Tanwir Muhammadiyah Pencerahan Membawa Kemajuan

Oleh ; Muchlas Abror 
Tanwir adalah sebuah nama rapat permusyawaratan yang terdapat dalam Muhammadiyah. Tanwir yang  diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tentu mempunyai
kedudukan penting. Karena keputusannya hanya setingkat di bawah Muktamar. Dalam
satu masa jabatan PP Muhammadiyah, Tanwir sekurang-kurangnya diselenggarakan
tiga kali. Dua tahun yang lalu, pada tanggal21 – 24 Juni 2012, PP Muhammadiyah
(2010 – 2015) mengadakan Tanwir di Bandung. Dalam bulan ini, PP Muhammadiyah
akan menyelenggarakan Tanwir di Samarinda, pada tanggal 23 – 25 Mei 2014.
Tanwir terakhir dalam periode sekarang dapat dipastikan dilaksanakan menjelang
Muktamar ke-47 tahun depan, 2015, di Makassar.
Tanwir
Muhammadiyah yang pertamakali di Ibukota Kalimantan Timur ini mengambil tema
“Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”. Tanwir di
Samarinda, sebagaimana dalam lampiran undangan Tanwir dari PP Muhammadiyah,
memiliki momentum penting dan strategis atas dua alasan. Jika diringkas dapat
disebutkan sebagai berikut: Pertama, Muhammadiyah memasuki fase akhir dalam
menuntaskan amanat Muktamar ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta menuju Muktamar
ke-47 tahun 2015 di Makassar. Kedua, pertalian situasi dengan kondisi dan
dinamika perkembangan Indonesia yang pada tahun 2014 telah menyelenggarakan
Pemilu untuk legislatif dan kemudian akan diikuti pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden yang akan menentukan kepemimpinan bangsa dan negara lima tahun ke
depan.
Kita harus sadar
diri. Kita adalah kaum Muslimin dan menjadi warga Muhammadiyah. Sebagai
Muslimin, kita harus memahami dan sadar bahwa Islam adalah agama dakwah.
Sebagai warga Muhammadiyah, kita juga harus memahami dan sadar bahwa
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang secara tegas menamakan dirinya
gerakan dakwah dan tajdid. Oengan demikian, kita, sebagai Muslimin dan warga
Muhammadiyah, memikul atau mengemban tugas dakwah. Keberadaan dan kehadiran
kita di mana pun dan kapan pun adalah untuk berdakwah dan tidak dapat
melepaskan diri dari tugas dakwah. Kita tidak boleh jemu atau bosan berjalan di
atas jalan dakwah. Kita hendaklah tetap dan berkesinambungan dalam jalan dakwah
yang memang telah menjadi pilihan kita secara mantap.
Selain itu, kita
pun harus sadar diri bahwa kita tinggal di Indonesia dan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Kita bersama lainnya yang satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia harus senantiasa merasa dalam
kebersamaan, baik dalam suka maupun duka. Muhammadiyah beserta segenap
pimpinan, kader, dan warganya pasti tidak berlepas diri ketika melihat bangsa
dan negara Indonesia menghadapi banyak persoalan dan tantangan. Sebagai
organisasi yang sadar diri merasa ikut memiliki tanggung jawab, maka
Muhammadiyah tentu tidak berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa. Muhammadiyah,
sebagai gerakan dakwah dan tajdid, tentu merasa mendapat dorongan kuat untuk
lebih meningkatkan diri berbuat aktif dan positif untuk mengatasi berbagai
persoalan dan tantangan. Muhammadiyah telah dan akan memberikan sumbangan pemikiran,
diminta atau pun tidak.
Tanwir,
sebagaimana telah disebutkan pada permulaan tulisan ini, berasal dari bahasa
Arab yang berarti pencerahan. Sementara itu, Muhammadiyah, sebagai gerakan
Islam, meyakini Islam yang bersumber pada AI-Qur’an dan As-Sunnah dengan
menggunakan akal pikiran sesuai jiwa ajaran Islam bila ajaran-ajarannya
diamalkan secara baik akan membawa kemajuan. Muhammadiyah, sebagai gerakan
dakwah dan tajdid, memang membawa dan menyebarluaskan Islam yang berkemajuan.
Nah, karena itu, dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah dakwah
pencerahan. Pencerahan sarna artinya dengan membawa kemajuan. Sejak awal
didirikan Muhammadiyah berkehendak memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara
hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada para anggotanya.
Di tengah
dinamika perkembangan umat dan bangsa, Mu-hammadiyah hendaklah terus melakukan
pencerahan melalui dakwah. Muhammadiyah tidak boleh berhenti memberikan
pencerahan bagi kemajuan umat dan bangsa. Sebab, berhenti memberikan pencerahan
sarna halnya turut membiarkan terjadinya perilaku penggelapan yang berakibat
kemunduran. Bahkan lebih jauh dapat membawa kehancuran atau kebinasaan.
Muhammadiyah tentu tidak menghendaki hal demikian terjadi. Kalau demikian,
Muhammadiyah harus terus menerus mening-katkan dakwah pencerahan di masyarakat.
Di masa
sekarang, dengan mudah kita dapat melihat dan bahkan ikut merasakan. Di tengah
kehidupan masyarakat sedang terjadi penjungkirbalikan nilai-nilai. Kesalahan
dipandang oleh mereka yang kehilangan pegangan hidup sebagai kebenaran.
Kejahatan malah merupakan kebaikan. Korupsi yang merebak di mana-mana dipandang
sebagai hal yang biasa. Politik uang yang dilakukan oleh banyak para caleg
dalam Pemilu Legislatif yang baru lalu untuk meraih kemenangan diterima
sebagian masyarakat sebagai kewajaran. Perilaku penyimpangan, penyelewengan,
dan perselingkuhan makin lama diangap seolah tidak mengapa. Semua para
pelakunya tidak merasa malu terhadap segala perbuatan yang mereka lakukan.
Karena mereka terhadap apa yang dilakukan tidak merasa aneh. Yang terasa aneh
di masyarakat sekarang ini, kalau di masyarakat masih ada orang yang amanah,
dapat dipercaya, jujur, adil, dan lain-lain
Muhammadiyah
harus terus berdakwah dan melakukan pen-cerahan tiada henti. Dakwah bil-hal,
dakwah dengan perbuatan nyata. Selain itu, giat dan bersemangat melakukan
pencerahan hati, pikiran, dan nilai-nilai perilaku di masyarakat. Semoga
Indonesia selamat menjadi negara dan bangsa yang maju, adil, ma.kmur,
bermartabat, dan berdaulat.(suaramuhammadiyah/SP).