Muhammadiyah Desak Pemerintah RI Akui Kemerdekaan Kosovo

Jakarta – Muhammadiyah terus mendorong
pemerintah RI untuk mengakui kemerdekaan Kosovo. Alasannya, 108 negara
telah mengakui Kosovo sebagai negara merdeka dan berdaulat.

“Mendesak
dan mendorong itu pastinya beda ya. Saat ini Kosovo sendiri telah
diakui 108 negara lain sebagai negara yang merdeka. Tak ada alasan bagi
Indonesia untuk tak mengakui Kosovo sebagai sebuah negara,” ujar Ketua
PP Muhammadiyah, Din Syamsudin dalam konferensi pers World Peace Forum
bertema ‘Quest for Peace: Lessons of Conflict Resolution’ di Hotel Atlet
Century, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (22/11/2014).

Din
mengungkapkan, sejumlah peserta World Peace Forum tidak menyetujui
dorongan pengakuan terhadap kemerdekaan Kosovo. Sikap Muhammadiyah,
menurutnya, sempat direspons kemarahan oleh beberapa dubes yang hadir
sebagai peserta.

“Dengan sikap Muhammadiyah mengakui Kosovo, ada
beberapa Dubes yang menyampaikan bahwa dia marah besar, tapi kita tidak
mengaitkan dengan politik. Kita bersahabat dengan siapapun, itu juga
yang harus diterapkan dengan politik bebas aktif Indonesia,” jelasnya.

Sikap
Muhammadiyah mendorong pengakuan terhadap kemerdekaan Kosovo mengacu
kepada folosofi politik luar negeri Indonesia, yaitu politik luar negeri
bebas-aktif. Pengakuan kedaulatan ini juga telah dibicarakan bersama
Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang menyambut baik usulan tersebut.

‎”Presiden
Jokowi seperti dinyatakan Menlu, seperti yang tercantun di UUD, yaitu
politik bebas aktif, berorientasi pada perdamaian abadi. Yang sering
kita dengar itu kan, 1000 friends 1 enemy. Selama itu tercantum dalam
UUD, itu yang kita lakukan. Hemat Muhammadiyah, sikapnya itu tengahan
dan proporsional, apa adanya,” lanjut Din.

“Dalam hubungan
internasional yang kami lakukan itu, kita semua bersahabat. Muhammadiyah
mengundang delegasi Kosovo yang belum diakui Indonesia, lewat Wakil
Presiden, membantu untuk mendapatkan kemudahan,” sambungnya

Sikap Muhammadiyah dalam menengahi situasi memanas juga dilakukan pada
saat Dubes Serbia menyatakan walk out dalam forum ketika bendera negara
Kosovo terpasang. Politik meja makan, hingga ngopi-ngopi dilakukan agar
suasana hati kedua belah pihak mencair.

“Ada Dubes Serbia yang
kita undang juga, melihat bendera Kosovo di ruang forum, dia
marah-marah. Tapi kan kita prinsipnya tidak ada satupun bendera negara
yang dicopot. Di akhir sesi kemarin sore, Dubes Serbia memilih walk out.
Alhamdulillah pada jamuan makan, dia datang. Tapi malah duduk
berdampingan, dengan Dubes Kosovo,” kata dia.

“Sempat tegang
juga kita itu, tapi Alhamdulillah, mereka malah salam-salaman dan
berpelukan. Akhirnya berdamai. Selesai makan malam, kami minum kopi, dan
ngobrol santai antara dubes itu. Kalau mereka saja bisa berdamai,
mungkin kita (Indonesia) dapat mempertimbangkan,” tutup Din sambil
tertawa. (sp/mch/detik)