IMM Unsoed Gelar Seminar Ayat – Ayat Semesta

PURWOKERTO – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Soedirman UNSOED gelar acara stadium general dengan tema “Rekontruksi Ilmu Pengtahuan Berbasis Nalar Ayat-Ayat Semesta”, Hari Ahad (14/06/2015). Kegiatan diadaskan di Aula FISIP UNSOED, yang dihadiri oleh delegasi dari oganisasi gerakan se lingkungan UNSOED, Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) UNSOED, BEM Fakultas, IMM se Kabupaten Banyumas, alumni IMM dan umum. Peserta yang hadir pada kegiatan silaturahmi ini sekitar 120 orang.
“Bahasan terkait islam dan ilmu ini nampaknya sangat asing dikaji di kampus Negeri, padahal pondasi keislaman dan keilmuan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Maka IMM Soedirman mencoba mengawali dalam membuka cakrawala islam dan ilmu dengan mengadakan stadium general ini” dalam sambutannya Mulkan Putra Suhada sebagai Ketua Umum IMM Soedirman, yang juga salah satu mahasiswa FEB UNSOED.
Acara ini diawali dengan pengantar materi yang disampaikan oleh keynote speaker Prof Totok Agung Ph.D (guru besar fakultas pertanian UNSOED), bahwa jika menengok sejarah ilmuwan-ilmuwan hebat masa lampau, mereka adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Akan tetapi muslim hari ini masih sibuk akan perdebatan lain dan sering melupakan 800 ayat kauniyah dalam Al-Quran yang juga Alloh turunkan sebagai petunjuk. Ini spirit kita bersama.
Kemudian dilanjutkan dengan kedua narasumber yang memandang islam dan ilmu dari aspek sosial dan sains, yakni Agus Purwanto D.Sc sebagai creator TRENSAINS (Pesantren Sains) yang menyampaikan dari aspek sains islam dan Prof. Imam Santosa sebagai guru besar FISIP UNSOED yang memandang islam dan ilmu dari aspek sosial profetik.
“Sains barat bertumpu pada materialisme ilmiah, yakni Tuhan dianggap imajinasi manusia yang lemah dan tak berdaya, malaikat dan setan dianggap sebagai lompatan agen untuk menjelaskan fenomena alam. Materialisme ilmiah menolak keberadaan Tuhan, materi dianggap ada pada keabadian masa lalu, tanpa ada campur tangan Tuhan. Itulah yang terjadi hari ini”. Jelas Sang Creator TRENSAINS Agus Purwanto, D.Sc
Dewasa kini dikotomi antara islam dan ilmu masih sangat dirasakan, tidak ada kesinambungan antara keduanya. “Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap bangunan tata nilai bangsa, Maka, wajar jika banyak muncul ilmuwan atheis, dan produk ilmuwan hari ini hanya merusak pada kebobrokan tata nilai”. Prof Imam Santosa yang memandang dari aspek sosial profetik. Pada akhirnya teknologi menjadi kambing hitam akan kebobrokan tata nilai tersebut. 
Peserta terbius akan diskusi kondisi riil muslim dan generasi intelektual hari ini, kegelisahan-kegelisahan yang menunjukan kepedulian muncul dengan sederetan pertanyaan, diskusi berlangsung ramai, hingga pertanyaan-pertanyaan masih tersisa sampai waktu sudah berakhir.
“Sejatinya ilmu itu harus mengantarkan kita untuk mengenal Tuhannya, bahkan hingga mengantarkan untuk lebih dekat dengan Tuhannya. Sehingga memberikan manfaat untuk kemajuan umat tanpa mengkerdilkan sains itu sendiri. Bahkan akan membawa terhadap kekayaan atau kebangkitan tata nilai. Pada akhirnya cita-cita mulia sadra tentang kebenaran adalah sesuatu yang bisa diterima oleh akal, sesuai teks islam dan bisa diterima oleh hati akan menjadi semangat kita semua. Itulah kebenaran hakiki” Jelas Immawan Andi Wahyono S.Pd.I selaku moderator sekaligus mengakhiri diskusi panjang ini.
Kontributor : Halida ( Ketua Pelaksana + Kabid Keilmuan dan Riset IMM Soedirman )