Islam itu Ya Islam Saja, Tidak Ada Istilah Islam Berkemajuan?

Sang Pencerah – Islam berkemajuan adalah sebuah istilah yang populer di kalangan warga Muhammadiyah. Muktamar tahun ini mengambil tema Gerakan Pencerahan untuk Indonesia Berkemajuan. Lalu di facebook ada grup yang bernama Muhammadiyah : Gerakan Islam Berkemadjoean (MGIB). Lantas bagaimana awalnya istilah Islam berkemajuan ini muncul?
Menurut Ahmad Najib Burhani, awal dari populernya istilah ini diawali dengan terbitnya buku berjudul Islam Berkemajuan: Kyai Ahmad Dahlan
dalam Catatan Pribadi Kyai Syuja’ (2009). Buku yang ditulis oleh murid
langsung Kyai Dahlan ini diantaranya menjelaskan seperti apa karakter
Islam yang dibawa oleh Muhammadiyah. Istilah yang dipakai oleh
Muhammadiyah awal untuk menyebut dirinya adalah “Islam berkemajuan”.
Pada Muktamar di Yogyakarta tahun 2010, istilah ini lantas dipakai dan
dipopulerkan untuk mengidentifikasi karakter ke-Islaman Muhammadiyah.
Lantas ada sebuah kritik yang menarik untuk dicermati, yakni bahwa Islam tidak bisa ditempeli dengan label ini dan itu. Islam itu ya Islam saja, tidak ada Islam A, Islam B, Islam C, kalaupun ada bukan Islamnya yang dilabeli, namun orangnya. Selama ini kita sering mendengar istilah Islam moderat, Islam Liberal, Islam Radikal, dll. Tentu implikasi dari kritik ini adalah bahwa Islam pun tidak bisa dilabeli dengan kata berkemajuan, sehingga tidak ada Islam berkemajuan.
Menanggapi hal tersebut, kami awali dengan sebuah ibarat berbahasa Arab sebagai berikut:
قول أهل العلم (لا مشاحة في الاصطلاح) أي لا ينبغي أن يمنع أحدٌ أحدًا أن
يستعمل اصطلاحا معينا في معنى معين، إذا بين مراده بهذا الاصطلاح،
والاصطلاح هو تواضع بين جماعة على معنى معين ليعبر عنه بلفظ معين
“Sebutan apapun terserahmu. Tidak seyogyanya seseorang melarang orang lain menggunakan suatu
istilah (terma) tertentu untuk memberi makna sesuatu, jika dia
menjelaskan maksudnya. Terma adalah ciptaan suatu kelompok untuk memberi
suatu pengertian tertentu dengan kata/kalimat tertentu”.
Berdasarkan ibarat tersebut ada unngkapan menarik La Musyahah fil Isthilah, janganlah kita dibingungkan oleh istilah. Oleh karena itu kami ingin mencoba memaparkan maksud dari istilah Islam Berkemajuan. 
Islam itu hanya satu, ya kami setuju. Berdasarkan bahwa Islam hanya satu dan sudah sempurna (QS. 5:3). Islam hanya ada satu secara teologis, yakni Islam yang ditransmisikan dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril. Nabi Muhammad menyampaikan risalah ini kepada umatnya, dan risalah ini selanjutnya terkodifikasi dalam bentuk Mushaf Al Quran dan kitab-kitab hadits. 
Nah, problemnya adalah saat Nabi Muhammad menyampaikan risalahnya kepada umatnya, adakalanya umatnya berbeda pandangan dalam menangkap gagasan sang Nabi. Suatu hari Nabi menyuruh dua orang sahabat untuk pergi ke perkampungan Bani Quraizhah. Namun nabi mengatakan bahwa mereka tidak boleh shalat Ashar kecuali sudah sampai di tempat tujuan. Ternyata di tengah jalan kedua sahabat ini berbeda pendapat. Sahabat yang satu memahami pesan nabi secara tekstual yakni benar-benar shalat di kampung Bani Quraizhah walaupun sudah lewat waktu Ashar. Sementara sahabat yg satu lagi memahami pesan nabi secara kontekstual. Dia yakin bahwa nabi berpendapat seperti itu agar mereka bergegas pergi ke Bani Quraizhah. Akhirnya sahabat ini shalat ashar sebelum sampai ke perkampungan Bani Quraizhah. Kejadian tersebut diadukan kepada nabi Muhammad saw, dan nabi tidak menyalahkan keduanya.
