Akhiri Sinetron Ini, Presiden Lantik Sajalah Budi Gunawan Menjadi Kapolri


Sudahlah lantik saja Budi Gunawan Jadi Kapolri kalau itu mau mu, mungkin itu kalimat akhir yang bisa diucapkan melihat teledrama kasus Polri vs KPK yang tak kunjung – kunjung usai. Episode Drama bak Sinetron stripping di televisi hadir menyita perhatian public dimulai ketika Presiden Jokowi mengajukan calon tunggal Kapolri yaitu Budi Gunawan ke DPR

Kemudian hal tersebut direspon oleh KPK dengan mengeluarkan status tersangka kepada BG yang menurut informasi sebelumnya sudah diberika stabile merah oleh KPK ketika Jokowi mengusulkan nama – nama calon mentrinya ke KPK.

Publik berharap ketika proses di DPR pencalonan BG ini akan dijegal mengingat masih hangatnya polarisasi KMP dan KIH, alih – alih akan terjegal DPR malah loloskan BG sebagai Calon Kapolri,,, hei elieeh padahal dulu para supporter KMP dan KIH saling bully dan mencibir di media sosial kepada lawan politik yang mereka dukung ternyata setelah di DPR mereka KMP dan KIH kompak loloskan BG, terus ngapain kita dulu sampai urat tegang saling bela dan hina antara kita hanya demi memenangkan jagoan KMP dan KIH? Lagi – lagi masyarakat tertipu acrobat politik pada badut elit politik negri ini

Episode – Episode selanjutnya terus bergulir dari penangkapan wakil ketua KPK, kemudian dikabulkannya pra peradilan BG yang menyatakan penetapan tersangka Budi Gunawan adalah tidak sah, sampai puncaknya penetapan Ketua KPK Abraham Samad Menjadi Tersangka.

Publik mungkin sudah bosan melihat konflik melodrama ini, mau sampai kapan sinetron ini akan berakhir toh sudah banyak masukan mulai dari masyarakat dan tim independen yang dibentuk presiden tapi mengapa Presiden belum mau ambil keputusan, mau sampai kapan Jokowi pasang strategi “buying time” sementara di lain pihak partai – partai pengusung Jokowi tetap keukeuh minta Budi Gunawan Dilantik

Sudah saatnya Presiden ambil keputusan, kalau mau melantik Budi Gunawan lantik joo.. toh itu kewenangan atau hak preogratif presiden jangan ragu dan gentar kalau ada rekasi dari publik ya itu resiko sebuah keputusan, ketimbang mebiarkan ini berlarut larut bak sinetron Indonesia yang entah kapan endingnya akan terjadi.(redaksi_sangpencerah)