Pencurian di Gedung Dakwah dan Masih Lemahnya Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Sampai
hari ini kita masih percaya atas demokrasi. Dimana setiap orang berhak atas
kemerdekaan dirinya. Menyuarakan pendapat tanpa dihalangi oleh siapapun. Dan
berhak bertindak sebebas-bebasnya asal kebebasan itu kemudian tak mengganggu
kebebasan orang lain. Tulisan ini hadir untuk memotret kejadian yang beberapa
bulan terakhir ini sering terjadi di Gedung Da’wah  Muhammadiyah kota Samarinda (GDM). Mungkin
tulisan ini akan menyindir beberapa orang. Mungkin juga tidak. Tapi tak jadi
soal. Pepatah pernah berkata “Sampaikanlah
kebenaran, meski itu menyakitkan.”
Beberapa
bulan terakhir ini terjadi beberapa insiden di GDM. Mulai dari kehilangan uang
hingga kehilangan handphone. Namun
ada yang menarik dari kejadian tersebut.Pertama,
terkait kehilangan uang. Ada beberapa informasi tentang kehilangan uang ini.
Yaitu uang hanya hilang separuhnya saja.  Misalnya Mas Kus dari dua juta, uangnya hilang
satu juta. Aman kehilangan seratus ribu (seluruh uang), Herman kehilangan dua
ratus ribu (seluruh uang) hingga si Azis yang sering kehilangan 100-200 ribu
dari dompet dan tasnya. Yang kedua,
ada yang menyimpan uang dan barang dalam satu wadah tetapi hanya hilang
uangnya. Misalnya Chandra yang menyimpan uang 550 ribu dan hp di dalam tas.
Tetapi yang hilang justru hanya uangnya saja. Kemudian ada kejadian menarik
tentang ka Zae yang tidur 15 menit di ruang tengah lantai satu. Lalu kedua
Hpnya lenyap  begitu saja.
Terakhir,
tas berisi uang dua juta yang di simpan Azis di ruang tengah lantai satu pun
hilang. Namun lucunya, hanya uangnya yang hilang. Laptop dan tasnya masih
berada di ruangan tersebut.
Jika
kita mau berbicara siapa pencurinya. Maka penulis dengan terpaksa harus
mengakui bahwa penulis tidak mempunyai kapasitas untuk menerka-nerka atau
bahkan menginvestigasi kasus yang terjadi. Memang ada beberapa analisis dari
korban terkait siapa pencurinya. Namun itu hanya asumsi belaka. Kawan-kawan
yang menjadi
korban kemudian membandingkan dengan kasus pencurian yang terjadi lebih dari
enam bulan yang lalu. Dimana pencuri dari luar tidak pernah mengambil separuh.
Biasanya mereka langsung meng-embat
semuanya.
Kita
tidak akan banyak berbicara tentang siapa pencurinya. Namun kita akan lebih
banyak berbicara mengapa terjadi pencurian tersebut. Pertama, lokasi GDM yang sangat strategis, tepat di pinggir jalan
membuat GDM menjadi rawan tindak kejahatan. Apalagi ditambah gedung ini adalah
fasilitas umum dimana siapa saja bisa masuk ke dalamnya. Selain itu minim
penjagaan. Kedua, keteledoran
penghuni. Memang kemudian dari beberapa kasus yang terjadi. Ada beberapa
kehilangan yang disebabkan oleh keteledoran penghuni. Sudah tahu sering pencurian, masih meletakkan barang berharga
sembarangan
.
Dua
hal tersebut menjadi faktor pendorong yang mengakibatkan GDM menjadi lokasi
yang amat strategis untuk terjadi kasus pencurian. Selain itu kemudian kita
mesti menganalis apa penyebab orang mencuri. Ada artikel menarik yang
memaparkan mengapa orang mencuri, yaitu:
a.      Adanya
niat
Jika niat sudah kuat, apa pun bisa dilakukan,
kesempatan bisa diciptakan karena memang sudah ada niat kuat untuk melakukan
pencurian tersebut. Karena niat memiliki peran peting dalah melakukan tindakan
tidak terkecuali dalam pencurian, jika miat sudah bulat maka rintangan apapun
akan tetap dihadapi jika sudah datang waktu yang telah direncanakan.
b.      Adanya
kesempatan
Hal ini sesungguhnya kurang mendasar dalam hal
alasan orang melakukan pencurian, namun hal ini bisa menjadi alsan kenapa
oaring melakukan pencurian. Seseorang terkadang tiada niatan pada awalnya untuk
mencuri, namun seiring adanya peluang atau kesempatan maka niatan untuk mencuri
dapat timbul seketika tanpa ada niatan yang terencana sebelumnya.
c.       Faktor
ekonomi
Hal ini merupakn alasan yang cukup mendasar kenapa
orang melakukan pencurian, para pencuri melakukan pencurian biasanya dengan
dalih untuk mencari penghasilan untuk menyambung hidup mereka.