Nah, coba kita bayangkan zaman dimana Rasulullah saw. masih hidup saja sudah ada perbedaan penafsiran terhadap persoalan keagamaan. Lalu Nabi Muhammad saw. wafat, dan beliau mewariskan al Quran dan sunnah. Bentuk Al Quran dan sunnah adalah teks, sementara teks sangat mungkin untuk multi interpretasi. Kita bisa lihat dalam sejarah dimana Imam Malik dikarenakan tinggal di Madinah, maka dia banyak menggunakan hadits. Sementara Imam Abu Hanifah dikarenakan tinggal di Kufah lebih banyak menggunakan akal. Akhirnya produk pemikirannya berbeda antara mazhab maliki dengan mazhab hanafi.
Pertanyaan selanjutnya adalah pada bagian mana Islam itu harus satu dan pada bagian mana perbedaan dalam pemahaman Islam ditoleransi? Dalam Ilmu Ushul Fiqh ada istilah Qath’iy dan Zhanniy. Qath’iy adalah ajaran Islam yang sudah mutlak tidak patut ditawar lagi, misalnya bahwa Allah itu Esa dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Perbedaan pendapat dalam hal yang qath’iy bisa dianggap kafir atau murtad.  Sementara zhanniy adalah nash yang pemahamannya masih dapat ditolerir untuk berbeda pendapat. Misalnya kata quruu’ dalam al Quran dapat berarti haid atau suci, karena lafazh ini disebut lafazh musytarak. Karena mempunyai 2 arti, maka mau mengartikan suci atau haid boleh saja.
Dalam perkembangan yang lebih modern, ada yang membagi menjadi tsawabit (tetap) dan mutaghayyiraat (bisa berubah). Ada juga yang membagi menjadi ushul (fundamental) dan furu’ (cabang). Pembagian ini perlu kita fahami bersama agar kita tidak menjadi muslim yang kaku dan sempit dalam memahami Islam. 
Terkait dengan pembahasan Islam berkemajuan, maka kami paparkan yang dapat menjadi berkemajuan adalah hal-hal yang sifatnya zhanniy, bukan qath’iy. Misalnya kalau dahulu pemerintahan sistemnya kerajaan, maka sekarang tidak apa-apa untuk dirubah menjadi republik, tidak perlu memaksakan untuk meniru sistem kenegaraan di masa lalu. Kalau dulu orang azan itu harus naik ke tempat tinggi, sekarang tidak apa-apa pakai mic. Kalau orang naik haji itu pakai unta, ya gak apa-apa kalau sekarang pakai pesawat.
Dalam Muhammadiyah yang qath’iy itu jelas, yakni soal akidah, ibadah mahdah dan akhlakul karimah. Soal akidah dari zaman Rasul kita harus bertauhid, ya sampai sekarang tetap harus bertauhid. Dari segi ibadah mahdah sebisa mungkin kita harus mencontoh Rasulullah SAW. dari segi akhlakul karimah pun tetap harus mencontoh akhlak Rasulullah. Selain yang qath’iy tersebut maka yang zhanniy harus selalu disesuaikan dengan perubahan zaman agar agama ini tidak usang. Misalnya kalau dahulu menentukan awal bulan itu dengan rukyat, maka untuk zaman sekarang tidak apa-apa dengan hisab. Kalau zaman dahulu orang ceramah itu harus pidato di depan umum sekarang saya ceramah dengan menulis di web sang pencerah. 
So, adakah yang bermasalah dengan istilah Islam Berkemajuan?
Redaksi SP