Doa Di Tanah Arab, “Surga” Di Tempat Lain

Oleh : Ikhwanul Kiram Mashuri

Robana atina fi ad-dun-ya
hasanah, wafil akhirroti hasanah, waqina ‘adzaban naari
. Inilah doa yang
paling sering diucapkan oleh umat Islam di seluruh dunia. Wabil khusus
oleh orang-orang di Tanah Arab yang hampir seluruhnya beragama Islam.

Doa yang diambil dari Alquran (QS: 2: 201) ini sering juga
disebut sebagai doa sapu jagat. Dinamakan demikian, lantaran doa ini singkat
saja, namun yang terkandung di dalamnya sangat dalam dan meliputi semua harapan
dan keinginan setiap manusia. ”Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan
(kehidupan) di dunia dan kebaikan di akhirat, serta jauhkanlah kami dari siksa
neraka.”

Coba renungkan, adakah Anda mempunyai keinginan lain semasa hidup ini selain
kebaikan? Kebaikan rizki, pekerjaan, karir, rumah tangga, teman, saudara,
anak-anak, agama, bangsa, negara, lingkungan, dan seterusnya. Kebaikan dunia —
dalam doa itu — didahulukan daripada kebaikan di akhirat tentu terkandung
makna. Yakni, kebaikan dunia adalah kunci atau jalan menuju kebaikan akhirat.
Bila kehidupan dunia dan akhirat sudah baik, semoga kita dijauhkan dari siksa
neraka.
Sayangnya, meskipun doa sapu
jagat ini diucapkan ratusan dan bahkan ribuan kali oleh umat Islam, terutama
oleh mereka yang berada di Tanah Arab, faktanya ‘surga’ ternyata ada di tempat
lain. Tempat lain ini, meminjam istilah pengamat Timur Tengah dari Arab Saudi,
Husein Shabakshi, adalah yang menjunjung tinggi keadilan sosial dan toleransi,
menghormati hak individu, mengedepankan hukum, menjamin keamanan warga, dan
memberi kesejahteraan kepada masyarakat. Inilah yang disebut oleh Shabakshi
sebagai menerapkan ‘surga Allah di muka bumi’.

Shabakshi menyebut ‘surga Allah di muka bumi’ ini kini bukan berada di Tanah
Arab, tapi di tempat lain seperti di negara-negara Skandinavia (Norwegia,
Swedia, dan Denmark), ditambah Finlandia dan Islandia. Bisa juga dimasukkan
dalam kelompok ini Swiss dan Kanada. Rakyat di negara-negara tersebut boleh
dikata telah menikmati hampir semua kebaikan dunia: sejahtera, aman, damai,
toleran, disiplin, terjamin pendidikan dan kesehatannya, dan seterusnya.

Bahkan negara seperti Swedia dikabarkan sedang kekurangan sampah. Kini mereka
mengimpor sampah dari negara-negara lain untuk diolah menjadi bahan bakar bagi
memutar mesin-mesin industrinya. Ini menunjukkkan, pertama, mereka sangat
memperhatikan kebersihan. Bagi mereka, ‘kebersihan sebagian dari iman’ bukan
hanya diucapkan, tapi harus dilaksanakan. Kedua, mereka sangat kreatif sehingga
menjadikan sampah bukan sebagai beban, tapi justeru sangat bermanfaat dan
dibutuhkan.

