Instruktur Dibombardir Pertanyaan Kader IMM Thailand Masalah Perbedaan Fiqih Syafii dan Muhammadiyah



JAKARTA – Perbedaan Madzhabiyyah antara di Thailand yang mayoritas menganut madzhab Syafii dengan fiqih Muhammadiyah yang menguatamakan dalil-dali rajih menjadi fokus diskusi yang terus terulang dan dipertanyakan oleh Mahasiswa-Mahasiswa Thailand. “Kami ini banyak berbeda dalam tata cara ibadah dengan apa yang diamalkan Muhammadiyah, kami takut seandainya membawa Muhammadiyah di Thailand tidak diterima dan justru kami malah dibenci,” tutur Fadillah salah seorang mahasiswi yang berasal dari Thailand Selatan (21/03/2015).

Menanggapi banyaknya pertanyaan perbedaan fiqhiyyah antara apa yang dipahami Muhammadiyah dengan apa yang biasa diamalkan di Thailand, Master of Training, yang juga Ketua Korps Instrukur DPD IMM DIY, Immawan Rijal Ramdani, memberikan penjelasan yang sangat gamlang. Menurutnya, perbedaan di dalam ajaran Islam dikenal dengan Dua istilah, iftiroq dan ikhtilaf. Iftiroq merupakan perbedaan di dalam Aqidah sementara Ikhtilaf perbedaan di dalam masalah Ibadah atau fiqhiyyah. Perbedaan di dalam masalah Aqidah merupakan perbedaan yang tidak bisa ditolelir karena menyangkut Ke-Imanan dan Rukun Iman, sementara perbedaan di dalam masalah fiqhiyyah masih bisa didiskusikan karena merupakan hasil dari Ijtihad para Ulama.

Menurut alumni Magister Adminsitrasi Publik UGM tersebut, perbedaan di dalam fiqih bisa terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena Nabi mengamalkan satu amalan dengan beberapa cara, seperti perbedaan di dalam bacaan takbiratul ihram, di satu waktu Nabi membaca “Allahumma Ba’id,” di lain waktu “Allahu Akbar Kabira” atau “Subhanakallah”. Ketiga Hadis tersebut derjatnya shahih, bisa diamalkan ketiga-tiganya. Selain itu perbedaan pun bisa muncul akibat adanya dalil yang Samar. “Misalkan tadi teman-teman bilang perempuan Haid di Thailand tidak boleh membaca al-Qur’an sementara di Muhammadiyah boleh. Kami di Muhammadiyah memahami ayat al-Qur’an “la yamassuhu illal mutahharun” bukan sebagai larangan untuk membaca al-Qur’an kecuali bagi yang suci, melainkan ayat tersebut menjelaskan proses turunnya al-Qur’an yang tidak tersentuh kecuali oleh makhluk yang disucikan, yaitu malaikat Djibril” jelasnya.

Immawan Rijal pun menjelaskan bahwa Muhammadiyah mengedepankan prinsip “arruju ilal qur’an wa sunnah” mengembalikan semua permasalahan kepada pada sumber ajaran Islam yang utama itu, bukan kepada qaul Ulama. Seandainya ada pendapat ualama yang berbeda maka diambil dalil yang paling kuat “attarijih”. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid yang berusaha untuk mengembalikan masalah-masalah Aqidah dan Ibadah sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, sementara dalam masalah Dunyawiyyah, Muhammadiyah selalu berusaha untuk mengikuti zaman. “Misal tadi teman-teman menanyakan tentang penentuan 1 Ramadhan dan Syawal, kami memandang metode penentuannya merupakan masalah Dunyawiyyah yang boleh untuk berubah karena kemajuan teknologi, kami menggunakan Hisab. Hal itu karena di dalam surat Yasin; Matahari, Bulan dan Bumi beredar pada garis edarnya. Di sisi lain Nabi pun mengisyaratkan bahwa Nabi itu Ummi; tidak bisa menulis dan menghitung; sehingga pada saat itu dilakukan ru’yah” jelasnya kembali.

Atas penjelasan-penjelasan tersebut, mayoritas peserta dari Thailand bisa memahaminya, Immawan Rijal Ramdani menekankan bahwa fokus utama dari Dakwah Muhammadiyah adalah pada nilai-nilai Kemanusiaan, Kyai Ahmad Dahlan dengan menyandarkan pada Surat Al-Maun mengajarkan bahwa orang yang mendustakaan agama adalah mereka yang tidak peduli terhadap anak yatim ataupun tidak memberi makan orang Miskin. Sehingga yang diharapkan dari gerakan kader PC.IMM Thailand adalah bagaimana bisa menguatkan umat Islam di Thailand Selatan, supaya anak-anak mudanya bisa menjadi motor penggerak di kemudian hari untuk mendirikan pelayanan kesehatan bagi orang-orang miskin dan pendidikan gratis bagi yang tidak mampu. “Itulah misi dakwah Muhammadiyah dan IMM, seorang yang ber-Iman itu bukan hanya orang yang paling rajin ibadahnya, tetapi orang beriman Itu selain rajin Ibadah juga harus peka terhadap kesulitan sodaranya” tutup Immawan asal Garut Jawa Barat tersebut. (datarluhur.com)

Kontributor : Nofitasari