Setiap Jum’at, Muhammadiyah Weleri Bagikan Ratusan Nasi Bungkus Kepada Masyarakat

SangPencerah.com – Mampu menghimpun dana zakat sebesar 1,6 milyar rupiah di tahun 2015, tidak membuat Muhammadiyah Kecamatan Weleri berbangga dan berpuas diri, Gerakan Filantropi Muhammadiyah Kecamatan Weleri masih terus bergerak menggali potensi kedermawanan umat Islam yang masih sangat besar. Jum’at (15/01) pagi, Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang dimotori oleh Lazizmu PCM Weleri dan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) melaksanakan Gerakan Jum’at Berkat, dengan membagi sejumlah nasi bungkus kepada dhuafa’ dan orang dijalan yang membutuhkan makanan.

Gerakan Jum’at Berkat membagikan 500 bungkus nasi kepada seluruh golongan masyarakat dari tukang ojek, tukang becak, sopir bis, anak jalanan atau tuna wisma, petugas kebersihan, petugas kepolisian, militer dan masyarakat di sepanjang Jalan Utama Weleri, mulai dari traffic light Larasati (ujung barat Weleri) hingga traffic light Wono Tenggang (ujung timur Weleri). Gerakan Jum’at Berkat telah dan akan terus dilaksanakan setiap hari Jum’at pagi, mulai pukul 05.00 sampai 07.00 WIB.

Gerakan Jum’at Berkat dilaksanakan memiliki 3 tujuan yang hendak dicapai, yaitu: 1) menghimpun dan menyalurkan shadaqah masyarakat Weleri terutama masyarakat Muslim; 2) memberikan tho’am (makanan) kepada kaum dhuafa’ dan siapa saja yang membutuhkan makan pada waktu tersebut; 3) menumbuhkan ekonomi rakyat, karena nasi bungkus yang dibagikan, dipesan dari penjual sarapan yang ada di Weleri dan sekitarnya. Semisal dalam satu hari dapat membagikan 500 bungkus nasi, berarti paling tidak ada 10 penjual makanan yang diberdayakan untuk membuat makanan itu dengan tarif masing-masing. Hal tersebut disampaikan Donny Halim Mutiasa, Koordinator Program Jum’at Berkat AMM Weleri.

Sasaran gerakan ini mencakup 3 golongan. Pertama, para dermawan Muslim. Donny menuturkan bahwa para dermawan muslim yang ada di Weleri, yang berpenghasilan cukup atau lebih, “karena terkadang orang muslim disekitar weleri bingung ingin menyalurkan shadaqah kemana, maka dari itu kita memberanikan diri untuk mendatangi dan menghimpun shadaqah”. Sasaran kedua adalah dhuafa’ atau orang yang berada dijalan yang membutuhkan sarapan. “Pada waktu pagi biasanya mereka tidak sempat sarapan bahkan tidak mampu membeli sarapan” jelas Donny. Sasaran ketiga adalah para penjual makanan. “Penjual sarapan di sekitar weleri yang mana mereka adalah penjual makanan dengan skala kecil, kalangan ekonomi bawah, dengan ini kita harapkan penjualannya semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan ekonomi mereka”, tambahnya lagi.

Sani Muslim Abdurahman, salah satu pegiat PCPM Weleri menambahkan mengenai Gerakan Jum’at Berkat ini. Ia menuturkan bahwa, pertama, pemilihan hari Jum’at dikarenakan pada hari jum’at adalah sayyidul ayyam atau hari baik, dan dipastikan tidak ada yang berpuasa hari itu. Kedua, filantropi atau kedermawanan atau nyah-nyoh, tidak kikir, tidak bakhil, tidak medit, semangat kedermawanan yang ada di kecamatan Weleri tersebut yang harus terus digali. “Kita sudah terbukti dengan 2000 muzaki bisa mengumpulkan dana zakat sebesar 1,6 milyar, fantastis untuk sebuah kecamatan, dan di tahun 2016 ini, saatnya kita mempropagandakan, membangun kembali semangat berbagi, tidak hanya zakat tapi infaq dan shadaqahnya akan kita kelola dengan baik, lewat Gerakan Jum’at Berkat ini”, jelasnya. Gerakan Jum’at Berkat sampai dengan saat ini telah berjalan 4 kali, kegiatan ini belum pernah dipublish, hanya bergerak dari mulut kemulut tapi sudah bisa menghimpun dana shadaqah sebesar 3 juta rupiah tiap minggu. Ketiga, disamping berbagi shadaqah kepada seluruh umat manusia yang ada dijalan, Gerakan Jum’at Berkat juga berupaya untuk mengangkat ekonomi bakul sego, karena dana shadaqah 3 juta tersebut kita belanjakan ke 10 bakul nasi, setiap bakul kita pesan 50 bungkus, yang insyaAllah kedepan akan terus berkembang.

Membongkar Paradigma

Teknis pembagian yang dilakukan secara random, kepada Polisi, pedagang sayur dan lainnya, memunculkan banyak pertanyaan. Apakah itu tidak salah alamat ? kenapa tidak dipilih-pilih hanya kepada orang yang tidak mampu?. “Namun justru itu”, sahut Sani. “Kita ingin membongkar paradigma, bahwa uang shadaqah itu tidak pernah salah alamat, ketika dari uang shadaqah tho’am, kita memberi makan kepada siapapun, karena itu dikeluarkan dari ketulusan-keikhlasan dari para donatur, harapan kita dari uang shadaqah itu akan membawa berkah yang panjang yang akan mengalir kedalam darah tubuh mereka masing-masing, dengan harapan energi positif dari ketulusan itu akan membawa perubahan kepada seluruh umat” tegasnya.

Diakhir wawancara, Sani berpesan bahwa Gerakan Jum’at Berkat disamping merupakan sebuah prestasi yang membanggakan, ini adalah PR (red: pekerjaan rumah) besar bagi generasi muda Muhammadiyah. “Ketika kita membuka pintu donasi untuk shadaqah, ketika donasinya diperuntukkan untuk makan kaum dhuafa’ atau orang yang membutuhkan, atau untuk panti asuhan atau anak yatim, mereka yang bershadaqah berbondong-bondong, bahkan over-load, tapi disisi lain ketika kita membuka donasi untuk biaya pendidikan dan kesehatan, disitu kita sangat merasakan beratnya untuk menggali dana, jadi dana yang kita peroleh tidak seheboh dana yang kita galang untuk memberi makan fakir miskin, atau anak yatim, itu yang menjadi tugas berat, lagi-lagi kita harus bisa membuka paradigma bahwa shadaqah itu universal, untuk siapapun yang membutuhkan, termasuk pendidikan, termasuk mensejahterakan ekonomi umat, jadi tugas kita belum selesai!” tutur Sani.

Reporter : Rifqi Khoirul Anam ( PCPM Weleri )