Menengok Sejarah Perayaan Maulid Nabi ( Part 4 )


*) Lanjutan dari

Menengok Sejarah Perayaan Maulid Nabi ( Part 1 )
Menengok Sejarah Perayaan Maulid Nabi ( Part 2 )
Menengok Sejarah Perayaan Maulid Nabi ( Part 3 ) 

Hikayat Bulan Berbelah menceriterakan tentang Abu Jahal yang datang kepada Habib Ibn Malik yang disebutnya sebagai Penguasa alias Raja Mekah. Abu Jahal mengadukan bahwa Muhammad telah mengatakan dirinya adalah Nabi akhir zaman dan penghulu segala Nabi. Dia mengusulkan agar Muhammad dipanggil dan disuruh memperlihatkan mukjizat yang dimilikinya seperti nabi-nabi sebelumnya.


Habib Ibn Malik pun memanggil Nabi saw, lalu disuruhnya Nabi saw memperlihatkan mukjizat yang dimilikinya, antara lain supaya bulan turun dari langit, mengucapkan kalimat syahadat, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, masuk lengan kanan Nabi saw dan keluar dari lengan kirinya, lalu bulan terbelah menjadi dua, separuh bagian bulan bergerak ke timur, separuh bagian bulan yang lain bergerak ke barat, lalu bagian-bagian bulan yang terbelah itu naik kembali ke langit dan bersatu lagi di sana. Konon, dengan mudah Nabi saw melakukannnya, sehingga akhirnya Habib Ibn Malik itu masuk Islam.


Habib Ibnu Malik lalu teringat kepada anak perempuannya yang cacad, tidak bertangan dan tak berkaki. Lalu Habib Ibnu Malik minta agar Nabi saw menunjukkan mukjizatnya sehingga bisa membuat anak perempuan Habib itu, menjadi anak yang normal. Nabi saw segera melakukan apa yang diminta Habib Ibn Malik. Ternyata Nabi saw berhasil menunjukkan mukjizat yang dimilikinya.


Konon, Hikayat Bulan Berbelah itu telah dimanfaatkan oleh rombongan pendakwah dari Khurasan yang melaksanakan dakwah mereka di Cranganagore, India. Ternyata setelah Raja Perumal mendengar kisah bulan berbelah yang diceriterakan rombongan pendakwah itu, Raja Perumal langsung kagum pada mukjizat Nabi Muhammad saw. Lalu Raja Perumal itupun masuk Islam.


 Di sini ada dua kisah yang campur aduk jadi satu sebenarnya. Hikayat Bulan Berbelah sendiri adalah kisah rekaan yang palsu yang tak pernah diceriterakan dalam buku biografi Nabi saw yang ditulis berdasarkan wawancara dan riset seperti  sirah Ibnu Ishak, Ibnu Athir, dan Ibnu Hisyam. Memang ada dikisahkan orang-orang kafir Qurais meminta Nabi saw menunjukkan mukjizatnya dengan mengubah gunung menjadi emas. Tetapi permintaan itu ditolak Nabi saw. Adapun kisah Raja India masuk Islam setelah mendengar hikayat bulan berbelah, bisa jadi benar, karena kepercayaan raja itu kepada mistik sangat besar. Lagi pula bisa jadi, raja itu masuk Islam karena terpesona oleh keramahtamahan sang juru dakwah atau oleh faktor yang lainnya lagi.


Konsep mistik dalam Hikayat Bulan Berbelah sebenarnya ingin menunjukkan bahwa Nabi saw melmiliki mukjizat supranatural yang luar biasa, sehingga makam Nabi saw pun memiliki daya-daya gaib yang luar biasa juga. Bahkan sekalipun Nabi saw telah wafat, daya gaib tadi masih dapat diwariskan kepada para ahlul bait keturunan Nabi saw.


Hikayat yang juga sarat dengan konsep mistik adalah Hikayat Nabi Bercukur. Hikayat ini diawali oleh pengarangnya dengan kata pembukaan sbb:


“Barang siapa yang membaca hikayat ini sampai tamat, segala dosanya akan diampuni”.Kisah terjadi pada jaman Abubakar dan kisah itu konon diceriterakan juga oleh Abu Bakar. Alkisah ada orang yang bertanya kepada Abu Bakar kapan Nabi saw bercukur, dimana dan oleh siapa. Abu Bakar menjawab bahwa Nabi saw bercukur setelah pulang dari perang Mahdi, waktunya ketika Baginda Nabi saw sedang mengaji Al Qur’an.


