Dinamika Imsakiah di Indonesia

Kata Imsakiyah berasal dari bahasa Arab (amsaka – yumsiku berarti menahan diri). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia halaman 428 istilah “imsakiah” diartikan jadwal yang menetapkan waktu salat. Sementara itu Hans Wehr dalam “A Dictionary of Modern Written Arabic” mendefinisikan imsakiah adalah calendar of fasting during the month of Ramadan”. Di Indonesia anggitan imsakiah merupakan jalan keluar sekaligus jalan tengah untuk menjembatani pelaksanaan ibadah puasa Ramadan dengan memberikan batas 10 menit sebelum tiba waktu Subuh.
Imsakiah mulai berkembang pasca rasulullah, khususnya pada zaman keemasan Islam. Berbagai dokumen sejarah menginformasikan pada saat itu bermunculan imsakiah yang sangat indah hasil kerja para astronom muslim dan kaligrafer.
Di era modern imsakiah berkembang di belahan dunia. Kawasan Timur Tengah  imsakiah beredar saat bulan suci Ramadan dengan model tulisan arab yang indah. Begitu pula di kawasan Amerika, Australia, dan Eropa sebagian besar imsakiah menggunakan bahasa lokal. Kehadirannya sangat dinantikan umat Islam untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan ibadah Ramadan. Khusus di Indonesia imsakiah mengalami perkembangan yang luar biasa. Mula pertama imsakiah berbentuk sangat sederhana dan beredar sangat terbatas. Proses perhitungan dilakukan secara manual. Bahan yang digunakan kertas dan diketik secara manual pula tanpa desain.
Muhammadiyah sebagai pelopor penggunaan hisab di Indonesia sangat berperan dalam memasyarakatkan imsakiah. Hal ini dapat ditemukan dalam berbagai dokumen sejarah perkembangan pemikiran hisab di Indonesia. Pada periode awal penggunaan komputer imsakiah dibuat dengan program  DOS dan dicopy dalam jumlah tertentu. Periode ini bentuk imsakiah masih sederhana seperti sebelumnya. Hanya proses pembuatannya sudah melibatkan teknologi komputer dan printer.
Selanjutnya pada era teknologi informasi pembuatan imsakiah sangat mudah dan cepat karena proses perhitungan dibantu berbagai macam software awal waktu salat. Sebelumnya proses perhitungan imsakiah memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari. Namun kini proses perhitungan imsakiah hanya memerlukan waktu beberapa menit. Selain proses yang cepat kehadiran imsakiah sekarang didukung desain grafis yang sangat memadai sehingga hasilnya nampak indah dan menarik.
Dalam praktiknya imsakiah hadir menjelang Ramadan. Hampir semua media massa memuat imsakiah dengan beragam bentuk dan sumber rujukan. Harian nasional, seperti harian Republika, Kompas, dan Media Indonesia tidak mencantumkan sumber rujukan.  Republika memuat imsakiah harian di halaman depan bagian atas yang terdiri Imsak, Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan disertai konversi. Khusus waktu Imsak dan Magrib dicetak besar agar mudah terbaca. Media Indonesia memuat imsakiah setiap hari pada halaman depan bagian bawah terdiri Magrib dan Imsak. Sementara itu harian Kompas memuat imsakiah dua hari pada halaman depan bagian bawah sebelah kiri terdiri Imsak, Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya.
Begitu pula harian lokal seperti Harian Yogya dan Radar Yogya tidak memuat sumber rujukan. Harian Yogya memuat imsakiah di bawah logo “Harian Jogja” tertulis Jadwal Imsakiyah untuk Kawasan DIY dan sekitarnya terdiri Imsak, Subuh, dan Magrib setiap hari. Radar Jogja memuat imsakiah seperti Harian Jogja hanya letaknya di bagian bawah. Berbeda dengan Harian Jogja dan Radar Jogja, harian Kedaulatan Rakyat memuat imsakiah secara utuh sejak Imsak sampai Isyak dan merujuk sumber dari Kementerian Agama Kanwil Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan data di atas ditemukan perbedaan dalam mencantumkan waktu Imsak. Pada tanggal 6 Juli 2014 harian Republika dan Media Indonesia menyebutkan waktu Imsak = 04.32 WIB, sedangkan harian Kompas menyebutkan waktu Imsak = 04.33 WIB. Hal ini juga terjadi pada harian yang beredar di Yogyakarta, seperti pada tanggal 29 Juni 2014 Radar Jogja dan Harian Jogja memuat waktu Imsak = 04.20, Subuh = 04.30, Magrib = 17.34. Adapun harian Kedaulatan Rakyat memuat waktu Imsak = 04.21, Subuh = 04.31, dan Magrib = 17.35 WIB.
Selain media massa, di Yogyakarta juga beredar berbagai macam imsakiah yang dikeluarkan oleh lembaga dan masjid. Mayoritas imsakiah tersebut merujuk pada hasil perhitungan Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam perjalanannya kini sumber yang dirujuk selain Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah Kementerian Agama RI dan Rukyatul Hilal Indonesia.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa perkembangan imsakiah di Indonesia mengalami kemajuan sesuai tuntutan zaman baik proses perhitungan maupun desain yang ditampilkan. Meskipun proses dan perhitungan imsakiah lebih mudah dan cepat namun perlu diperhatikan ketelitian dan kesesuain data dalam membuat imsakiah satu wilayah agar tidak menimbulkan masalah baru.
Sumber: http://museumastronomi.com/dinamika-imsakiah-di-indonesia/