Berhenti Merokok, Sukamto Tabung 30 Juta Untuk Daftar Naik Haji

YOGYA – Berhenti merokok bagi sebagian besar perokok
bukanlah sesuatu yang mudah. Hal tersebut juga dialami oleh Sukamto
(48) warga Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta. Perlu niatan yang
sangat kuat baginya untuk berhenti merokok karena sudah sejak duduk
bangku SMP dirinya mulai belajar merokok.
 
Karena niatan yang kuat itu pula, ayah tiga orang anak yang tiap
harinya bekerja sebagi PNS di lingkungan Pemda DIY tersebut mampu
benar-benar berhenti merokok pada tahun 2003.
“Padahal dulu saat masih menjadi perokok, dalam sehari saya bisa
menghabiskan rokok hingga dua bungkus,” ungkap Sukamto saat ditemui di
kediamannya, Minggu (25/1/2015).
Setelah berhenti merokok tersebut dirinya mempunyai inisiatif untuk
menabung uang yang selama ini dialokasikan untuk membeli rokok.
Rutinitas tersebut dia lakukan terus tanpa terlalu disadarinya. Hingga
pada tahun 2013 yang lalu uang yang dia tabung tersebut telah mencapai
Rp30 juta.
“Saya sendiri agak terkejut, ternyata uang untuk beli rokok jika
dikumpulkan jumlahnya cukup banyak. Padahal unag yang saya tabung
tersebut hanya seharga satu bungkus rokok perharinya. Jumlahnya tentu
semakin banyak jika uang yang saya tabungkan nominalnya setara dengan
rokok dua bungkus seperti saat saya masih menjadi perokok,” ungkapnya.
Uang rokok yang ditabungnya tersebut mengikuti harga rokok yang saat
ini ada. Dari tabungan uang rokok tersebut, pada tahun 2013 Sumanto
mampu mendaftarkan diri untuk beribadah haji. Setelah mampu mendaftar
haji, tak lantas membuatnya menghentikan kebiasaannya tersebut.
Saat ini uang rokok tersebut ditabungnya di sebuah investasi
berjangka salah satu bank swasta. Diceritakannya, berdasarkan
perhitungan pihak bank, jika investasi dari uang rokok tersebut terus
berjalan, pada tahun 2023 Sukamto bisa memperoleh uang hasil investasi
hingga Rp70 juta.
Bagi Sukamto, masalah ekonomi bukanlah faktor utama baginya untuk
berhenti merokok pada tahun 2003 tersebut. Masalah kesehatan dan
kesadaraanya bahwa rokok dapat menggangu kesehatan keluarganya adalah
faktor utama.(sp/tribbun)