KIH ( Koalisi Indonesia Berkah )

Koalisi itu pada prinsipnya adalah kerja sama beberapa unsur politik
yang memiliki tujuan sama. Koalisi politik boleh saja bersifat
sementara, karena perbedaan kepentingan unsur-unsurnya. Sementara Indonesia berkah, dalam arti bangsa yang memiliki kebaikan
melimpah (al-khair al-katsir) adalah tujuan bersama negara ini sepanjang
sejarahnya.  

Oleh karena itu, tujuan menjadi Indonesia berkah itu tidak sementara.
Pun, menuju Indonesia berkah tidak hanya menjadi tugas aliansi
politik.  Koalisi Indonesia berkah menjadi tugas tiap kelompok orang,
bahkan setiap warganegara.

Benang merahnya, karakter koalisi Indonesia berkah itu ada dua:
bersifat permanen dan melibatkan semua unsur bangsa Indonesia. Bagaimana
caranya? Allah telah mengikrarkan dalam surah al-A’raf ayat 96 yang
artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.”

Sesuai janji Allah dalam ayat tersebut, Indonesia akan menjadi negeri
berkah dengan syarat jelas: penduduknya beriman dan bertakwa. Lalu,
bagaimana kunci dan manivestasi iman—takwa itu?
Mengkaji Alquran mulai awal hingga akhir, kita akan menemukan
tipsnya. Kita perhatikan, ternyata ciri orang bertakwa yang pertama kali
disebutkan Alquran dalam urutan mushaf, tepatnya dalam al-Baqarah ayat
ketiga, adalah “mereka yang beriman kepada yang gaib”.

 Ujian bagi kita sebagai manusia, hal-hal gaib itu, baik pahala maupun
dosa, surga atau neraka, tidak langsung diperlihatkan oleh Allah.
Sedang andai semua hal gaib tersebut langsung diperlihatkan oleh Allah
di dunia ini, bisa dijamin, seluruh manusia akan berbuat taat, dan tidak
akan ada satu pun yang berbuat maksiat!

Nah, menguatkan keyakinan dan kesadaran tentang adanya sesuatu yang
gaib inilah kunci ketaatan bangsa ini, hingga dapat menemukan
keberkahannya. Orang yang keimanannya pada hal gaib mantap, akan
memiliki keyakinan kuat bahwa hidup ini ada tanggung jawabnya, dunia dan
akhirat. Itulah ciri orang cerdas spiritual menurut Rasulullah, yaitu,
“Orang yang paling banyak mengingat kematian, dan paling baik dalam
mempersiapkan kehidupan setelah kematian.” (HR Ibnu Majah dan
al-Thabrani) Orang ingat mati dan senantiasa mempersiapkan kehidupan setelah
kematian, pasti akan berusaha melakukan yang baik, dan tidak akan
melakukan perbuatan negatif, apalagi merugikan orang lain.

Secara pribadi, dia akan istikamah ibadah dan mengawasi ibadah
keluarganya, terutama shalat. Siapa yang melakukan itu, hidupnya akan
berkah (lihat: QS Thaha: 132). Karena yakin hidup ini ada tanggung
jawabnya, seorang atau kelompok pedagang, wirausahawan, pemegang tender,
akan berbisnis dengan jujur, tidak akan melakukan penipuan, dan itulah
sebab datangnya keberkahan, seperti diriwayatkan Abu Wail (lihat
al-Mausu’ah al-Fiqhiyah: 3/309).

Pun, seorang pejabat akan berlaku adil, karena dia yakin, bila lalim
atau melakukan korupsi, dia akan dimintai pertanggungjawaban, dunia dan
akhirat. Dengan begitu, roda pemerintahannya akan berjalan baik dan
mendapatkan keberkahan.

Pendek kalam, setiap pribadi dan semua kelompok bangsa ini
bertanggung jawab mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negeri berkah.
Tingkatkan keimanan pada sesuatu yang gaib, keyakinan bahwa hidup
memilki tanggung jawab, lakukan kebaikan dan tinggalkan kemaksiatan.

Pasalnya, jelas ulama, kemaksiatan itu menyebabkan krisis, sedang
ketaatan itu menjadi penyebab turunnya berkah (al-ma’ashi sabab al-jadb
wa al-tha’ah sabab al-barakah). Itulah tips dan manivestasi iman-takwa
menurut al-A’raf ayat 96 itu, yang akan meniscayakan guyuran berkah
untuk negara dan bangsa ini.
 Oleh: Faris Khoirul Anam (rol/sp)