Mengenal PP Muhammadiyah Internasional

Walau tidak memiliki hubungan struktural organisasi, di beberapa manca negara, Muhammadiyah berdiri dan berkembang. Dengan logo, misi, dan tujuan gerakan yang sama, Muhammadiyah di berbagai negara itu turut menyebarkan nilai-nilai yang dibangun Persyarikatan ini. Beberapa negara yang terdapat organisasi Muhammadiyah tanpa hubungan struktural dengan Muhammadiyah di Indonesia misalnya Singapura, Thailand, dan Laos.
Di Singapura, Muhammadiyah telah mulai berdiri sejak 1957 yang dipelopori oleh Murid-murid dari Madrasah Raudatil Atfal dan murid-murid dari Ustadz Abdul Rahman Harun, Ustadz Rijal Abdullah dan Ustadz Amir Esa.
Di antara aktivitas dakwah yang dikembangkan di Muhammadiyah Singapura antara lain adalah: Kelas Asas Bimbingan Agama, Muhammadiyah Kindergarten, Madrasah al-Arabiah al-Islamiyah, Tapak Suci Singapura, Muhammadiyah Health Care Centre, Muhammadiyah Welfare Home, Muhammadiyah Resource Development Unit, Jenazah Management Service. Sejak tahun 2000 Muhammadiyah Singapura mendirikan Kolej Islam Muhammadiyah. Info lebih lengkap, lihat www.muhammadiyah.org.sg.
Kiprah gerakan dakwah Muhammadiyah Internasional tidak bisa dilepaskan dari seorang yang bernama Ustadz Abdul Wahab, warga Negara Malaysia yang tinggal di Kulim Kedah Malaysia. Berikut ini adalah kisah kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah Internasional yaitu tebar hewan Qurban bagi suku anak pedalaman di Thailand Utara. Ribuan kilo meter jauhnya yang harus ditempuh untuk mencapai wilayah itu dari Kulim Kedah Malaysia.
Hatyai, salah satu kota di Provinsi Yala, Thailand Selatan, empat provinsi di selatan itu mayoritas penduduknya muslim, seperti di Patani, Narathiwat dan Songklah. Banyak pelajar dari sana menimbah ilmu di Indonesia, beberapa dari mereka menjadi pengurus Muhammadiyah di Thailand dan tergabung dalam Muhammadiyah Internasional.
Dari Batam Indonesia dengan Ferry ke Stulang Laut Johor Malaysia ditempuh sekitar 1 jam lebih. Sementara dari terminal Bus Larkin di Johor Bahru langsung ke Hatyai Thailand sekitar 15 jam perjalanan. Ustazd Wahab, telah berbelas tahun melaksanakan dakwah di pedalaman Thailand. Hampir seluruh provinsi dan kota di Thailand telah dilaluinya dan banyak pula negara selain Thailand yang telah dikunjunginya. Hampir semua masjid, sepanjang perjalanan yang bisa dilalui untuk berhenti sholat dari Selatan ke Utara tak ada jamaah dan imam masjid yang tak mengenal sosok Ustazd Wahab.
Penyembelihan hewan kurban dipusatkan di Pha Yao dan berjalan lancar, Rombongan warga Muhammadiyah dari Thailand yang mengikuti kegiatan Qurban ini dipercepat 2 hari dari rencana semula 10 hari. Karena tanggal 23 Desember 2007 bertepatan dengan hari pemilihan raya di Thailand, sementara sebagian rombongan Malaysia pulang melalui udara.
Rombongan dari Malaysia yang pulang dengan Bus, sehari sebelum pulang ke Malaysia mengunjungi beberapa masjid di Chiang Rai. Beberapa masjid yang di kunjungi, ada masjid yang dibangun dan dibina oleh Muhammadiyah Internasional, di masjid itu ditempatkan Dai untuk membina para muallaf.
Di masjid dimana ditempatkan Ustadz Ahmad Siddiq misalnya, pemerintah setempat dalam hal ini pemerintah Thailand bagian Utara khususnya cukup akomodatif, “Asal kita laporkan saja kegiatan kita kepada kerajaan”, ujar Ustadz Siddiq yang menjadi ketua madrasah di situ. Dia pun selalu diundang oleh kerajaan dalam hal-hal yang berkenaan dengan agama.
“Kita berdakwah haruslah santun dan bijak”, ujar Ustadz Wahab menimpali. “Banyak suku Bukit yang mendiami perbukitan sejuk di Thailand Utara itu belum tersentuh dakwah, kita memerlukan banyak dai dan dana untuk itu”, kata Ustadz Wahab.
