepada Allah SWT. Hal tersebut sangat perlu, sebab doa yang kita panjatkan tersebut bisa berdampak positif bagi kehidupan kita, orang lain serta memulikan Allah SWT.