Saat itu datang Jibril membawa firman Allah. Kepada Jibril Nabi saw bertanya di depan siapa Nabi saw akan dicukur dan oleh siapa dan dimana Nabi saw akan mendapat kupiyah untuk menutup kepala? Jibril bertanya kepada Allah yang lalu berfirman, dihadapan nur nya sendiri, oleh Jibril dan untuk kupiah, akan diambil dari daun tuba, yang hijau yang ada di syurga. Jibril lalu pergi ke syurga dan meminta kepada Ridzwan, malaikat penjaga pintu syurga untuk membuka pintu syurga. Kemudian Jibril mengambil daun yang bercahaya serta memanggil bidadari supaya turun dari syurga. Dan setiap dari bidadari itu akan menyambut agar tidak satu helai pun dari 126.666 helai rambut Nabi saw sampai ada yang jatuh ke bumi. Kemudian tiap bidadari itu mengikatnya pada lengan kanan mereka untuk digunakan sebagai azimat.


Lalu Allah konon berfirman pada Nabi saw:


“Barang siapa yang mencintai ceritera ini akan selamat dari segala mara bahaya dan dari pertanyaan Munkar dan Nakir dalam kubur.


Nabi saw konon juga bersabda,”Barang siapa yang tidak mencintai hikayat ini, aku bukanlah rasulnya. Jangan berikan hikayat ini kepada orang yang kafir dan zindiq. Barang siapa yang mencintainya akan dikasihi dan diberkati Allah, pencuri tidak akan masuk ke rumahnya dan musuh tak akan menentanga”


Hikayat yang berisi kisah isapan jempol ini, telah menyumbang gagasan mistik pada rambut, kuku dan barang-barang yang pernah disentuh Nabi saw dan yang pernah dipakainya sebagai memiliki daya gaib. Kisah ini menyumbangkan gagasan mistik tabaruk, yakni memuja benda-benda peninggalan Nabi saw sebagai mampu memberikan barokah kepada pemiliknya.


Konsep mistik juga ditemukan dalam buku karya Syekh Ja’far Al Barzanji( 1690- 1766 M), yang merupakan kitab puja sastra terhadap Nabi saw yang ditulis dalam bentuk syair yang sangat indah, dan sangat populer. Begitu populernya sehingga nama judul buku yang ditulisnya yakni,” ,”Qissat al-Maulid an-Nabawi”, telah banyak dilupakan. Nama yang pupuler justru nama pengarangnya, sehingga kitabnya itu disebut sebagai kitab Al Barzanji. Yang dimaksud sebenarnya adalah kitab karya Syekh Ja’far Al Barzanji.


Sebagai suatu karya puja sastra yang mampu menghadirkan baris-baris syair yang indah seperti syair Matsnawi karya Jalaludin Rumi  , tentunya karya sastra Al Barzanji itu  tidak akan menimbulkan banyak masalah keagamaan, seandainya karya sastra itu hanyalah suatu ekspresi untuk mengungkapkan gagasan pribadi pengarangnya dan dipublikasikan agar pembacanya ikut serta menikmati keindahannya. Meskipun pesan yang terkandung di dalamnya mengandung konsep mistik dan pemujaan yang berlibihan terhadap Nabi saw, tetapi tetap saja pesan itu lebih mencerminkan pandangan pribadi sang pengarang yang harus dihargai.


Tetapi karya Al Barzanji itu menjadi masalah yang menyelisihi Sabda Nabi saw ketika kitab itu dijadikan panduan dalam pembentukan ritual yang tidak pernah dicontohkan Nabi saw. Sebab ketika karya sastra dijadikan alat untuk membentuk ritual baru, isi kitab tidak lagi mencerminkan pandangan pribadi Sang Pengarang. Dalam hal ini pandangan pengarang telah dianggap setara dan sejalan dengan pandangan Nabi saw. Padahal sebenarnya tidak demikian. Isi kitab dalam beberapa hal justru menyelisihi sabda Nabi saw. Lagi pula ritual yang dibangun, lebih menyesatkan lagi, karena telah menciptakan ritual yang tak ada contohnya dari Nabi saw.


