Muda Foya – Foya, Tua Kaya Raya, Mati Masuk Surga

Beberapa kali kami sempat mendengar banyak anak muda dalam gurauan mereka mengatakan, muda perfoya-foya, tua jadi orang kaya, dan meninggal masuk surga. Seakan mereka membayangkan kehidupan ini sedemikian mudahnya tanpa membutuhkan perjuangan.
Prinsip ini jika dipegang akan menyebabkan generasi yang seharusnya menjadi harapan masa depan umat, bangsa dan negara menjadi generasi pemalas. Mereka tidak melakukan kebaikan apa-apa untuk agama ini.
Padahal Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
إني لأكره أن أرى الرجل فارغا ، لا في عمل الدنيا ، ولا في عمل الآخرة
Aku sangat benci ketika melihat ada yang bersantai-santai, ia tidak melakukan amalan dunia, tidak pula berbuat untuk akhiratnya.
Mereka menyia-nyiakan waktu produktif dalam hidup mereka. Masa dimana ketika fisik masih kuat, fikiran masih cerdas, ruh masih mudah berempati, fisik yang seakan tidak mengenal lelah, dan karakter pun yang masih bisa dibentuk.
Para ulama mengatakan,
الشباب هو زمن العمل، لأنه فترة قوة بين ضعفين، ضعف الطفولة وضعف الشيخوخة
Masa muda adalah waktunya beramal, karena mereka memiliki kekuatan di antara dua kelemahan, kelemahan ketika masih anak-anak dan kelemahan ketika sudah sepuh.
Hafshah bin Sirin mengatakan,
يا معشر الشباب اعملوا، فإنما العمل في الشباب
Wahai para pemuda, beramallah, karena waktu beramal adalah ketika masih muda.
Karena sungguh masa muda adalah saat untuk memperbanyak ketaatan. Dengan potensi para pemuda seperti inilah, bahkan rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam membangun umat ini. Para pemudalah yang telah banyak membantu Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam ketika menyebarkan islam sejak awalnya. Tanpa mereka, sulit bagi kita untuk merasakan nikmatnya berislam di masa ini.
Di antara para pemuda hebat pada masa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, sahabat dan salafus sholeh, terlihat dalam beberapa kisah berikut;
Salah satunya adalah Usama bin Ziyad radiyallahu ‘anhuma, dimana beliau menjadi pemimpin perang ketika umurnya 18 tahun. Demikian juga Uttab bin Asid yang menjadi hakim di Makkah pada saat umurnya 20 tahun. Dan masih banyak kisah para sahabat lainnya.
Pada masa Umar bin Abdul Aziz ketika beliau pergi ke Irak, maka ada salah seorang anak muda yang ingin bicara. Maka pada saat ini khalifah mengatakan كبروا (berbicaralah yang berumur di antara kalian). Maka berkata anak muda tadi,
يا أمير المؤمنين إن الأمر ليس بالسن ولو كان كذلك كان في المسلمين من هو أسنُّ منك. قال: صدقت، فتكلم
Wahai amiral mukminin, sesungguhnya urusan itu tidak dilihat dari usia. Kalau saja demikian halnya, maka di antara kaum muslimin maka banyak yang lebih berumur daripada engkau. Maka khalifah Umar berkata, engkau benar, maka berbicaralah.
Dalam sejarah Baghdad juga diceritakan bahwa Yahya bin Aktam menjadi pemimpin para hakim di Basroh pada saat umurnya 20 tahun atau sekitar itu. Maka ada yang coba bertanya,
كم سن القاضي؟ فقال: “أنا أكبر من عتّاب بن أسيد الذي وجه به رسول الله صلى الله عليه وسلم قاضيا على أهل مكة يوم الفتح، وأنا أكبر من معاذ بن جبل الذي وجه به رسول الله صلى الله عليه وسلم قاضيا على أهل اليمن، وأنا أكبر من كعب بن سويد الذي وجه به عمر بن الخطاب قاضيا على البصرة
Berapa umur sang hakim? Maka hakim muda tadi mengatakan, saya lebih tua daripada Uttab bin Asid yang dijadikan sebagai hakim oleh Rasulullah Shollallahu ‘alahi wasallam pada hari kemenangan. Saya lebih tua daripada Muadz bin Jabal yang dijadikan sebagai hakim oleh Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam di Yaman. Dan saya lebih tua daripada Ku’aib bin Suwaid yang yang dijadikan sebagai hakim di Basroh oleh Umar bin Hattab.
Demikianlah keadaan para pemuda terdahulu di zaman Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat dan salafus sholih. Maka bagaimana dengan para pemuda sekarang? Apa yang bisa mereka lakukan ketika usianya masih belasan atau dua puluhan tahun?
Sebagai pengikut rasulullah sholallahu a’alaihi wasalam seharusnya kita melakukan perenungan kembali tentang hal ini. Adakah kita betul-betul sudah menjadikan rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam sebagai uswah kita.
Sungguh masa muda kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah ta’ala bagaimana kita menghabiskannya. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

لا تزول قدما ابن آدم يوم القيامة من عند ربه، حتى يُسأل عن خمس: عن عمره فيم أفناه؟ وعن شبابه فيم أبلاه؟ وعن
ماله من أين اكتسبه وفيم أنفقه؟ وماذا عمل فيما علم؟).

Tidak akan melangkah kaki anak cucu adam pada hari kiamat di sisi Rabb-nya sampai ia ditanya lima perkara. Dari umurnya bagaimana ia menghabiskan? Dari usia mudanya bagaimana ia mengisinya? Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan bagaimana ia menafkahkannya? Dan apa yang dia amalkan dari apa yang diketahuinya.
Para pemuda yang betul-betul memperhatikan masa mudanya dan menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah, insyaAllah akan termasuk di antara mereka yang mendapatkan perlindungan Allah ta’ala,
وعدّ صلى الله عليه وسلم في السبعة الذين يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله: شابا نشأ في عبادة الله
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada saat tidak ada lagi naungan kecuali naungan Allah ta’ala: (salah satunya) pemuda yang rajin beribadah kepada Allah.
Tetapi tidak jarang para pemuda melalaikan masa muda yang berharga ini. Mereka tidak menyadari betapa pentingnya waktu muda yang akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat ini sehingga penyesalan datang di kemudian hari.
Padahal, jauh-jauh hari Rasulullah Shollallahu’alaihi wasallam telah bersabda,
اغتنم خمساً قبل خمس: شبابك قبل هرمك، وصحتك قبل سقمك، وغناك قبل فقرك، وفراغك قبل شغلك، وحياتك قبل موتك.
Perhatikanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, masa muda sebelum datang masa tua, masa sehat sebelum datang sakit, masa kaya sebelum datang kefakiran, waktu luang sebelum datang kesibukan, dan hidupmu sebelum datang kematian.
Demikianlah kita betul-betul diminta untuk mengisi setiap kesempatan yang ada agar senantiasa mengisinya dengan ketaatan kepada Allah. Hanya saja, Al Munawi mengatakan
فَهِذِهِ الخَمْسَةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلاَّ بَعْدَ زَوَالِهَا
Lima perkara ini, tidak disadari pentingnya sebelum masanya berlalu.
Oleh karena itu, kita bermunajat kepada Allah, semoga kita mampu mengoptimalkan sisa waktu kita untuk selalu berada dalam ketaatan kepada Allah. Utamanya masa muda, semoga bisa mengantarkan kita semua pada kemuliaan di usia tua kita dan nanti ketika menghadap Allah ta’ala. Aamiin.

Malang, 27 Desember 2014
Akhukum Fillah,
Gonda Yumitro