Sedangkan Norwegia dikabarkan telah menutup sujumlah penjaranya lantaran tidak
diperlukan lagi. Penjara-penjara di negara itu banyak yang kosong lantaran
angka kriminalitasnya dari tahun ke tahun terus menurun. Bangunan-bangunan buat
menghukum para penjahat itu kini telah dialihfungsikan untuk keperluan lain.
Bagaimana dengan negara-negara
Arab dan Islam? Menurut Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, ‘berbagai
siaran berita cukup menjadi saksi bahwa dunia ini dipenuhi dengan konflik dan
kepedihan (nasyaraatul akhbar khoiru syahidin ‘ala ma yuhfilul ‘alam min
shira’aati wa maksa)’. Hal ini dikatakan Raja Abdullah ketika memberi sambutan
yang disampaikan oleh Menteri Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi, Abdul Aziz
Khoujah, pada pembukaan pertemuan insan media se-Asia di Jeddah pada 6 Mei
lalu.
Sekarang marilah saya kutipkan
berita-berita yang dimuat di halaman depan dua media internasional berbahasa
Arab, Al Sharq Al Awsat dan Al Jazeera.net, yang terbit kemarin. Al Awsat
terbit dari London dan milik keluarga kerajaan penguasa Arab Saudi. Sedangkan
Al Jazira.net merupakan bagian dari kelompok media Al Jazeera versi online.
Selain online ada Televisi Al Jazeera berbahasa Arab dan berbahasa Inggris
serta Al Jazeera cetak. Al Jazeera Group adalah milik keluarga penguasa Qatar.
Al Jazeera dan Al Awsat boleh dikata merupakan salah satu rujukan utama para
intelektual dan politisi di seluruh Timur Tengah.
‘Puluhan ribu warga meninggalkan
Dyr Al Zour untuk menghindari serangan An Nashrah dan Da’ish,” demikian berita
utama Al Awsat. An Nashrah dan Da’ish merupakan dua kelompok garis keras yang
ingin mendirikan negara Islam di Syam (Suriah). Dua kelompok ini eksis di
Suriah dengan memanfaatkan situasi konflik antara pemerintah Presiden Bashar
Assad dan kelompok oposisi.
Berita lainnya ‘tentara Prancis
berhasil membunuh orang dekat pemimpin Alqaida, Belmukhtar, di Mali’, lalu
‘Alqaida beraksi di sembilan provinsi di Yaman dan tujuh orang bersenjata
terbunuh di Abyan (Yaman)’. Berikutnya ‘isteri Presiden Obama minta suaminya
campur tangan untuk membebaskan murid-murid sekolah yang diculik Bako Haram di
Nigeria’, ‘Bank Dunia memperingatkan bahayanya jumlah pengungsi Suriah yang
terus bertambah’, ‘komandan angkatan bersenjata Irak selamat dari pembunuhan’,
‘rakyat miskin di Afghanistan tidak ikut menikmati bantuan miliaran dolar’.
Sebelumnya, berita-berita Al
Sharq Al Awsat didominasi oleh perebutan kekuasaan di Lebanon, Saudi yang
berhasil menggagalkan ribuan orang dari kelompok teroris yang ingin masuk ke
negara itu secara ilegal lewat perbatasannya, bom bunuh diri yang terus
menghantui warga Irak, pemerintahan Mesir yang terus mengejar orang-orang
Ikhwanul Muslimin, perjanjian damai Palestina dengan Israel yang gagal, dan
seterusnya.
Sedangkan Al azeera.net kemarin
menurunkan berita utama ‘kelompok bersenjata yang menyerang Sana’a dan sejumlah
provinsi di Yaman pada malam hari’, ‘sejumlah warga terbunuh dalam konflik di
Halb (Suriah), puluhan orang tewas dalam konflik di Al Fulujah (Irak), dan
‘pendukung Jenderal Sisi dan Shobahi (dua calon presiden Mesir) yang mulai
berkampanye’.
Intinya, dunia Arab – seperti
diberitakan dua media arus utama di Timur Tengah itu – diliputi dua hal.
Pertama, konflik untuk memperebutkan kekuasaan yang seringkali diwarnai dengan
kekerasan. Kedua, adanya ancaman terorisme dari kelompok-kelompok garis keras
yang ingin memaksanakan kehendak. Ujungnya bisa dipastikan rakyatlah yang
menderita. Kini jutaan warga Suriah, Palestina, dan lainnya hidup di
pengungsian.
Dan, ketika hidup di negara
sendiri sudah seperti neraka, bisa dipahami bila kemudian mereka ingin hijrah
ke negara lain seperti Australia dan negara-negara Eropa lainnya untuk
mendapatkan ‘surga’ (baca: kehidupan yang lebih baik) di tempat lain. Dengan
kata lain,  doa memang dipanjatkan di Tanah Arab, namun ternyata ‘surga’
ada di tempat lain. Wallahu a’lam bis shawab.