Sejalan dengan semakin populernya pembacaan kitab Al Barzanji, akhirnya muncul juga kultus terhadap sang pengarang dan kitabnya.  Syekh Ja’far Al Barzanji dipuja sebagai  sosok yang suci, demikian pula kitab Al Barzanji dianggap pula kitab yang suci seperti Al Qur’an.


Mereka percaya bahwa kalau kitab Al Barzanji dibaca, mereka akan didatangi  ruh Nabi saw. Konsep mistik juga dijumpai pada teks yang berisi ajakan memuliakan kuburan Nabi saw, jika mereka ingin mendapat barokah, karunia, ampunan dan rahmat dari Allah SWT.


Para pemuja kitab Al Barzanji berdalih bahwa isi kitab Al Barzanji tidak lain adalah teks shalawat yang memuji Nabi saw, sedangkan ummat memang diperintahkan untuk banyak-banyak membaca shalawat kepada Nabi saw.


Allah SWT dan para Malaikat saja memuji Nabi saw, maka sudah seharusnya ummat dan pengikutnya juga membacakan shalawat kepada Nabi saw sebagaimana diperintahkan dalam Al Qur’an (Q.S 33 : 56) dan juga hadist Nabi saw:


“Barangsiapa yang mengucapkan sholawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan sholawat kepadanya 10 kali.” (HR. Muslim no. 408)


Tak diragukan lagi bahwa membaca shalawat merupakan amalan yang terpuji. Tetapi tentu saja amalan pembacaan shalawat kepada Nabi saw  hanya terpuji jika tatacara pembacaan shalawat dan teks shalawat yang dibaca  berdasarkan pada apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi saw.


Masih banyak sebenarnya kisah-kisah rekaan yang bertujuan menyebarluaskan konsep mistik dengan maksud memuja Nabi saw yang tidak jelas sumbernya dan tidak pernah dijumpai dalam biografi Nabi saw dan  dalam hadist shahih. Apalagi dalam Al Qur’an. Al Qur’an dan sejumlah hadist shahih memang menyebutkan bahwa sebagai Nabi akhir jaman, tentu saja Nabi saw dikarunia mukjizat oleh Allah saw. Sebab setiap rasul memang dikarunia mukjizad. Mukjizad Nabi yang paling utama antara lain adalah kitab suci Al Qur’an, mengalami peristiwa Isra’dan Mi’raj yang dengan jelas disebutkan dalam Al Qur’an maupun hadist Nabi saw sendiri, dan kekuatan doa Nabi saw yang banyak dikabulkan oleh Allah SWT. Mukjizat Nabi saw yang mashur antara lain setiap kambing betina yang diraba putingnya, langsung bisa mengeluarkan air susu, doa mohon hujan, doa yang menyebabkan Nabi saw selamat dari pembunuhan ketika rumah Nabi saw dikepung pemuda kafir Quraisy saat Nabi saw mau hijrah, kemudian juga selamat saat bersembunyi di dalam gua dengan Abu Bakar  dan masih banyak lagi mukjizat Nabi saw yang diperoleh dengan kekuatan doa. Dan Nabi saw pun mengajarkan doa-doa yang sering dibacanya untuk para sahabatnya


.Doa sendiri adalah bermohon kepada Allah SWT sebagai pemilik segala mukjizat. Dengan kata lain sebenarnya Allah SWT Sang Maha Pemilik Mukjizat. Maka jika ummat ingin memperolehnya harus memohon hanya kepada Allah SWT, memuja hanya kepada Allah SWT, dengan mengikuti contoh-contoh yang pernah diberikan oleh Nabi saw. Tentu saja setiap doa harus disertai ikhtiyar. Nabi saw pun memberi tahu tempat-tempat dan waktu yang mustajab untuk berdoa. Dan tidak pernah disebutkan bahwa kuburan adalah tempat yang mustajab untuk berdoa. (sangpencerah.id)
( bersambung )