Inilah Alasan Rahim Pilih Islam

Tadi malam, tepat pada pukul 20.30 WIB, seorang pria berusia sekitar 19 tahun mengucapkan dua kalimat syahadat di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia, Sawah Baru, Tangerang Selatan.
Pemuda yang berasal dari Sumatera Utara itu, mengaku memilih Islam karena membaca infomasi tentang Islam dari internet.
Ia menemukan banyak kebaikan pada Islam, sehingga membandingkan Islam dengan agama lamanya. Menurutnya, Islam adalah agama yang sangat bersih terpancar dari tempat ibadahnya. “Dalam Kristen, jamaat gereja yang masuk ke gereja tidak melepaskan sepatunya, sehingga sangat mungkin membawa serta kotoran atau debu yang ada pada sepatunya masuk ke dalam tempat ibadah,” ungkapnya, Ahad (18/1/2015).
Menurutnya, ketika menghadap kepada Yang Maha Suci, lantas bagaimana kalau kita sendiri tidak suci. Alas kaki yang kita gunakan pasti terkena najis dan kotoran ketika bepergian atau dalam perjalanan menuju gereja. Ini tentu sangat berbeda dengan Islam.
“Saat aku melihat tidak ada satupun yang memakai sepatu, sandal atau alas kaki sejenis ke dalam mesjid. Sungguh ini cerminan kebersihan dan mengupayakan untuk suci ketika menghadap Tuhan. Oleh sebab itu, saya tidak meragukannya lagi.” Tutur sang pemuda yang kini telah berganti nama menjadi Aburrahim.

Sebelumnya, Rahim sudah pernah didakwahi oleh seorang kakaknya yang terlebih dahulu memeluk Islam, namun ia masih bergeming dan tidak mau mengikuti apa yang didakwahkan oleh kakaknya. Akan tetapi, 3 bulan berselang, dia mengaku seperti mendapat hidayah dari apa yang ia baca dalam internet.
Sedikit demi sedikit ia mulai mempelajari Islam, dan subhanallah, ternyata ia tertarik dan dilunakkan hatinya oleh Allah SWT, untuk menerima Islam.

Pimpinan pondok pesantren pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia, KH. Syamsul Arifin Nababan, memimpin langsung pengislaman tersebut. Dengan disaksikan oleh para ustaz, santri dan beberapa orang jamaah yang hadir, proses pengislaman berjalan dengan khidmat.
Pak Kiai setelah pengislaman usai dilaksanakan berpesan kepada Rahim bahwa dalam Islam semuanya telah diatur. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, Islam mengajarkan tata cara untuk menjalankan kehidupan dengan baik. Bersikap dan bertutur kata yang sopan, sehingga disenangi tidak hanya oleh umat Muslim sendiri tetapi juga oleh umat agama yang lain.
Oleh sebab itu, Rahim harus mampu merubah kebiasaan lama dan menunjukkan kesungguhan dalam mempelajari Islam agar menjadi pribadi Muslim yang kaaffah. Pak kiai juga menambahkan bahwa semua yang ada di pesantren Annaba Center ini adalah keluarga, untuk itu jangan sungkan bertegur sapa dan belajar dengan para ustaz maupun para santri, tutup beliau.

Pada kesempatan yang sangat bersejarah tadi malam, beberapa orang jamaah yang hadir berbincang dengan pak Kiyai, turut serta dalam perbincangan tersebut ustadz Ozi Setiadi, MA.Pol. Jamaah memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan status usia santri yang mondok di pesantren, dan bagaimana bila ada seorang yang ingin mondok namun usianya masih di bawah 15 tahun.
Pada perbincangan tersebut Ustadz Ozi menyampaikan bahwa pesantren Annaba Center miliki santri mualaf yang rata-rata berusia 15-33 tahun. Oleh sebab itu, apabila terdapat santri yang berusia di bawah 15 tahun, maka akan dikirim ke pondok khusus bagi anak-anak yang letaknya tidak jauh dari pesantren Annaba. “Kebetulan pesantren tersebut dipimpin oleh teman pak Kiyai,” kata beliau.
‘Ustaz Ozi menuturkan lebih lanjut, bahwa pengiriman santri yang usianya masih dibawah lima belas tahun diperlukan agar perkembangan fisik dan psikologinya sejalan, sehingga menjadi pribadi yang mampu beradaptasi sesuai dengan usianya.
sumber : republika