Sejarah Munculnya Air Zam Zam Dan Keistimewaannya

Air Zam-Zam bukanlah air yang asing bagi kaum Muslimin. Air ini
mempunyai keutamaan yang sangat banyak. Rasulullah telah menjelaskan
kegunaan air tersebut. Beliau bersabda,”Sebaik-baik air yang ada di muka
bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan
dan penawar penyakit.” Apa rahasia dibalik air yang banyak memiliki
khasiat dan penuh barakah ini?

Makna Zam Zam
Kata Zam-Zam
dalam bahasa Arab berarti, yang banyak atau melimpah. Adapun air
Zam-Zam yang dimaksud oleh syari’at, yaitu air yang berasal dari sumur
Zam-Zam. Letaknya dengan Ka’bah, berjarak sekitar 38 hasta.

Dinamakan Zam-Zam, sesuai dengan artinya, karena memang air dari sumur
tersebut sangat banyak dan berlimpah. Tidak habis walau sudah diambil
dan dibawa setiap harinya ke seluruh penjuru dunia oleh kaum Muslimin.

Dinamakan dengan Zam-Zam, bisa juga diambil dari perbuatan Hajar.
Ketika air Zam-Zam terpancar, ia segera mengumpulkan dan membendungnya.
Atau diambil dari galian Malaikat Jibril dan perkataannya, ketika ia
berkata kepada Hajar.

Disebutkan juga, bahwa nama Zam-Zam adalah
‘alam, atau nama asal yang berdiri sendiri, bukan berasal dari kalimat
atau kata lain. Atau juga diambil dari suara air Zam-Zam tersebut,
karena zamzamatul ma` adalah, suara air itu sendiri.
Nama lain
Zam-Zam, sebagaimana telah diketahui, antara lain ia disebut barrah
(kebaikan), madhmunah (yang berharga), taktumu (yang tersembunyi),
hazmah Jibril (galian Jibril), syifa` suqim (obat penyakit), tha’amu
tu’im (makanan), syarabul abrar (minuman orang-orang baik), thayyibah
(yang baik)
Sejarah Munculnya Air Zam Zam
Disebutkan oleh
Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, dari hadits Ibnu ‘Abbas. Suatu saat,
ketika berada di Mekkah, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Hajar dan
anaknya Ismail di sekitar Ka`bah, di suatu pohon besar yang berada di
atas sumur Zam-Zam. Waktu itu, tidak ada seorangpun di Mekkah, melainkan
mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam meletakkan kantong
berisi kurma dan air, iapun beranjak pergi. Namun Hajar mengikutinya
seraya mengatakan,”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan
meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain, atau yang
lainnya?”
Pertanyaan itu ia ulangi terus, tetapi Nabi Ibrahim
tidak menengok kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru
kepadanya,”Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?”
“Ya,” jawab Nabi Ibrahim.

“Kalau begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami,” seru Hajar.
Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim terus
melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di Tsaniyah -jalan
bebukitan, arah jalan ke Kada`. Rasulullah ketika memasuki Mekkah juga
melewati jalan tersebut- dan keluarganya tidak dapat melihatnya lagi,
Nabi Ibrahim menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua
tangannya seraya berdoa : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan
kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri
rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”
[Ibrahim/14 : 37]
Ibunda Ismail menyusui anaknya dan meminum dari
kantong air tersebut. Hingga akhirnya air itupun habis, dan anaknya
kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, karena terus menangis.
Dia pun pergi untuk mencari sumber air, karena tidak tega melihat
anaknya kehausan.
Pergilah dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit
Shafa, dan berdiri di atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di
sekelilingnya, barangkali ada orang disana. Akan tetapi, ternyata tidak
ada.
Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwa. Berdiri
di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana? Tetapi,
ternyata tidak juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.

Ketika berada di atas bukit Marwa, dia mendengar ada suara, dia berkata
kepada dirinya sendiri, “Diam!” Setelah diperhatikannya ternyata memang
benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata, “Aku telah
mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”

Tiba-tiba dia melihat
Malaikat Jibril, yang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan
sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain), kemudian
memukulkan kakinya di atasnya. Maka keluarlah darinya pancaran air.

Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diciduknya air itu
dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air. Setelah diciduk,
air tersebut justru semakin memancar. Dia pun minum air tersebut dan
juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu Malaikat Jibril berkata
kepadanya, “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah Baitullah
yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan
sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hambanya.”

Beberapa
waktu kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun di
lembah Makkah. Mereka turun karena melihat burung -burung yang
berputar-putar. Mereka berkata,”Burung ini berputar-putar di sekitar
air. Kami yakin di lembah ini ada air,” lalu mereka mengirim utusan, dan
ternyata benar mereka mendapatkan air. Utusan itupun kembali dan
memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang adanya air.
Merekapun kemudian mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail,
bahwa mereka akan mampir ke sana. Ummu Ismailpun mempersilahkan dengan
syarat, bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, dan
kabilah Jurhum inipun setuju.
Penemuan Kembali Air Zam Zam
Ketika Abdul Muthalib sedang tidur di Hijr Ismail, dia mendengar suara yang menyuruhnya menggali tanah.
“Galilah thayyibah (yang baik)!”
“Yang baik yang mana?” tanyanya.
Esoknya, ketika tidur di tempat yang sama, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali barrah (yang baik)?”
Dia bertanya, “Benda yang baik yang mana?” Lalu dia pergi.

Keesokan harinya, ketika tidur di tempat yang sama di Hijr Ismail, dia
mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali madhmunah (sesuatu
yang berharga).

Dia bertanya,” Benda yang baik yang mana?”
Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya : “Galilah Zam-Zam!”
Dia bertanya,”Apa itu Zam-Zam?”

Dia mendapat jawaban : “Air yang tidak kering dan tidak meluap, yang
dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di antara tahi
binatang dan darah. Berada di patukan gagak yang hitam, berada di sarang
semut”.

Sesaat Abdul Muthalib bingung dengan tempatnya tersebut,
sampai akhirnya ada kejelasan dengan melihat kejadian yang diisyaratkan
kepadanya. Kemudian iapun bergegas menggalinya.
Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya,”Apa yang engkau kerjakan, hai Abdul Muthalib?

Dia menjawab,”Aku diperintahkan menggali Zam-Zam,” sampai akhirnya ia
beserta anaknya, Harits mendapatkan apa yang diisyaratkan dalam
mimpinya, menggali kembali sumur Zam-Zam yang telah lama dikubur dengan
sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota Mekkah[6].

Keutamaan Dan Khasiat Air Zam Zam

Dari penjelasan Rasulullah dan para ulama dapat diketahui, bahwa air
Zam-Zam memiliki barakah dan keutamaan. Di antara dalil-dalil yang
menunjukkan keutamaan air Zam-Zam dapat disebutkan sebagai berikut.

عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ (أخرجه أحمد وابن
ماجه)

“Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,”Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang
meminumnya.”
Ibnu Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk
meminum air Zam-Zam sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika
meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi
dengannya (menggunakan air Zam-Zam).”
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ إِنْ شَرِبْتَهُ تَسْتَشْفِي
شَفاَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِشَبْعِكَ أَشْبَعَكَ الله ُوَإِنْ
شَرِبْتَهُ لِقَطْعِ ظَمْئِكَ قَطَعَهُ اللهُ وَهِيَ هَزْمَةُ جِبْرَائِيلَ
عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَسُقْيَا اللهِ إسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
رواه الدارقطني والحاكم وقال صحيح الإسناد
“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya.
Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila
engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah
menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan curahan minum
dari Allah kepada Ismail.”
وَعَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ كُنَّا
نُسَمِّيْهَا شَبَّاعَةً يَعْنِيْ زَمْزَمَ وَكُنَّا نَجِدُهَا نِعْمَ
الْعَوْنُ عَلَى الْعِيَالِ (رواه الطبراني في الكبير)
“Dari Abi
Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah bersabda,”Kami menyebut air Zam-Zam dengan syuba’ah (yang
mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam-Zam adalah
sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas kemiskinanan)”. [HR Tabrani]
إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِسِجِلٍّ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ فَشَرِبَ مِنْهُ وَتَوَضَّأَ) رواه أحمد)
“Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang
air Zam-Zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya” [HR
Ahmad]
كَانَ يَحْمِلُ مَاءَ زَمْزَمَ ( فِيْ الأَدَاوِيْ وَالْقِرَبِ وَكَانَ يَصُبُّ عَلىَ الْمَرْضَى وَيَسْقِيهِمْ ) ] . ( حديث صحيح)
“Disebutkan dalam Silsilah Shahihah, adalah Rasululllah membawa air
Zam-Zam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau
menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sedang sakit”.

إِنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حِيْنَ رَكَضَ زَمْزَمَ بِعَقِبِهِ
جَعَلَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ تَجْمَعُ الْبَطْحَاءَ فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَحِمَ اللهُ هَاجِراً وَأُمَّ
إِسْمَاعِيْلَ لَوْ تَرَكَتْهَا كاَنَتْ عَيْنًا مَعِيْنًا.

( صحيح )
Tatkala Jibril memukul Zam-Zam dengan tumit kakinya, Ummi Ismail
segera mengumpulkan luapan air. Nabi berkata,”Semoga Allah merahmati
Hajar dan Ummu Ismail. Andai ia membiarkannya, maka akan menjadi mata
air yang menggenangi (seluruh permukaan tanah).”
وَعَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله – صَلَّى الله
ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ
زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامُ الطَّعْمِ، وَشِفَاءُ السَّقْمِ”،
“Dari
Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di
dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.”
Abu Dzar al Ghifari berkata,”Selama 30 hari, aku tidak mempunyai
makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi
sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.”
:
كُنْتُ أُجَالِسُ ابْنَ عَبَّاسٍ بِمَكَّةَ فَأَخَذَتْنِيْ الحْمُىَ
فَقَالَ أَبْرِدْهَا عَنْكَ بِمَاءِ زَمْزَمَ فإَِنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ( الْحُمَى مِنْ فيَحْ ِجَهَنَّمَ
فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ أَوْ قاَلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ ) .
“Dari
Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : “Aku duduk bersama Ibnu
‘Abbas di Mekkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu ‘Abbas mengatakan,
dinginkanlah dengan air Zam-Zam, karena Rasulullah mengatakan,
sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah
dengan air atau air Zam-Zam” [15]
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهَا : أَنَّهَا كَانَتْ تَحْمِلُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ وَتُخْبِرُ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ كاَنَ يَحْمِلُهُ
Dari ‘Aisyah, ia membawa air Zam-Zam. Ia mengkabarkan, sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya (sebagai bekal-Pen.).

Ibnul Qayyim berkata,”Aku dan selain diriku telah megalami perkara yang
ajaib tatkala berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin Allah, aku telah
sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga menyaksikan
seseorang yang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanan selama
beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Ia tidak mendapatkan
rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang lain. Ia
telah memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti itu selama
empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima’, berpuasa
dan melaksanakan thawaf “.

Beliau rahimahullah berkata,”Ketika
berada di Mekkah, aku mengalami sakit dan tidak ada tabib dan obat (yang
dapat menyembuhkannya). Akupun mengobatinya dengan meminum air Zam-Zam
dan membacakan atasnya berulangkali (dengan al Fatihah), kemudian aku
meminumnya. Aku mendapatkan kesembuhan yang sempurna. Akupun
menjadikannya untuk bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku
benar-benar banyak mengambil manfaat darinya.”
Demikian
penjelasan singkat tentang air Zam-Zam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah memberitahukan kepada kita dan membenarkan khasiat dan
keutamaan air yang tak pernah kering tersebut, meskipun setiap hari
diambil oleh banyak manusia. Dengan mengetahui secara sepintas air
Zam-Zam ini, maka hendaknya dapat meningkatkan dan memperkuat sandaran
dan ketergantungan kita kepada Allah. Dia-lah yang Maha Penguasa
mengatur segala yang Ia kehendaki.
Wallahu a’lam.