Simpan Dana Rp 10 Trilyun, Muhammadiyah Didorong Kembangkan Amal Usaha

JAKARTA – Potensi ekonomi dan amal usaha PP Muhammadiyah didorong menjadi program unggulan yang akan dibahas dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, 3-7 Agustus 2015 mendatang.

“Selama ini yang menjadi program yang menonjol di Muhammadiyah, yakni kesehatan dan pendidikan. Kita ingin ada program yang ketiga, yakni ekonomi dan bisnis. Karena potensinya besar sekali, khususnya untuk umat,” ujar Bendahara Umum PP Muhammadiyah Anwar Abbas, Selasa (28/7).
Hal itu ia cetuskan dari pertimbangan jumlah dana Muhammadiyah yang tersimpan di bank, sebesar Rp 10 triliun. Dana tersebut berasal dari amal usaha yang terdiri dari lembaga pendidikan, kesehatan, panti asuhan, dan masjid.
Anwar mengungkapkan, dana tersebut ditempatkan dalam bentuk giro sebanyak 42,26 persen, tabungan 24,02 persen dan deposito 33,72 persen. Sehingga total pendapatan yang diperoleh Muhammadiyah dalam satu tahun sebanyak Rp 313 miliar.


Dosen ekonomi UIN Syarif Hidayatulkkah, Jakarta ini melanjutkan, untuk meningkatkan potensi ekonomi dan amal usaha, maka Muhammadiyah harus meningkatkan jumlah pendapatan setiap tahunnya terlebih dahulu.
Peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yakni dengan memperkecil jumlah dana yang ditempatkan di giro, meningkatkan jumlah deposito, melakukan investasi sukuk, investasi di saham syariah dan investasi di perkebunan.


“Jika hal tersebut dilakukan maka potensi dana yang didapatkan Muhammadiyah setiap tahunnya menjadi sekitar Rp 4 triliun,” kata Anwar Abbas.


Dengan penadapatansebesar itu, Muhammadiyah, menurut Anwar, dapat mendirikan hotel syariah bintang lima, rumah sakit, perguruan tinggi dan menjadi pemegang saham perbankan syariah.
“Dengan demikian akan memberikan manfaat yang begitu besar bagi umat Islam Indonesia. Dan lebih jauh, umat islam yang berjumlah mayoritas dapat berkontribusi besar bagi ekonomi nasional,” harap Anwar.


Ia mengakui selama ini potensi ekonomi Muhamamdiyah tidak dapat digali dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Lantaran Muhammadiyah belum memiliki sumber daya manusia yang berkomitmen kuat dalam mengembangkan potensi ekonomi dan bisnis. Selain itu, kader Muhammadiyah yang memiliki pengalaman di bidang usaha masih sangat sedikit.
Ia berharap agar pimpinan Muhammadiyah terpilih nantinya dapat menjadi penggerak dalam pengembangan potensi ekonomi dan bisnis yang dimiliki oleh ormas Muhammadiyah. (sp/rol)