Silaturahmi Intelektual Muhammadiyah

Selama ini banyak intelektual yang secara kultural berlatar belakang Muhammadiyah yang kurang terlibat dalam aktivitas Muhammadiyah. Mereka ini adalah para alumni sekolah atau perguruan tinggi Muhammadiyah, berasal dari keluarga Muhammadiyah, atau secara kultural dibesarkan dalam lingkungan Muhammadiyah. Mereka bertebaran di berbagai institusi, berdiaspora di berbagai kelembagaan negara maupun non-negara, dan berkiprah di berbagai bidang. Karena mereka berada di luar struktur Muhammadiyah, maka pemikiran dan gagasan mereka kurang tertampung dalam langkah-langkah organisasi ini. Karena itu, perlu ada upaya menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan mereka guna mendengarkan saran dan masukan mereka terhadap Muhammadiyah. Pada jangka panjang, pertemuan ini diharapkan menjadi embrio terbentuknya jaringan informal bagi intelektual-kader Muhammadiyah.
Alhamdulillah, tokoh-tokoh intelektual dengan social-origin Muhammadiyah telah banyak berkiprah dalam membangun bangsa, antara lain Prof. Dr. Mochtar Pabotinggi, Prof. Dr. Anies Baswedan,  Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Dr. Marwah Daud Ibrahim, Dr. Andrinof Chaniago, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, Prof. Dr. Bahtiar Effendy,  Prof. Dr. Sri Edi Swasono, Prof. Dr. Ir. Dwikorita Karnawati, MSc, Dr. Irman Gusman, Prof. Dr. Siti Nurbaya. Dr. Zulkifli Hasan, Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Didiek J. Rachbini, Prof. Dr. Ryaas Rasyid, Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar, Dr. Hendri Saparini, Prof. Dr. Sylviana Murni, Prof. Dr. Ichlasul Amal, Prof. Dr. Sofian Effendi, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Prof. Dr. Akhmaloka.
Muhammadiyah juga akan mengadakan perhelatan Muktamar ke-47 dengan mengangkat tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”. Gerakan pencerahan yang diusung oleh Muhammadiyah sejatinya telah dimulai sejak Kyai Haji Ahmad Dahlan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Kata “berkemajuan” menyiratkan adanya keberlangsungan, dan bahkan progress, sebagai perwujudan dari usaha yang terus-menerus untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermakna. Makna “berkemajuan” saat ini juga sering didekatkan dengan kosmopolitanisme, yakni sebagai citizens of the world kita mesti reseptif dan terbuka terhadap keragaman dan terus berusaha menjalin dialog dan kerjasama dengan sesama.
Dalam kaitannya dengan inilah maka kerjasama antara intelektual Muhammadiyah yang berada dalam struktur dan intelektual Muhammadiyah yang berada di luar struktur diperlukan untuk membangun silaturahmi dan komunikasi serta menjaring pemikiran-pemikiran dari para intelektual Muhammadiyah dalam rangka menyongsong  Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makasar.
Acara sarasehan ini akan diawali dengan buka puasa bersama, shalat maghrib dan taraweh berjamaah yang akan diikuti oleh sarasehan di mana para tokoh intelektual Muhammadiyah kultural akan menguraikan keterkaitan mereka dengan Muhammadiyah  dan memberikan kririk serta saran untuk Persyarikatan dalam rangka menyongsong Muktamar Muhammadiyah ke-47. Diharapkan kegiatan sarasehan ini akan terus menumbuhkan tradisi berjitihad di kalangan Muhammadiyah, sebagai gerakan dakwah dan tajdid yang membawa semangat Islam yang berkemajuan untuk melakukan pencerahan (tanwir) pada berbagai problem keummatan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Jakarta, 1 Juli 2015
Pemrakarsa:
Prof. Dr. Mochtar Pabottinggi, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Prof. Dr. Bahtiar Effendy,  Rizal Sukma, PhD, Ahmad Najib Burhani, PhD, Alpha Amirrachman, PhD dan Andar Nubowo, DEA. Meneruskan wa mas andar