Belajar Kehidupan dari Kisah “THE DEVIL’S ADVOCATE”

Oleh : Afnan Hadi Kusumo
(Anggota DPD RI)

Mengikuti proses hukum yang terjadi akhir-akhir ini sering berakibat
membingungkan masyarakat yakni antara fakta dan opini, antara keadilan
prosedural dan keadilan substansial. Terkadang dalam proses hukum
seseorang memenangkan perkara pengadilan dan dianggap sebagai pihak yang
benar karena telah memenuhi prosedur hukum yang berlaku meskipun secara
substansi sesungguhnya dia bersalah. Atau bahkan seseorang kalah dan
dianggap sebagai pihak yang salah pada sebuah perkara pengadilan
walaupun secara substansial dia benar. Kondisi yang demikian membuat
masyarakat menjadi jengkel, marah, tapi tidak berdaya sehingga
akumulasinya adalah keputus asaan.

Dalam sebuah sekuel Film yang
berjudul “The Devil’s Advocat” (1997) yang dibintangi Keanu Reeves
(Kevin Lomax) dan Al Pacino (John Milton) juga menceritakan tentang
persoalan di atas. Tersebutlah seorang pengacara bernama Kevin Lomax
dimana pada awal kariernya sebagai pengacara pernah membela seorang yang
bernama Philippe Moyez dalam kasus pembunuhan domba. Philippe Moyez
dituntut oleh pemerintah karena secara faktual melanggar peraturan
kesehatan sehingga dia berfikir tidak akan bisa memenangkan kasus
tersebut, namun setelah dibela Lomax akhirnya dia bebas. Suatu saat
Kevin Lomax mengunjungi rumah Moyez, ia melihat keanehan di sebuah ruang
bawah tanah, di situlah Moyez mengakui bahwa ia melakukan pembunuhan
terhadap binatang dengan cara tidak lazim guna kelengkapan ritual untuk
meraih berbagai keinginannya. Selanjutnya Moyez mengeluarkan lidah
seekor binatang dan beberapa paku, setelah menanyakan nama jaksa yang
menuntutnya, ritual ilmu hitam pun dilangsungkan. Di lain hari, pada
saat sidang berlangsung keanehan muncul karena jaksa penuntut kemudian
sulit sekali berbicara. Kejadian aneh tersebut tidak terlalu disadari
oleh Lomaz, karena Ia hanya berdasarkan pada hal-hal rasional untuk
memenangkan kliennya (Moyez). 

Hari-hari selanjutnya Kevin Lomax
menjadi seorang pengacara yang handal, Ia selalu memenangkan setiap
perkara di Gainsville-Alachua Country. Misalnya saja tatkala menangani
kasus pelecehan seksual seorang guru terhadap muridnya. Lomax sebenarnya
sudah dalam posisi yang merasa kalah karena dari pengakuan kliennya dia
memang benar-benar melakukan pelecehan seksual. Hal ini didukung oleh
pengakuan murid kliennya yang secara gamblang menjelaskan kronologis
kasus tersebut di depan pengadilan. Namun karena Lomax lebih
mementingkan popularitas dan reputasinya maka ia abaikan setiap fakta
yang ada. Lalu dengan mengesampingkan makna kebenaran, ia memenangkan
perkara tersebut dengan kepandaiannya dalam merebut simpati para juri.

Kemenangan demi kemenangan diperoleh Lomax, sehingga dia semakin
terlena dalam kenikmatan dunia yang tidak abadi. Di tengah mabuk
kemenangan itulah dia bertemu dengan John Milton (Alpacino). Milton
adalah pemilik sebuah Firma Hukum yang disegani di New York bernama
“Milton, Chadwick, Waters”, dia juga sosok yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi dan memiliki ambisi serta kekuasaan. Ia bisa mengetahui
apa yang ada dalam benak manusia. Dengan kekuatannya, ia bisa melakukan
apa saja yang diinginkannya termasuk berhubungan dengan perempuan dan
membunuh. Pertemuannya dengan ibu Lomax telah membongkar sebuah rahasia
yang selama ini disimpannya yakni John Milton adalah bapak dari Lomax.
Keinginan Milton untuk bertemu dan mempekerjakan Lomax tidak lain
adalah untuk menguasai dunia. Milton memiliki keyakinan jika cucunya
kelak dari hasil perkawinan Lomax dengan anak Milton (hubungan sedarah)
akan melanjutkan cita-citanya menguasai dunia. “Bibitmu adalah kunci
untuk mewujudkan dunia baru” itu yang dikatakan Milton untuk meyakinkan
Lomax. Diakui oleh Milton bahwa ia memang setan yang berambisi menjadi
pemimpin dunia pada abad ke-20 ini.

Namun kenikmatan ini hanyalah
sementara sebab setelah bertemu dengan Milton, Lomax seolah lupa
keluarga. Setiap hari istrinya yang bernama Mary Ann ditinggal
sendirian. Dalam kesendiriannya itu Mary Ann mengalami banyak keanehan,
seperti melihat wanita yang berubah menjadi wajah yang menakutkan,
melihat seorang anak kecil yang berada di apartemennya dan mengambil
indung telurnya sehingga ia tak bisa melahirkan seorang anak dari
rahimnya, bahkan ia juga sering mendengar suara-suara yang aneh.
Akibatnya, dengan terpaksa Lomax membawanya ke rumah sakit jiwa hingga
menemui ajalnya di sana. Kejadian demi kejadian itu akhirnya menyadarkan
Lomax, bahwa pelakunya adalah Milton. Ini dilakukan oleh Milton untuk
memuluskan jalannya menguasai dunia. Manakala Lomax menyadari ketidak
beresan tersebut dia mengambil keputusan yang tragis yakni menembak
kepalanya sendiri dengan pistol miliknya. Akibat kejadian itu, John
Milton dan anak perempuannya terbakar dan menjadi abu. 

Penulis
film ini seolah ingin mengatakan bahwa : (1) manakala setan menguasai
hukum, maka yang dikejar adalah kemenangan semata dengan cara apapun,
baik itu saksi palsu, memutar balikkan fakta, saksi ahli yang mendukung
opininya dan sebagainya. Seolah melupakan fakta bahwa keadilan yang
sesungguhnya adalah keadilan di akhirat kelak, sebab yang akan bersaksi
adalah anggota tubuh kita yang tidak mungkin berbohong. (2) setiap
keberhasilan yang diperoleh dengan cara tidak wajar akan berimbas pada
diri sendiri maupun keluarga terdekat. Dan (3) sifat jahat hanya bisa
dilawan dengan kesadaran nalar dan hati kita…. Wallahua’lam bishowab..