Demi Muktamar Muhammadiyah, Inilah Pahit Manis Para Penggembira di Makassar



MAKASSAR — Muktamar Muhammadiyah selalu dihadiri ratusan ribu bahkan jutaan orang dari berbagai daerah. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang digelar di Makassar, sekitar 2 juta ‘penggembira’ dari Provinsi Aceh hingga Merauke dipastikan datang dan menghadiri perhelatan akbar lima tahunan ini.

Berbagai cerita unik dan mengharukan pun kerap datang dari perjalanan para ‘penggembira’, terutama mereka yang datang menggunakan jalur laut. Sutikno misalnya, kader Muhammadiyah dari kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat ini mengaku datang ke Makassar menggunakan kapal laut dan berangkat sejak Rabu (29/7) lalu. 

Sutikno yang berangkat bersama sekitar 18 orang lainnya, harus melewati kejamnya lautan Indonesia selama dua hari dua malam, dan baru tiba di Makassar pada Jumat (31/7). Pria paruh baya ini mengaku, ia memang telah lama tidak bepergian jauh. Hal ini membuat dia cukup kelelahan ketika harus mengarungi laut selama tiga hari dua malam.  “Hampir semua penggembira yang ikut dalam kapal mual, dan banyak juga muntah-muntah. Mungkin hanya bayi yang tidak merasakannya,” ujarnya, Sabtu (1/8).

Sesampainya di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, Sutikno langsung disambut oleh panitia menuju peristirahat yang disediakan. Rombongan dari Provinsi Papua sendiri ditempatkan di kabupaten Gowa, sekitar 20 menit dari tempat Muktamar Muhammadiyah yang berada di kampus Universitas Muhammadiyah. Khusus untuk penggembira dari Sorong dan Banjarmasin, mereka ditempatkan di kantor Dinas Departemen Agama Kabupaten Maros, tepat dilantai dua gedung tersebut. Di sana hanya digelar karpet serta bantal untuk menjadi pengganjal leher ketika merebahkan badan. 

Meski demikian, Sutikno bersama rekan lain tidak merasa keberatan. Dia justru bersyukur bisa datang sebagai penggembira dan bertemu saudara sesama jamaah Muhammadiyah dari berbagai pelosok negeri. “Ini merupakan panggilan hati kami sebagai umat Muhammadiyah. Maka kami ingin ikut meramaikan acara sehingga sinar Muhammadiyah semakin terpancar,” katanya. Kader asli tanah banyuwangi ini juga menuturkan bahwa dia telah menyiapkan untuk berangkat ke Makassar sejak jauh-jauh hari. Karena tahu dana yang dibutuhkan tidak akan sedikit, kader Muhammadiyah dan Aisyiyah di Sorong sengaja membuat Bazar beberapa kali untuk menghasilkan dana sebagai modal berangkat ke Muktamar. 

Dari hasil Bazar, Sutikno bersama kader lain mampu menghasilkan dana mencapai Rp46 juta. Dana tersebut kemudian dibelikan tiket pergi dari Sorong menuju Makassar. Sisanya akan digunakan untuk operasional seperti makan dan transportasi selama di Makassar. Sedangkan ongkos pulang setiap kader harus merogoh kocek masing-masing. Perjalanan serupa juga ditempuh Rizal Uswanus. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong ini berniat untuk menghadiri acara Muktamar meski harus menempuh perjalanan yang melelahkan. Sempat muntah tiga kali selama perjalanan, Rizal merasa senang karena bisa ikut serta dalam karnaval Muktamar Muhammadiyah. “Tadi saya jalan keliling. Lumayan dari lapangan Sultan Hasanuddin sampai ke Pantai Losari. Saya juga ketemu mahasiswa Muhammadiyah dari kota lain, seperti bertemu saudara jauh,” ujar Rizal. 

Rizal yang datang bersama tiga teman dari UMS berharap bisa mendapatkan banyak ilmu selama perhelatan Muktamar Muhammadiyah. Selain menikmati perjalanan di kota yang baru pertama kali dia injak. Selamat bermuktamar Wahai Keluarga Besar Persyarikatan Muhammadiyah. (sp/rol)