Pak AR: “Pentingnya Pengajian Rutin” (Bag. 1)

Foto: Pak AR
Oleh: KH AR Fachruddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah Thn.1968-1990)

Tak Mampu Adakan Pengajian
Dilihat  dari kehidupan organisasi, sekarang ini kita merasakan banyaknya ranting dan cabang Muhammadiyah yang tidak mampu lagi mengadakan pengajian, khususnya pengajian rutin, karena kekurangan muballigh.
Banyaknya masjid dan musholla yang fungsinya hanya menjadi tempat sholat saja. Fungsi-fungsi lain sebagai tempat pengajian dan belajar agama tidak terpenuhi. Padahal pengajian terutama pengajian rutin di cabang dan ranting itu akan dapat meningkatkan wawasan dan penghayatan keagamaan yang menjadi inti dan ruh berMuhammadiyah.
Adalah sangat ironis kalau orang-orang Muhammadiyah pengetahuan agamanya sempit dan wawasan keagamaannya lemah. Keadaan semacam ini tentu sangat memprihatinkan kita semua. Kalau Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar saja sudah kekurangan khatib dan muballigh, bagaimanan pula kelompok kelompok lain yang kurang memprihatinkan masalah dakwah. Tentu lebih memperihatinkan lagi.
Ini Terpenting
Kita semua telah mengetahui bahwa pengajian merupakan amal usaha terpenting yang ada disetiap cabang dan ranting Muhammadiyah. Pengajian itu menjadi salah satu ukuran maju mundurnya suatu cabang dan ranting. Kalau pengajian dicabang dan ranting dapat berjalan secara rutin dan baik, maka hal itu merupakan pertanda bahwa cabang dan ranting itu hidup. Sebaliknya kalau pengajian rutin di cabang dan ranting tidak berjalan dengan baik,  maka biasanya cabang dan ranting itu akan menjadi lemah.
Saat ini banyak sekali cabang dan ranting yang tidak mampuu mengadakan pengajian. Akibatnya terasa banyak sekali cabang dan ranting yang tidak aktif dan tidak jelas aktifitasnya yang selanjutnya gerakan Muhammadiyah kurang dirasakan oleh masyaraat, khususnya oleh masyarakat lapisan bawah. Bersambung . . (saif/sp)