Hubungan Pancasila, Piagam Jakarta dan Kalimat Tauhid

Oleh : Dr. Nadjamuddin Ramly
Para Sahabat Budiman nan Bijak Bestari,jika bicara mengenai PANCASILA maka tidak bisa dipisahkan dengan PANCASILA dalam PIAGAM JAKARTA yang dibahas dan disusun Oleh Panitia Sembilan yang diketuai Oleh Dr.Ir.Soekarno,yang menjadi paragraf/alinea terakhir dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indoensia Tahun 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pancasila dalam PIAGAM JAKARTA sila pertamanya berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,dikarenakan Bung Hatta (Drs.Muhammad Hatta salah seorang Proklamator kita) mendapatkan gugatan saudara-saudara Nasrani kita dari Indonesia Timur melalui Laksamana Maeda (Panglima Tentara Jepang di Indonesia),sehingga Bung Hatta menemui salah seorang Panitia 9 yang masih berada di Jakarta (karena yang lainnya sudah mudik lebaran,saat itu bulan Ramadhan) yakni KI BAGUS HADIKUSUMO (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah).
Bung Hatta bertanya bagaimana pendapat Ki Bagus jika Sila Pertama Pancasila Piagam Jakarta itu dipaksakan maka akan ditolak oleh saudara-saudara kita non Muslim ? maka Ki Bagus menjawab diganti saja 7 kata itu dengan YANG MAHA ESA menjadi KETUHANAN YANG MAHA ESA, lalu Bung Hatta bertanya lagi apa makna YANG MAHA ESA itu ? Ki Bagus menjawab Yang Maha Esa itu adalah TAUHID (pernyataan seorang hamba Allah yang hanya MENGESAKAN ALLAH SWT sebagai satu-satunya Tuhan,Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak meyerupai dengan sesuatu dan tidak boleh menjadikan Tuhan-Tuhan lainnya untuk disembah selain Allah Azawajalla). Sehingga Ketuhanan Yang Maha Esa itu,menjadi primanota terhadap Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Luar biasa para bapak/ibu pendiri Bangsa Indonesia yang memiliki horizon berfikir yang sangat luas dan memiliki pandangan jauh kedepan dalam merumuskan azas-azas berbangsa dan bernegara yang sangat sesuai dengan Karakter dan kemampuan kita. Semoga Allah SWT melapangkan kubur mereka dan nantinya Allah SWT memasukkan mereka dalam surganya Jannatunna’im.