Tanya Jawab Seputar Penentuan Zulhijjah, Hisab, Rukyat dan Wukuf

TANYA (T): Benarkah Muhammadiyah sudah menetapkan kapan Iduladha 1436 H ?
JAWAB (J): Ya, benar. Muhammadiyah sudah menetapkan, 1 Zulhijjah jatuh pada hari Senin, 14 September 2015, sehingga hari Arafah jatuh pada hari Selasa, 22 September 2015 dan Iduladha jatuh pada hari Rabu, 23 September 2015.
T: Bukankah berarti itu berbeda dengan ketetapan Pemerintah melalui sidang Isbat Kementerian Agama?
J: Bukan Muhammadiyah yang berbeda dengan ketetapan Pemerintah, melainkan ketetapan Pemerintahlah yang berbeda dengan yang telah ditetapkan Muhammadiyah, sebab Muhammadiyah sudah lebih dahulu menetapkannya. Sudah tercantum di Kalender sejak setahun yang lalu, sudah pula dimaklumatkan secara resmi beberapa bulan yang lalu.
T: Mengapa bisa berbeda?
J: Karena metode dan kriteria yang digunakan berbeda. Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, Nahdlatul Ulama menggunakan metode rukyat, sementara Pemerintah meskipun menggunakan hisab hakiki juga, tetapi dengan kriteria imkanu rukyat atau visibilitas hilal.
T: Apa perbedaan wujudul hilal dengan imkanu rukyat?
J: Wujudul hilal merupakan kriteria penentuan awal bulan kamariah yang mensyaratkan 3 hal: telah terjadi ijtimak, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, pada saat matahari terbenam itu piringan atas bulan masih berada di atas ufuk, berapa pun ketinggiannya. Sementara imkanu rukyat mempersyaratkan ketinggian tertentu posisi hilal di atas ufuk sesudah terjadinya ijtimak tersebut. Ada yang menyebut 8°, 6°, 4°, 3°, maupun 2°.
T: Berapa ketinggian hilal pada awal Zulhijjah tahun ini?
J: Menurut perhitungan hisab yang dilakukan oleh Muhammadiyah, ijtimak sudah terjadi pada sekitar pukul 13.43 wib, sebelum matahari terbenam pada hari itu. Pada saat matahari terbenam di Yogyakarta, posisi bulan sekitar 1° 25′ di atas ufuk. Artinya, kriteria wujudul hilal sudah terpenuhi, sementara kriteria imkanu rukyat belum terpenuhi.
T: Benarkah Arab Saudi menetapkan 1 Zulhijjah tahun ini sama dengan Pemerintah Indonesia?
J: Sebenarnya, Kalender resmi yang dipakai Kerajaan Arab Saudi adalah Kalender Ummul Qura, yang menggunakan kriteria sangat mirip dengan wujudul hilal yang dipakai Kalender Muhammadiyah. Dalam kalender, tidak ada perbedaan tanggal 1 Zulhijjah antara Kalender Ummul Qura dengan Kalender Muhammadiyah. Tetapi, Arab Saudi menetapkan 1 Zulhijjah berdasarkan rukyat, yang pada tanggal 13 September kemarin hilal tidak terlihat oleh tim rukyat Arab Saudi, sehingga hasilnya bisa berbeda dengan Muhammadiyah. Adapun Pemerintah Indonesia, sebenarnya hanya kebetulan saja sama dengan Arab Saudi, sebab tahun kemarin, nyata Muhammadiyah yang bersamaan dengan Arab Saudi, sementara Pemerintah Indonesia beda, karena waktu itu rukyat di Arab Saudi berhasil, sementara ketinggian hilal di Indonesia belum memenuhi syarat visibilitas hilal.
T: Lalu bagaimana dengan pelaksanaan puasa Arafah dan wukuf di Arafah?
J: Sama dengan tahun kemarin, sebagian umat Islam di Indonesia akan mengalami puasa Arafah berbeda dengan waktu wukuf di Arafah. Dan ini tidak ada masalah, karena ini masalah khilafiyah. Ada pendapat yang mengatakan bahwa puasa Arafah seharusnya bersamaan dengan pelaksanaan wukuf di Arafah, sementara ada pendapat lain yang mengatakan, puasa Arafah tidak ada hubungannya dengan wukuf di Arafah, sehingga tidak harus bersamaan dengan pelaksanaan wukuf di Arafah.
