Menjaga Muhammadiyah

Oleh : Prof. Dr. Thohir Luth, MA (Ketua PWM Jawa Timur)
Menjaga Muhammadiyah, apalagi berjuang membesarkan Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah pada zaman sekarang dan akan datang tentunya lebih berat. Disebut demikian, karena masyarakat pada umumnya dan warga Muhammadiyah pada khususnya harus vis a vis dengan tiga hantu global yang sedang genit merayunya. Ketiga hantu global itu adalah: kapitalisme, hedonisme dan liberalisme global. Kapitalisme global kini sedang memasarkan faham yang ingin menjadikan manusia dalam setiap aktivitasnya untuk dan hanya mendapatkan materi semata. Sehingga dahulu kita hanya mengenal time is money, waktu adalah uang, sekarang orang mulai bergegas mengatakan time is more-more money, waktu hanya dan untuk uang semata. Maka benarlah sosiolog modern mengatakan, orang di zaman kapitalisme global ini telah menjadikan manusia sebagai mata duitan, alias uang/harta adalah segalanya. Mungkin, mereka seperti inilah yang dikatakan Nabi SAW “celakalah hamba-hamba dinar dan dirham”. Sementara itu, hedonisme globalpun tidak ketinggalan mengkampanyekan ide-idenya, yaitu mengajarkan manusia menjadikan kesenangan tanpa batas sebagai tujuan hidupnya. Kendatipun hedonisme global menjanjikan kebahagiaan palsu, tetapi sudah banyak manusia yang menjadi pendukungnya. Dalil mereka hanya satu dalam kehidupan ini, yaitu “kullu syain halalun”, semuanya/segalanya halal. Demikian pula liberalisme global yang terus menerus mengajarkan faham kebebasan tanpa batas. Tak pelak melalui cara berfikir, manusia bisa merubah kebenaran mutlak dalam agama menjadi kebenaran nisbi/temporer atau sementara.
Alhasil, warga Muhammadiyah dan para pemimpinnya tidak luput dari pengaruh ketiga hantu global tersebut. Dan bukan mustahil bisa mengurangi komitmen dan militansi perjuangan kita dalam Muhammadiyah. Sehingga, sejauh mana kita bertahan, bahkan berhasil menaklukkannya sangat bergantung niat untuk apa kita berjuang di dalam Muhammadiyah. Jika diniatkan ikhlas membesarkan Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah, maka ketiga hantu global tersebut pasti punah setidak-tidaknya takut dengan orang-orang Muhammadiyah. Kalau diniati untuk nunut urip (menumpang hidup), maka tidak mustahil Muhammadiyah terutama amal usahanya pasti menjadi rebutan. Bahkan juga sebagai ajang jegal-menjegal sesama warga Muhammadiyah supaya bisa mendapatkan kehidupan dalam Muhammadiyah.
Bahwa kita berjuang di dalam Muhammadiyah membutuhkan materi atau modal memang iya, tetapi itu bukan segalanya. Karena masih ada modal yang teramat berharga ketimbang materi, yaitu modal SDM (Sumber Daya Manusia) yang ikhlas dan istiqomah. Dengan modal SDM inilah kita melakukan gerakan pembebasan, pemberdayaan pencerahan dan kemajuan untuk tetap menjaga sinar mentari Muhammadiyah selalu cerah menyinari bangsa, kendatipun sesekali dipotong awan mendung kekuasaan dengan hegemoninya. Dan Muhammadiyah sudah terlatih berpiaru menghadapi hegemoni kekuasaan tersebut. Yang penting buat kita warga Muhammadiyah lebih-lebih para pemimpinnya tetap menjaga komitmen ideologi Muhammadiyah dengan meningkatkan militansi perjuangan dalam Muhammadiyah. Insya Allah, pengaruh setan gundul apapun dan dimanapun seiring dengan maraknya pengaruh ketiga hantu global tersebut, pasti akan punah. Dan datang kemudian adalah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sesuai cita-cita dan tujuan dari Muhammadiyah. Oleh karenanya menjaga keberadaan Muhammadiyah, dan terus berjuang membesarkan Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah, adalah satu keniscayaan buat kita semuanya. Dengan demikian, maka warga Muhammadiyah dan para pemimpinnya menjadi pemegang saham mayoritas dalam urusan ritual, maupun sosial, dan itu semuanya menjadi kekayaan kita secara personal. Bukankah kita lebih berharga dimata Allah SWT, ketimbang orang-orang yang menumpuk kekayaan tanpa berjuang? [sm hal.16]