Media Online Oknum NU Yang Suka Hoax dan Memlintir Pernyataan Tokoh Muhammadiyah

Sangpencerah.com – Perkembangan dunia teknologi informasi berdampak makin banyak cara orang bisa mengakses informasi termasuk melalui media online. Sayangnya banyak media yang suka menebar berita bohong/hoax atau memlintir sebuah berita demi kepentingannya atau kepentingan golongannya.

Hal – hal tersebut tentunya tidak elok dan sehat dalam rangka menyampaikan informasi, bahkan miris dilakukan oleh media – media yang berafiliasi dengan pergerakan dakwah Islam, para netizen juga harus lebih cerdas dalam memilih dan memilah informasi yang beredar di dunia maya.

Berita Hoax Amien Rais Soal Tahlilan

Adapun beberapa pernyataan tokoh Muhammadiyah yang diplintir antara lain Soal Pernyataan Amien Rais tentang Tahlilan beberapa media online yang digagas oleh warga NU menulis bahwa ” Amien Rais : Jika tidak Mau Tahlilan keluar dari Muhammadiyah dan Aisyiyah ” sumber www.nugarislurus.com.amien-rais-jika-tidak-mau-tahlilan-keluar-dari-muhammadiyah kemudian ada lagi media online yang menulis http://www.datdut.com/muhammadiyah-larang-upacara-tahlil-ini-5-komentar-amien-rais/ inti dari kedua tulisan itu menegaskan bahwa Amien Rais menganjurkan warga Muhammadiyah melakukan upacara tahlilan.
Pemberitaan itu jelas tidak benar dan bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Amien Rais ketika bicara soal itu di Medan , menurut Amien Rais Tahlilan yang dimaksud adalah Pertama, tahlilan lewat hati, tahlilan dengan lisan, dan tahlilan
dengan raga. ‘’Kata nabi, bumi yang kaya raya dan luas ini, hanya
selembar sayap nyamuk bila dibandingkan dengan Lailah Haillalah.
Karenanya, teruslah melakukan tahlilan dengan hati,’’ katanya.
Adapun tahlilan dengan lisan, menurut Amien Rais, adalah zikir yang
dilakukan lewat ucapan. Untuk tahlilan dengan lisan ini, dia mengaku
melakukannya pada setiap olah raga lari pagi. ‘’Pada setiap langkah saat
saat jogging, saya berzikir. Kalau kita lari 10 km, sudah berapa ribu
kali kita berdzikir,’’ katanya. Sedangkan tahlilan dengan raga, maksudnya memperbanyak gerakan amal
shaleh. Jadi yang dimaksud Amien Rais bukanlah mendukung upacara tahlilan ketika kematian disinilah media – media tersebut tidak jujur terhadap pernyataan Amien Rais
sedangkan di link media itu sangat absurd dalam membuat tulisan , hanya memlintir sebagian berita bahkan cenderung menyajikan berita hoax untuk meraih dukungan kegiatan upacara tahlilan yang biasa dilakukan oleh kawan – kawan NU bahkan menulis “silahkan keluar dari Muhammadiyah kalau tidak tahlilan” judul berita macam apa seperti itu sungguh miris dan menggelikan.

Disini kami tidak ingin berdebat soal hukum Tahlilan karena Fatwa Tarjih Muhammadiyah sudah jelas dan kita juga menghormati kawan – kawan NU yang melakukan Tahlilan namun cara – cara media online yang digerakkan beberapa oknum yang berafiliasi ke NU sangat tidak etis dan tidak cerdas.

Soal Muhammadiyah Membolehkan Ziarah Kubur
Yang terbaru muncul media online dengan judul bombastis ” Akhirnya Ketua Muhammadiyah Membolehkan Ziarah Kubur ”  sumber http://www.datdut.com/muhammadiyah-membolehkan-ziarah-kubur/lagi – lagi media online ini hanya mengambil sepenggal pernyataan Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir kemudian diramu dengan tulisan dan opini adminnya sehingga lebih – lebih sebagai asumsi bahkan halusinasi.
Mengapa demikian karena sejak dulu Muhammadiyah tidak pernah melarang  ziarah kubur namun Muhammadiyah dengan tegas melarang praktik ziarah kubur yang menjurus ke hal – hal takhayul dan bid’ah seperti mengkeramatkan kubur.
Cara – cara seperti ini tentu jauh dari kebenaran dan realita namun begitulah kondisi beberapa media online yang digagas beberapa oknum nadhliyin jauh dari validitas data hanya untuk sensasi demi kepentingannya
Bagi para netizen memang harus lebih cerdas dalam memilah informasi yang berdar di dunia maya dengan senantias melakukan tabayun dan koreksi, mengapa Tokoh Muhammadiyah sering dijadikan sasaran media – media tersebut diplintir pernyataannya mengingat Muhammadiyah adalah ormas Islam terbesar di Indonesia dengan ribuan amal usahanya sehingga pengakuan dari Tokoh Muhammadiyah snagat penting sebagai sebuah eksistensi media – media tersebut.(redaksi)