Pria Asal Aceh Ini Jadi Panutan Muslim di Australia

Namanya Iskandar. Dia adalah dosen Program  Studi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Pria kelahiran Lang­sa, 25 Oktober 1978 ini, kini terdaftar  sebagai mahasiswa Doktoral (S3) di School of Arts, University of New England (UNE), Australia.
Pada Oktober 2013 silam, pria yang sejak kecil dipanggil Is, dipercayakan oleh komunitas muslim di kota Armidale, kota kecil di Provinsi New South Wales (NSW), Australia, untuk menduduki posisi sekretaris Masjid UNE dan Komunitas Muslim.
Di kota yang terletak antara  kota Sydney dan Brisbane inilah dia mengenyam pendidikan tinggi dan membantu melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan. Sebagai sekretaris, Is selalu memikirkan berbagai kegiatan untuk mamakmurkan masjid.
Menurutnya, komunitas muslim tergolong grup minoritas di kota Armidale ini. Kebanyakan Muslim disini berasal dari Arab Saudi, Mesir, dan Libya, hanya beberapa orang dari negara lain seperti Iraq, Jordania dan Indonesia. Kota yang memiliki penduduk sekitar 24.000 jiwa mayoritasnya beragama Kristen. Oleh karenanya, banyak terlihat tempat ibadah mereka di setiap sudut kota. Sementara Mesjid hanya satu yang terletak di dalam kampus UNE.
“Saat ini ada dua program yang telah direncanakan semenjak saya dipercayakan sebagai sekretaris. Kedua program ini sedang berjalan. Kami memberi nama Study Circle dan Tahfidz Circle,” ujarnya.
Kata dia, program Study Circle lebih mengarah pada kajian Islam. Kajian ini di isi dengan bahasan tentang kandungan isi Alquran, termasuk di dalamnya menceritakan kisah-kisah yang terkandung dalam salah satu surat pilihan. Surat Al-Kahfi menjadi surat pilihan yang dibahas sebagai langkah awal program ini. Dipilihnya surat ini karena setiap muslim sering membacanya setiap Kamis malam dan Jumat.
“Begitu pula kandungan dalam surat ini juga sangat menyentuh langsung dengan kehidupan Muslim yang sedang berada di negara non-Muslim. Syech yang mengisi program ini berasal dari Kota Palestina yang sangat fasih berbahasa Inggris dan Arab yang berprofesi sebagai dokter gigi di kota Armidale,” kata Iskandar.
Kemudian ada juga program Tahfidz Circle khusus bagi muslim yang ingin menjadi hafalan Alquran.
“Untuk program ini, Juz ‘Amma menjadi pilihan bagi pemula. Alasan dipilihnya surat pada juz terakhir ini karena sering didengar saat shalat wajib, juga suratnya pendek sehingga mampu memberi semangat kepada para pemula. Syech yang mengajar untuk program ini berasal dari Kota Mekkah, yang juga merupakan mahasiswa S2 di UNE,” ujar dia lagi.
Iskandar menjelaskan bahwa peserta yang tergabung dalam kedua program ini mulai dari anak-anak,  mahasiswa S2 dan S3, begitu juga masyarakat umum dari berbagai penjuru dunia.
“Program Study Circle diadakan setiap Rabu malam, dan Tahfidz Circle dilaksanakan Kamis dan Jum’at malam. Kedua program ini membuat suasana masjid menjadi hidup,” ujar Iskandar.
Saat ini, kata Iskandar, dirinya juga berencana untuk membuat program pengkaderan Khatib Jumat.
“Para khatib berasal dari kalangan dosen dan mahasiswa. Sebagai dosen, mereka sering pindah dari satu universitas satu ke universitas lain saat selesai kontrak kerjanya. Begitu pula mahasiswa, mereka akan pulang ke kampung halamannya saat studinya sudah selesai. Untuk menghindari kekosongan Khatib, maka program ini akan di launchingkan,” ujar dia.
“Program ini mendapat support dari pihak komite dan masyarakat muslim,” ujarnya lagi.
Selama menjadi sekretaris Komunitas Muslim dan Masjid di UNE, Iskandar mengaku tidak pernah mengalami hambatan.
“Bahkan yang sangat  menarik, setiap diumumkan kebutuhan masjid, seperti untuk keperluan pembayaran  rekening listrik, memperbaiki tempat wudhuk dan operasional kebersihan. Para jamaah berlomba-lomba untuk bersedekah. Ada yang membantu dengan tenaga, banyak pula yang membantu dengan dana,” kata Iskandar.[sp/atjehpost.com]