Walaupun Dikucilkan, Saya Tetap Pilih Islam

 
Mualaf asal Pamulang, Tangerang Selatan Ahmad Hidayatullah mengakui bahwa dirinya sering merasa dikucilkan dan diasingkan saat memutuskan untuk memeluk agama Islam.

“Saya diusir dan dikucilkan dari keluarga, lingkungan dan teman-teman saya dulu,” kata Ahmad seperti dikutip dalam buku Mengapa Kami Memilih Islam.

Perjalanan Ahmad saat masuk Islam sangat mendapat tentangan keras dari keluarganya terutama ayahnya. Ayah Ahmad tidak terima bila ia menjadi seorang mualaf. Namun dengan tekad yang sudah bulat, Ahmad tetap memutuskan untuk menjadi seorang mualaf.

Ahmad pun dikucilkan oleh teman-temannya di lingkungan ia berada serta di bangku perkuliahan hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk putus kuliah. Perkenalannya dengan Islam dimulai saat dia masuk kuliah dan sakit-sakitan. Sebelum ia melangkah ke perguruan tinggi, Ahmad memiliki pergaulan yang tidak baik saat masih sekolah menengah atas. Ia dan teman-temannya sering merokok, minum minuman keras, melakukan maksiat dan sebagainya.

“Saat itu saya tidak bisa mengontrol diri dan melakukannya secara bebas hingga akhirnya saya memiliki penyakit yang cukup parah,” ujar Ahmad.

Ahmad divonis oleh dokter memiliki penyakit pada paru-parunya. Hal tersebut akibat terlalu sering merokok dan berakibat membuat paru-parunya bolong. Dokter pun memprediksi bila umur Ahmad tidak akan lama bertahan.

“Saya sangat menyesal dan tidak mau melanjutkannya lagi,” kata Ahmad.

Segala macam pengobatan sudah dilakukan oleh kedua orang tuanya. Termasuk keluar masuk rumah sakit mulai dari RSCM, Rumah Sakit Pondok Indah, hingga rumah sakit di Singapura. Namun tidak ada kemajuan yang berarti hingga pada akhirnya ia dipertemukan oleh seorang ustaz bernama Aesp Syarifuddin seoerang guru ngaji di SMP Al Amanah.

Ahmad dan keluarga pun bertemu dengan ustaz Asep dan membicarakan tentang penyakit yang diderita Ahmad. Merasa kaget, ustaz Asep mengatakan kepada Ahmad bahwa bila ingin sembuh ia harus memperbanyak salat sunnah, witir dan terutama dzikir. Ayah Ahmad yang merupakan seorang penganut Protestan menentang ajaran ustaz Asep.

Namun, ia juga ingin anaknya selamat dan tidak kembali merasa kesakitan. Hingga pada akhirnya ayah Ahmad pun menyetujui saran ustaz Asep. Ahmad pun berangsur pulih dan ketika melakukan rontgen ke rumah sakit dokter pun terkejut karena penyakit Ahmad sudah hilang.

Ahmad pun terus melakukan ketiga hal yang dianjurkan oleh ustaz hingga pada akhirnya ayahnya tidak setuju untuk terus melakukan hal tersebut. Ayahnya pun marah kepada Ahmad, tapi ia tetap merasa nyaman untuk melakukannya dan hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk menjadi mualaf.

“Saya akhirnya memutuskan masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat, Alhamdulillah setelah itu hidup saya menjadi lebih sehat dan bahagia,” kata Ahmad.

Walau ia dikucilkan dan diusir serta tidak diakui lagi oleh keluarganya, Ahmad tetap memilih untuk memeluk agama Islam. Ahmad percaya dan yakin bahwa agama yang dipeluknya itu merupakan ajaran yang benar.

Redaktur : Indira Rezkisari (republika)