Penjelasan Hasil Hisab 1 Syawal 1435 H

Data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran dari Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah didasarkan pada “hisab hakiki” dengan kriteria “wujudul-hilal”. Hasil perhitungan tersebut, khususnya mengenai terbenam Matahari dan tinggi Bulan menggunakan marjak Yogyakarta dengan koordinat: lintang (() = -07( 48( dan bujur (() = 110( 21( BT.

“Hisab Hakiki” adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya Matahari dan Bulan faktual (sebenarnya). Gerak dan posisi Bulan dalam metode ini dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi Bulan yang sebenarnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya. Adapun “wujudul-hilal” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat Matahari terbenam, Bulan belum terbenam. Dengan perkataan lain, Bulan terbenam terlambat dari terbenamnya Matahari berapapun selisih waktunya. Dengan istilah geometrik, pada saat Matahari terbenam posisi Bulan masih di atas ufuk berapapun tingginya. 
Untuk menetapkan tanggal 1 bulan baru Kamariah dalam konsep hisab hakiki wujudul-hilal terlebih dahulu harus terpenuhi tiga kriteria secara kumulatif, yaitu: 1) sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara Bulan dan Matahari, 2) ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari, dan 3) ketika Matahari terbenam Bulan belum terbenam, atau Bulan masih berada di atas ufuk. Apabila ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi maka dikatakanlah “hilal sudah wujud” dan sejak saat terbenam Matahari tersebut sudah masuk bulan baru Kamariah. Sebaliknya apabila salah satu saja dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka dikatakanlah “hilal belum wujud” dan saat terbenam Matahari sampai esok harinya belum masuk bulan baru Kamariah, bulan baru akan dimulai pada saat terbenam Matahari berikutnya setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi.
Ijtimak jelang bulan Syawal 1435 H terjadi pada hari Ahad Pahing tanggal 27 Juli 2014 pukul 05:43:39 WIB atau pukul 01:43:39 WAS (Waktu Arab Saudi) karena selisih waktu WIB dengan Arab Saudi 4 jam. Ijtimak terjadi pada pagi hari, ini berarti kriteria pertama (sudah terjadi ijtimak) dan kedua (ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari) sudah terpenuhi. Terbenam Matahari di Yogyakarta pada hari Ahad 27 Juli 2014 pukul 17:38:59 WIB. Umur Bulan pada saat itu 11 jam 55 menit 20 detik. Kriteria ketiga (pada saat Matahari terbenam Bulan belum terbenam) juga sudah terpenuhi karena berdasarkan perhitungan tersebut, pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta tanggal 27 Juli 2014 itu Bulan masih di atas ufuk dengan ketinggian  03( 37( 48(, artinya pada saat Matahari terbenam Bulan belum terbenam, jadi hilal sudah wujud. Dengan demikian seluruh kriteria wujudul-hilal sudah terpenuhi, oleh karena itu pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta hari Ahad 27 Juli 2014 mulai masuk tanggal 1 Syawal 1435 H (konversinya Senin 28 Juli 2014). 
Untuk mengetahui kawasan mana di muka Bumi ini yang sudah masuk tanggal 1 Syawal 1435 H pada hari itu dapat dilihat dengan memperhatikan garis pembatas dalam peta. Garis pembatas tersebut menunjukkan bahwa pada tempat-tempat itu terbenam Bulan berbarengan dengan terbenam Matahari, dan disebut garis batas tanggal.

Peta garis batas tanggal dunia menurut wujudul-hilal
Garis yang membentang dari barat ke timur adalah garis batas tanggal. Kawasan A adalah kawasan yang memulai masuk tanggal 1 Syawal 1435 H pada saat terbenam Matahari tanggal 27 Juli 2014 atau menurut konversinya tanggal 1 Syawal 1435 H bertepatan dengan tanggal 28 Juli 2014 M. Sedangkan kawasan B pada saat itu belum memasuki tanggal 1 Syawal 1435 H, di kawasan ini tanggal 1 Syawal 1435 H bertepatan dengan tanggal 29 Juli 2014 M.
Wilayah Indonesia secara keseluruhan termasuk dalam kawasan A, yakni kawasan yang memasuki tanggal 1 Syawal 1435 H pada saat magrib hari Ahad 27 Juli 2014 atau menurut konversinya hari Senin 28 Juli 2014 M.