Ridwan menganggap atraksi itu sebuah kemunduran rasionalitas politik dan tidak memberikan edukasi politik yang baik bagi masyarakat apalagi jika tidak hati – hati ruwatan itu bisa menjurus praktek churafat yang dilarang oleh Islam.
” Menjadi Konsesus kita bersama sebagai warga negara untuk mendukung presiden terpilih, oleh karena itu tidak perlu lagi ada akrobat politik dan politisasi di tengah masyarakat semacam ruwatan politis yang hanya menggangu stabilitas kehidupan bermasyarakat “
sekitar rumahnya di Kampung Sawit Sari, Depok, Sleman, Yogyakarta,
Kamis.
“Ritual ruwatan ini dimaksudkan agar Amien Rais
mendukung pemerintahan baru, dan tidak lagi membuat trik-trik ,” kata koordinator aksi, Agus Sunandar.
Menurut dia, kegiatan ini diikuti sekelompok warga yang tergabung dalam paguyuban masyarakat pelestari tradisi atau Pametri.
“Kami
sengaja menggelar ritual ruwatan ruwatan di rumah Amien Rais dengan
membawa sejumlah ‘uba rampe’ seperti ayam hitam, pisang, air kembang dan
yang lainnya,” katanya.
Sepanjang jalan menuju rumah Amien Rais mereka mendendangkan lagu Jawa “lir-ilir”.
Sesampai
di rumah Amien Rais sekelompok orang langsung menggelar serangkaian
ritual untuk meruwat Amien Rais. “Ritual selain doa-doa, memotong bulu
ayam juga menyiram air kembang di depan rumah Amien Rais,” katanya.
“Kami
harapkan para politisi ini bisa kembali menjadi negarawan yang
memikirkan nasib rakyat Indonesia dan tidak melakulan trik-trik politik
yang memecah belah rakyat,” katanya.
Agus mengatakan, ruwatan
juga dilakulan sebagai upaya mendukung pemerintahan baru mendatang yang
ditandai dengan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Joko
Widodo dan Jusuf Kalla.
Ia mengatakan, diharapkan para politisi terutama para anggota DPR tidak menganggu jalannya pemerintahan baru mendatang.(sp)