Di Warung Sederhananya, Kader ‘Aisyiyah Ini Aktif Kampanyekan Kesehatan Reproduksi

Supartini (Baju merah kerudung krem) sedang melayani tetangga yang belanja di warung sederhananya. Selain berjualan, Supartini aktif menjadi kader kesehatan reproduksi ‘Aisyiyah di Cirebon
Supartini (Baju merah kerudung krem) sedang melayani tetangga yang belanja di warung sederhananya. Selain berjualan, Supartini aktif menjadi kader kesehatan reproduksi ‘Aisyiyah di Cirebon

SangPencerah.com-Rumah Supartini tidak hanya diramaikan warga yang berbelanja di warungnya, kini secara rutin rumahnya menjadi tempat berkumpul sekelompok perempuan antusias mengikuti berbagai sosialisasi Kespro. Dalam pertemuan tersebut. Supartini mendapat kepercayaan menjadi kader program kesehatan reproduksi (Kespro) yang dinisiasi ‘Aisyiyah.

Sebagai pedagang, sehari-hari Supartini sibuk berjualan di warung yang terletak di halaman rumahnya. Sebelum bergabung sebagai kader, perempuan kelahiran Bojonegoro ini mengaku jarang mendapatkan informasi mengenai Kespro. Biasanya, Supartini mendapat informasi dari buku atau ketika dirinya mengikuti kegiatan Posyandu. “Tapi, ilmu yang didapat hanya seputar program Posyandu saja,” kata Supartini.

Setelah menjadi kader, Supartini merasakan perubahan positif terutama meningkatnya pengetahuan tentang Kespro. Informasi yang didapatkan ia bagi kepada warga yang menjadi anggota BSA melalui pertemuan rutin di rumahnya. Selain peserta BSA, Supartini kerap berbagi informasi kepada pelanggan warungnya. “Bu, ayo nanti pada datang ke rumah saya. Nanti diberi tahu masalah kesehatan, ada bidannya juga bu,” ungkap Supartini setiap kali dia melayani pembeli di warung kecil depan rumahnya.

Promosinya menuai hasil positif. Semakin lama semakin banyak pelanggan yang tertarik mengikuti kegiatan BSA. Sambutan antusias dari penerima informasi membuat pertemuan kerap terjadi di luar forum BSA. Supartini bahkan mendapat kepercayaan menerima berbagai keluhan atau saran seputar Kespro dari warga yang secara pribadi mendatanginya.

Melihat aktifitas baru istrinya, Syarif sang suami memberi dukungan penuh pada Supartini. Dukungan itu tidak saja diberikan dalam bentuk motivasi tapi Syarif menawarkan diri menjemput anggota BSA yang tidak memiliki kendaraan. Selain itu, Syarif juga siap mengantarkan warga yang ingin dan perlu datang ke Puskesmas. Sebagai aparat desa Syarif berharap melalui kegiatan BSA warganya tetap sehat.

Perjalanan Supartini sebagai kader tidak selalu lancar. Supartini bercerita suatu hari ada seorang PUS yang mencoba mempengaruhi anggota BSA lain agar tidak mengikuti Tes IVA dan mengajak anggota untuk berhenti menghadiri kegiatan BSA agar tidak dipaksa Tes IVA. Setelah ditelusuri, hal tersebut terjadi setelah seorang peserta Tes IVA mengalami luka ketika melakukan tes. Menurut Supartini, kala itu beberapa warga ketakutan dan membatalkan Tes IVA sekalipun sudah dijemput Syarif.

“Dipaksa kayak gimana kan saya sendiri hanya menawarkan tidak memaksa kalau mau ya silahkan kalau tidak ya tidak apa-apa. Kalau ingin tahu tanya kepada yang sudah periksa jangan ke yang belum periksa,” jelas Supartini menanggapi kasus tersebut.

Sebagai kader, pengalaman Tes IVA yang sudah dilakukannya membuat Supartini tidak kewalahan menghadapi masalah tersebut. Supartini mengajak pihak Puskesmas untuk terus melakukan sosialisasi dan meluruskan informasi yang sempat berkembang. Secara pribadi, Supartini terus membagikan pengalaman positifnya pasca Tes IVA. “Tidak sakit, tidak menyebabkan berdarah,” ujar Supartini menirukan caranya mempromosikan Tes IVA. Semangat mempromosikan deteksi dini Kanker Serviks Supartini lakukan berdasarkan kasus Kanker Serviks yang pernah menyebabkan kematian salah seorang warga di desanya. Supartini merasa perlu untuk mempromosikan mengingat korban Kanker Serviks meninggal ketika anaknya baru berusia 2 tahun.

“Bu, ada Tes IVA gratis kalau harus bayar kan mahal. Kalau ada keputihan nanti bisa jadi jamur kalau terus jadi kanker kan bahaya apalagi sudah stadium lanjut,” kata Ibu Supartini saat mengajak warga untuk Tes IVA.

Sosoknya yang dikenal sebagai pribadi yang empati dan peduli kepada tetangga membuat Supartini dipercaya warga sekalipun bukan petugas kesehatan. Sampai hari ini, warga masih rajin berkunjung bukan sekedar belanja tapi berbagi informasi, keluhan, dan saran dengan Supartini. Dia berharap, warga selalu terbuka menyampaikan keluhan agar ia dan sang suami bisa segera mengambil tindakan.(SP/aisyiyah.or.id)