Tak terasa perjalanan telah memasuki kawasan Golden Triangle (segi tiga emas) yang terkenal itu, disepanjang tepian sungai Mekong terlihat banyak bangunan resot, cafe dan restoran. Disitu pun banyak tempat perjudian. Sungai Mekong adalah sungai yang menjadi perbatasan tiga negara, Thailand, Burma dan Laos. Sembari menatap air yang agak keruh mengalir di Sungai Mekong yang membatasi ketiga negara itu, yang kini banyak berdiri tempat maksiat, Ustadz Wahab mengungkapkan tekad beliau, yaitu hendak menjadikan sungai Mekong tempat berwuduk dan tempat mandi junub, nantinya dikemudian hari. Maksudnya, hendak berupaya mendakwahkan Islam kepada penduduk di sepanjang sungai Mekong itu sampai mereka menjadi muslim dan menggunakan air sungai Mekong untuk mensucikan diri menjalankan ibadah.
Sejarah perjuangan Muhammadiyah di kawasan Asean bisa dilihat dari kiprah salah seorang tokoh terkemuka dalam gerakan Muhammadiyah di tanah Malayu yaitu Syeikh Tahir Jalaluddin (1869-1957). Beliau adalah seorang putera Minangkabau yang menuntut ilmu Islam di Makkah. Salah seorang gurunya adalah Syeikh Ahmad Khatib (1860-1916M) seorang ulama di Makkah yang berasal dari Minangkabau. Syeikh Tahir Jalaluddin juga menuntut di Al-Azhar Mesir. Di Mesir, beliau banyak berkenalan kelompok Muhammad Abduh. Pemikiran Muhammadiyah tertanam dalam jiwanya, selepas balik ke tanah air beliau terus memperjuangkan ide-ide pembaharuan itu. Beliau memulai gerakan Muhammadiyah dengan menerbitkan majalah al-Iman. Kawan seperjuangan beliau adalah Syed Syeikh al-Hadi, seorang tokoh keturunan Hadramaut.
Mesir, India, Makkah, Malaysia dan Indonesia ialah tempat-tempat yang menjadi pangkalan kemasukan fahaman Muhammadiyah. Tokoh-tokoh seperti Syed Syeikh al-Hadi, Syeikh Jalaluddin, Haji Abbas Taha, dan Datuk Haji Muhammad bin Haji Mohd Said membawa angin Muhammadiyah ke Malaysia. Mereka menerbitkan beberapa majalah yang berpengaruh seperti al-Ikhwan dan Pengasuh. Berdiri beberapa sekolah Islam seperti Madrasah al-Hadi di Malaka pada tahun 1917 dan Madrasah al-Masyhur al-Islamiyan di Pulau Pinang (1919), juga penerbitan majalah al-Ikhwan (1926) dan Majalah Saudara (1928). Anak-anak didik mereka kemudiannya melanjutkan perjuangan Muhammadiyah. Demikian menurut cerita Ustadz Wahab bin Ahmad.
Di Kelantan gerakan Muhammadiyah mendapat sambutan baik. Salah seorang tokoh terkenal adalah Haji Wan Musa bin Abdul Samad (1874-1939M). Beliau bukanlah seorang tokoh yang berjuang sendirian di Kelantan. Dalam suatu perdebatan di Kota Bahru beliau disokong oleh Haji Abbas Taha dari Singapura, pengarang al-Iman dan DR Burhanuddin al-Helmi. Beliau juga mempunyai hubungan surat menyurat yang berisi pertukaran pendapat tentang pelbagai-bagai masalah dengan Syed Al Hadi. Beliau juga pernah berhubungan langsung dengan Syed Rasyid Ridha di Mesir. Selain itu ada juga tokoh bernama Abu Abdillah Syed Hasan bin Nor Hasan yang dikenal dengan “Tok Khurasan” (Datuk Khurasan) seorang tokoh ilmu yang berasal dari Afganistan, pernah mendalami ilmu agama di India. Sekembalinya mereka ke
tanah air, mereka menyumbangkan unsur-unsur Muhammadiyah kepada umat Islam setempat. Begitu juga kepulangan Haji Mohd. Yusuf bin Muhammad yang lebih di kenali “Tok Kenali” atau Datuk Kenali (Kenali adalah nama kampung tempat beliau tinggal, di kawasan Kubang Kerian) membawa angin baru dalam perkembangan Islam di Kelantan. Beliau belajar di Makkah selama 20 tahun, pernah mengunjungi Mesir. Beliau dilantik menjadi pengarang majalah Pengasuh yang diterbitkan oleh Majlis Agama Islam dan adat istiadat Melayu Kelantan.

*) Artikel ini diambil dari buku “Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri” yang diterbitkan oleh: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.