Menjaga Persyarikatan Muhammadiyah

oleh : Prof. Thohir Luth, MA (Wakil Ketua PWM Jawa Timur periode 2015-2020)

Sejalan dengan waktu, Muhammadiyah sekarang tampil cukup spektakuler dalam gerakan dakwah. Kiprah ritual dan sosial Muhammadiyah seakan-akan tidak bisa terbendung dengan kekuatan dan kekuasaan apapun dan siapapun. Muhammadiyah dengan kepiawaian mujahidnya telah menembus batas kaum elit sampai pada masyarakat akar rumput (grass root) memberi dakwah pencerahan (tanwiriyah) dengan membawa Islam yang berkemajuan.
Muhammadiyah di tengah gelombang lautan politik dan hegemoni kekuasaan nyaris membawa badai dan membentur perahu Muhammadiyah.

Muhammadiyah terus berperan menjaga perahu tersebut agar tetap selamat di tengah badai kekuasaan itu. Tanpa menggadai harga diri Muhammadiyah terus menggerakkan potensi-potensi gerakan dakwahnya mulai dari tulisan, lisan dan amal nyata (dakwah bi al-hal) untuk umat dan bangsa. Para mujahid tidak pernah mengenal lelah berjuang di bawah naungan sinar mentari Muhammadiyah. Sosok-sosok pahlawan tanpa tanda jasa terus mengibar bendera perjuangan secara ikhlas dan tetap istiqamah walau badai menghadang.

Pada raut muka mujahid tergambar cinta dan rela berkorban untuk meraih cita-cita, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, satu cita-cita ideal yang masih jauh jarak tempuhnya. Kendatipun demikian, gairah dakwah tetap membahana dan menggelora tidak pernah redup apalagi berhenti. Rupanya para mujahid tahu persis bahwa perjuangan dalam Muhammadiyah adalah ladang beramal shalih (beribadah). Sehingga apapun dan siapapun yang hendak menjalani perjuangan dakwah hanya satu kalimat sapa “idfa’ billaty hiya ahsan” (tolaklah kejahatan itu dengan balasan yang lebih baik). Inilah yang membuat para penghalang dakwah Muhammadiyah bingung sembari menggigit jari menonton lajunya dakwah Persyarikatan. Terkadang kebingungan mereka menjelma menjadi sakit hati dan mengajak orang lain memusuhi Muhammadiyah.

Alhasil perahu Muhammadiyah tetap melaju kendatipun di tengah badai yang tidak pernah berhenti menghampiri. Inilah cara-cara mujahid menjaga Muhammadiyah dengan sangat terukur, cerdas yang dibalut dengan sikap cinta dan ikhlas berjuang menjaga.

Para mujahid Muhammadiyah harus senantiasa merasa betah (at home) dalam rumah besar Muhammadiyah dan harus terus siap perjuangan menjaganya. Karena dari perjuangan inilah sinar kebenaran bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah dengan gerakan tajdidnya. Dengan demikian maka sinar mentari Muhammadiyah terus menyinari bumi ini, kendatipun sesekali dipotong oleh awan mendung.

*dimuat dalam Majalah MATAN Edisi 108, Juli 2015 M