d.   Kurangnya iman

Pada dasarnya ini adalah alasan yang paling mendasar dari
pencurian. Seorang pencuri tidak mungkin memiliki aqidah dan keimanan yang kuat
kepada Allah sebagai zat yang mengatur kehidupan di dunia ini. Orang yang
aqidah dan keimanan yang kuat sudah pasti ia tidak akan melakukan pencurian
walaupun ada kesempatan dan ekonomi yang tidak stabil, bahkan niatan untuk
mencuri pun tidak ada dalam benaknya[1]

Empat
hal tersebut merupakan alasan mendasar mengapa manusia melakukan pencurian.
Selain karena faktor kejiwaan, faktor ekonomi memegang peranan penting. Dari
beberapa kasus pencurian (selain korupsi) lebih dari 70% pencurinya terhimpit
masalah ekonomi. Mengingat persoalan ekonomi ini amat esensial untuk dibahas.
Penulis menjadi teringat salah satu hadits yang mengatakan bahwa “kefakiran itu dekat dengan kekufuran.”
Mengingat
kejadian ini terjadi di GDM maka diawal tahun ini kita perlu merefleksikan
kenapa dulu Muhammadiyah lahir. Ada dua faktor mendasar yaitu kebodohan dan
kemiskinan umat muslim. Sehingga umat muslim pada waktu itu meski banyak
jumlahnya namun seperti buih di lautan. Nah,
KH. Ahmad Dahlan yang waktu itu adalah saudagar batik berhimpun dengan saudagar
lainnya dalam pengajian. Sehingga Muhammadiyah generasi awal pengurusnya
kebanyakan para pengusaha yang menyisihkan banyak sekali keuntungan mereka
untuk menggerakkan da’wah Muhammadiyah. Tidak hanya dengan memberikan
pendidikan gratis tetapi juga dengan membantu memberikan penghidupan kepada
masyarakat waktu itu. Hingga yang miskin dan tak mampu tercerahkan melalui
pendidikan dan terpenuhi kebutuhannya perutnya. Maka berbondong-bondonglah
masyarakat masuk Muhammadiyah, karena pergerakan Muhammadiyah waktu itu adalah
pergerakan yang membebaskan. Mirip seperti gerakan Nabi Muhammad SAW saat fase
awal Islam.
Jika
kita bandingkan, GDM yang sejatinya adalah pusat dakwah Muhammadiyah kota
Samarinda belum menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Menjadi tempat yang
mencerahkan sekaligus membebaskan. Pengajian Muhammadiyah yang rutin
dilaksanakan di sekelilling Samarinda kemungkinan besar belum menyentuh ranah
pencerahan dan pembebasan. Apakah kemudian kita sudah memperhatikan orang-orang
di sekeliling GDM? Atau di sekeliling pengajian kita? Atau kita dengan
angkuhnya merasa sok bijak, mengikuti pengajian dan rapat dengan pakaian wangi
dan baru lalu mengacuhkan kaum mustadhafin?
Semoga kejadian yang terus berulang bukan menjadi bukti bahwa dakwah kita hari
ini belum begitu berarti. Karena mencuri di GDM, pusat dakwah Muhammadiyah. Tak
ada bedanya dengan mencuri di tempat lain. Hanya gedung biasa, tempat
kumpul-kumpul anak muda dan orang tua. Semoga tak begitu. Wallahualam.
Immawan Rahman Putra
Samarinda, 02 Januari
2015.

[1]Alasan Manusia Melakukan Pencarian diakses
pada 02 Januari 2015 dari http://hanafauziah55.blogspot.com/2013/05/alasan-manusia-melakukan-pencurian.html