Relevansi ‘Hikmah’ Sains dan Agama

Edward N. Lorenz adalah seorang peneliti meteorologi yang memiliki latar belakang di bidang matematika dan meteorologi. Dia adalah pengungkap tentang “Efek Kupu-Kupu” (Butterfly effect) yang terdapat dalam teori chaos. Teori chaos sendiri adalah teori tentang sistem yang tidak teratur tetapi bila dilakukan dibagi dalam variabel-variabel yang kecil, maka sistem yang besar yang tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur.
Munculnya istilah Efek Kupu-Kupu ini berawal dari Edward N. Lorenz yang menerbitkan artikel tentang studi teoritis yang berjudul “Deterministic Nonperiodic Flow” yang kemudian diungkapkannya secara puitis, “Does the flap of a butterfly’s wings in Brazil set off a tornado in Texas?”
Pemberian nama ini tidak lepas dari kesadaran Edwar N. Lorenz ini ditemukan secara tidak sengaja saat mengubah format perhitungannya. Mulanya format perhitungan 6 angka dibelakang koma (…,xxxxxx) diubah menjadi 3 angka dibelakang koma (…,xxx) yang ternyata menghasilkan kurva yang berbeda. Sehingga arti puitisnya adalah kepakan sayap kupu-kupu yang dianggap sebagai variabel yang sangat kecil mampu memberikan efek yang besar dalam terbentuknya tornado serta jalurnya. Sedangkan pemaknaan secara ilmiah dari Efek Kupu-Kupu adalah “ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal” (sensitive dependence on initial conditions), di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem non-linear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam keadaan kemudian.
Secara pribadi saya (penulis) beranggapan bahwa setiap fenomena yang terjadi di alam semesta merupakan sinkronisitas dari berbagai macam variabel yang terjadi di tiap bagian alam semesta yang apabila tiap variabel terjadi perubahan akan menimbulkan pergeseran kesetimbangan atau secara sederhananya, setiap fenomena di alam semesta telah diformulasikan dalam sebuah “RUMUS” yang memperhatikan banyak variabel bahkan yang kecil sekalipun seperti pada Efek Kupu-Kupu.
Kesadaran saya tentang adanya suatu “RUMUS” tidak terlepas dari bukti sempurnanya pertumbuhan tiap tubuh manusia, juga adanya keterangan dalam Al Quran “….Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahu-Nya….” Q.S.  Al An’am : 59. Selain itu, ditemukan fakta eksperimental (fenomena gelombang dengan efek doppler) yang menyatakan bahwa alam semesta ini mengembang serta diperkuat dengan adanya keterangan dala  Al Quran “Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya” Q.S. Az Zariyat : 47.
Sebuah pertanyaan dasar, Siapa yang membuat “Rumus” itu? Silahkan dipikirkan dan direnungkan masing-masing untuk tahu jawabannya. Walaupun pernyataan diatas baru sampai pada taraf pemikiran dan perenungan penulis, tetapi ada sebuah keyakinan bahwa sains merupakan partner agama dalam  mengungkap ciptaan Allah yang telah diisyaratkan dalam Al Quran. Inilah tugas bagi ilmuwan muslim masa kini dan generasi ilmuwan muslim masa depan untuk membangkitkan keilmuwan sains seperti era dinasti abbasiyah. Semoga Bermanfaat.
Oleh: Abdullah Ubaid* Penulis adalah alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Negeri Surabaya