T: Berarti ada yang akan berpuasa sementara wukuf belum dilaksanakan, sebaliknya ada yang akan berpuasa pada hari salat Id sudah dilaksanakan?
J: Ya, itu memang dilema. Bagi yang berpuasa Arafah pada tanggal 22 September, ia berpuasa pada tanggal 9 Zulhijjah menurut kalender di mana ia berada, meskipun di Arab Saudi wukuf belum dimulai. Ini tidak masalah. Bahkan ketika terjadi pada hari yang sama,  puasa Arafah tidak selalu bisa bersamaan dengan waktu wukuf. Orang Islam yang ada di Selandia Baru misalnya, akan mulai berpuasa pada pagi hari dia saat orang di Arab Saudi baru memasuki waktu malam. Manakala ia selesai berpuasa di Selandia Baru, orang di Arab Saudi baru persiapan untuk wukuf. Sebaliknya, bagi yang berpuasa pada tanggal 23 September, ia akan berpuasa manakala orang-orang lain sudah menyelenggarakan Salat Iduladha, atau dengan kata lain ia berpuasa Arafah pada tanggal 10 Zulhijjah.
T: Bagaimana dengan jamaah haji yang dari Indonesia, khususnya warga Muhammadiyah? Apakah tetap konsisten dengan kalender yang ditetapkan Muhammadiyah?
J: Bagi warga Muhammadiyah yang tengah menunaikan ibadah haji, seyogyanya mereka mengikuti ketentuan waktu yang ditetapkan di Arab Saudi, berwukuf pada tanggal 9 Zulhijjah yang menurut ketentuan di sana jatuh pada hari Rabu, 23 September. Ini bukan berarti tidak konsisten, tetapi sebagai wujud toleransi dan kelenturan ajaran Islam yang dipahami oleh Muhammadiyah. Ini sama halnya dengan orang Muhammadiyah yang ikut salat jamaah subuh menjadi makmum di masjid NU, maka ia pun harus mengikuti gerakan imam termasuk ketika qunut (berdiri lama) setelah rukuk pada rakaat kedua. Tidak boleh ia lalu membatalkan salatnya kemudian salat sendirian.
T: Terakhir, apakah perbedaan ini akan terus terjadi? Apakah mungkin suatu saat nanti umat Islam sedunia dapat menjalankan ibadahnya secara bersamaan?
J: Tergantung pada umat Islam itu sendiri, apakah mau tetap seperti ini, bersepakat dalam perbedaan, ataukah mau berubah. Penyebab terjadinya perbedaan ini adalah ketiadaan Kalender Hijriah Global bagi umat Islam. Masing-masing negara, bahkan masing-masing kelompok dan Ormas Islam mempunyai kriteria penanggalan sendiri-sendiri, termasuk Arab Saudi, Pemerintah Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Dan semua sistem penentuan awal bulan hijriah yang ada itu bersifat lokal, yang berlaku untuk wilayah masing-masing. Jika ingin beribadah secara bersama khususnya yang terkait dengan waktu khususnya puasa Ramadan, Idulfitri dan Iduladha, termasuk puasa Arafah dan wukuf di Arafah, maka umat Islam harus mau meninggalkan sistem penanggalan lokalnya dan berpindah ke sistem penanggalan atau Kalender Hijriah Global. Dengan Kalender Hijriah Global ini, di seluruh dunia hanya ada satu hari satu tanggal, hanya jamnya saja yang berbeda, sehingga ibadah umat Islam dapat dilakukan secara bersama, berurutan mulai dari belahan bumi yang satu ke belahan bumi yang lain. Tidak ada lagi yang akan berpuasa Arafah pada hari sebelum atau sesudah wukuf di Arafah dilaksanakan. Muhammadiyah pasca Muktamar ke-47 di Makassar bulan Agustus 2015 yang lalu telah merekomendasikan untuk melakukan upaya-upaya dapat diberlakukannya Kalender Hijriah Global. Semoga hal itu dapat segera terwujudkan.