Prof Yunahar Ilyas : Prinsip – Prinsip Gerakan Muhammadiyah


Sebagai warga Muhammadiyah kita perlu mengingat kembali prinsip-prinsip Muhammadiyah sebagai spirit kita dalam melakukan gerak langkah dakwah persyarikatan, berikut kami kutip ringkasan prinsip prinsip gerakan Muhammadiyah yang disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Yunahar Ilyas

Pertama, Beliau menjelaskan, bagi Muhammadiyah, Islam merupakan ajaran yang syamil atau komprehensif. “Meski Muhammadiyah belum bisa menerapkan semuanya namun Muhammadiyah selalu berusaha melaksanakan Islam secara paripurna ” jelasnya.

Semua gerak Muhammadiyah juga dalam rangka dakwah. Termasuk organisasi otonom Muhammadiyah,  “Bukan cuma Majelis Tabligh yang berdakwah,” ungkapnya. Apalagi semakin ditekankan dengan amar maruf nahi munkar, yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Selain itu, Muhammadiyah juga gerakan tajdid. Tajdid terbagi dua, yaitu purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi adalah memurnikan akidah dari takhayyul dan khurafat; memurnikan ibadah daribid’ah; dan memurnikan dari nilai yang tidak sesuai dengan Islam.


Sedangkan dinamisasi, usaha menterjemahkan Islam sehingga menjadi aktual dan solusi serta tanggap terhadap perkembangan zaman. “Ini (purifikasi dan dinamisasi) harus jalan seimbang,” ungkapnya.


Kedua karakter Islam yang dipahami Muhammadiyah, berpegang teguh pada al Quran dan Sunnah. Muhammadiyah tidak terikat dengan aliran teologi, mazhab fiqh atau tarekat. “Muhammadiyah independen, bebas asal berpegang teguh kepada Al Quran dan Sunnah. Ini yang terbaik. Karena kita punya kesempatan luas untuk mentarjihnya,” ungkapnya.


Ketiga, Muhammadiyah merupakan organisasi moderat atau washatiyyah. Yaitu, mengikuti apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad. Namun dia melihat, terkadang terminologi moderat dijadikan ajang pelarian apabila ditanya sebuah masalah namun tidak bisa menjawab.


“Makanya, moderat harus berdasarkan pengetahuan. Tahu alasan kenapa tidak ini, kenapa tidak itu. Muhammadiyah juga menempuh jalan damai, tidak keras, tidak ekstrem,” imbuhnya.


Muhammadiyah juga merupakan organisasi modernis. Makanya Muhammadiyah menjadikan Islam berkemajuan. Berkemajuan yang bermakna modernis itu beroreantasi ke depan. ” Namun tidak meninggalkan karakter dalam studi Islam,  yang terikat dengan Al Quran Sunnah yang cenderung tradisionalis”


Terakhir, dia menambahkan, Muhammadiyah itu gemar beramal. Gerakan amal itu tentu berawal dari pengajian. “Fikrah disampaikan dalam jamaah, melahirkan harakah. Jadi tidak sekadar pengajian,” imbuhnya.


Dia mencontohkan, pengajian ibu-ibu Muhammadiyah. Meski biasanya diikuti sedikit orang, namun bisa melahirkan amal usaha. Mulai dari PAUD, TK, Stikes, rumah bersalin bahkan rumah sakit. “Karena basis Muhammadiyah adalah partisipasi dan iuran. Bukan proposal. Itu karakter yang menggembirakan,” tandasnya.