MEA Dalam Perspektif Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Jakarta – Implementasi pasar tunggal ASEAN sudah diambang pintu. Namun, kesiapan Indonesia dan daya saing para pelaku usaha didalam negeri, untuk meghadapi era perdagangan bebas itu masih memprihatinkan.  Sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produsi, akan terjadi arus bebas atas barang, jasa, factor produksi, investasi dan modal, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar Negara ASEAN. Dari total populasi ASEAN sebanyak 600 juta, penduduk Indonesia mencapai 250 juta. Ini menjadi potensi pasar yang paling besar. Namun jika tidak benar-benar siap, dengan kondisi pasar terbuka nanti. Indonesia bukannya meraih untung, tetapi malah buntung. Bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami nasib yang sama, seperti ketika diberlakukannya perjanjian area perdagangan bebas ASEAN dengan China (ASEAN-China Free Trade Area). Bukannya mampu mengenjot eksport, saat itu Indonesia justru kebanjiran produk-produk import dari China, sehingga neraca perdagangan saat itu menjadi defisit.

Berdasarkan kajian yang dirilis oleh Sekretariat ASEAN, pada penilaian tahap ke-3 (2012-2013), Thailand menjadi Negara yang paling siap menghadapi implementasi Pasar Tunggal ASEAN 2015, dengan tingkat kesiapan 84,6 persen, disusul Malaysia dan laos 84,3 persen, Singapura 84 persen, dan kamboja 82 persen. Sedangan skor kesiapan Indonesia adalah 81,3 persen alias diurutan ke-6. Posisi Indonesia dalam perdagangan Intraregional ASEAN saat ini juga belum optimal. Total ekspor Indonesia ke Negara-negara ASEAN masih dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
Berdasarkan kajian kementrian Perindustrian RI menyatakan, ada empat faktor yang membuat daya saing Indonesia masih dibawah rata-rata Negara pesaing dikawasan ASEAN. Yaitu, kinerja logistik, tarif pajak, suku bunga Bank, serta produktivitas tenaga kerja. Untuk bersaing Indonesia memerlukan peningkatan kapasitas produksi yang bernilai tambah melalui investasi.
Menurut Eko Adriyanto selaku Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar muhammadiyah, ada tujuh cabang produksi yang perlu ditingkatkan daya saingnya, untuk mengamankan pasar dalam negeri dari serbuan produk sejenis. Yakni cabang otomotif, elektronik, semen, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman serta furniture. Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang ini menambahkan, dalam produk industri tertentu Indonesia memang masih dianggap masih memiliki keunggulan terhadap Negara tetangga. Namun disektor industri jasa, Indonesia dipandang masih kalah dengan Negara ASEAN lainnya. Sejumlah tantangan juga masih dihadapi sektor industri dalam negeri, seperti gejolak upah minimum, kepastian hukum, praktik ekonomi biaya tinggi dipelabuhan maupun jalan raya. 
Terlihat sekali diatas, bagaimana Indonesia seakan tidak siap menyambut MEA 2015. Pemerintah seakan lupa, bahwa MEA sudah didepan mata. Mahasiswa pascasarjana Universitas Mercubuana ini berharap, perlu adanya midset bahwa “ASEAN adalah pasar Indonesia” dan “Think ASEAN”. Serta perlu peran aktif pemerintah untuk mensosialisasikan MEA 2015 ini, didunia usaha, akademisi, media, lembaga non pemerintah dan tentunya Pelajar yang merupakan basis Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Dalam hal ini, harus diakui Indonesia sudah kalah langkah. Thailand sudah punya ASEAN TV, sebuah stasiun televisi yang terus menyiarkan tentang kesiapan Thailand menyambut MEA 2015. Pertanyannya sekarang, kenapa media massa kita – mulai dari TVRI, RRI, dan berbagai lembaga penyiaran lainnya tidak didayagunakan maksimal untuk mensosialisasikan MEA? Perlu diingat, MEA bukanlah sekedar forum silaturahmi antar Negara ASEAN, tetapi juga akan menjadi arena persaingan ekonomi.
Terakhir, Eko  berharap media harus menjalankan fungsi edukasi dan memiliki agenda untuk mengingatkan rakyat Indonesia bahwa ‘Perang’ akan segera dimulai. Disinilah dibutuhkan juga peran kementrian komunikasi dan informatika RI harus diaktifkan. Sosialisasi MEA didalam negeri memang bisa dibilang sangat terlambat, khususnya dikalangan pelajar se-Indonesia. Oleh karena itu kita PP IPM meminta semua pihak harus berkomitmen, fokus, konsisten dan bekerja keras agar Indonesia bisa memasuki era pasar tunggal ASEAN dengan rasa percaya diri.