Hamba Yang Selalu Bersyukur itu Tidak ‘ngersulo’

يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ
امَنُوْااتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقتِه وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Ali Imron [3] : 102 : “Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan
janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ
امَنُوْااتَّقُوااللهَ وَقُوْلُوْاقَوْلاًسَدِيْدًا
Al-Ahdzab [33] : 70 : “Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”
Dari ayat-ayat tersebut diatas, Allah berfirman pada
kita sebagai makhluk-Nya tentang takwa, pun demikian Rasulullah jg selalu mengulang-ulang
masalah takwa kepada Allah. Takwa adalah perkara yang paling dahsyat, dimana
Allah akan memberikan posisi paling mulia pada orang-orang yang bertakwa dengan
sesungguhnya takwa. Dalam ibadah haji dan berpuasa pun dinyatakan untuk
orang-orang yang bertakwa. Dalam Surat Tha Ha [20]:132 dinyatakan “Dan
perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.
Orang yang dikatakan takwa yang sebenar-benarnya
adalah orang yang bertakwa dengan 3 sendi dasar takwa yaitu:
1.        
Orang-orang yang selalu
mentaati Allah dan tidak pernah berfikir sedikitpun untuk berdurhaka kepada
Allah. Dalam artian bahwa manusia bertakwa adalah yang melaksanakan Islam
secara kaffah.
2.        
Hamba yang selalu bersyukur dan
tidak pernah ‘ngersulo’ kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi.
Dalam kondisi berlebihan/bahagia, manusia sudah biasa dan selalu siap untuk
bersyukur. Alhamdulillah, hari ini dapat rejeki, Subhanallah, saya dapat
promosi jabatan dan sebagainya. Akan tetapi yang perlu diingat, kita sering dan
bahkan selalu lupa untuk tetap bersyukur pada saat mendapat musibah. Selalu ada
komplain dan alasan kenapa kita mendapat musibah ini dan itu. Lalu bagaimana
cara kita bersyukur pada saat mendapat musibah? Ada 4 tahapan yang bisa
dilakukan :
(a) Yakinkan diri bahwa musibah adalah ketentuan Allah. Dalam QS.
Al-Hadid [57] : 22 Allah berfirman “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan
yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz)
sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.
(b) Yakini bahwa musibah adalah yang terbaik dari Allah, hanya
kadang-kadang kita terlambat mengetahui hikmahnya. Dalam QS. Al-Mulk [67] : 2
disebutkan “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”. Dalam
hadits  riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi
Rasul bersabda bahwa siapa yang dikehendaki baik oleh Allah sungguh hamba itu
akan diuji terlebih dahulu.
(c)  Setiap musibah yang kita dapatkan merupakan awal kecintaan Allah
kepada kita sebagai makhluk-Nya, oleh karena itu kita perlu diuji. Dalam Qur’an
disebutkan “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan
mengatakan ‘Kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah
menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang
yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut [29]
: 2-3).
(d) Allah punya maksud ketika hamba-hamba-Nya diberi musibah maka hal
itu untuk mengurangi dosa-dosa kita. Hal ini dimaksudkan agar ketika menghadap
Allah nantinya ketika sudah mati kita tidak membawa dosa yang menumpuk. Kita diajarkan
untuk bersabar mendapatkan mmusibah, karena apa yang mungkin kita pikir baik
belum tentu baik di mata Allah. Dalam Surat Al-Hadid [57] : 23 Allah berfirman
“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak
pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
3.        
Hamba yang bertakwa adalah
hamba yang selalu mengingat Allah di saat sendiri maupun disaat ramai.

Untuk urusan bertakwa ini jangan kita bertakwa
sendirian, janganlah kau ‘patheng’ (rajin red.) sendirian dalam
beribadah kepada Allah.Ketika kita rajin mendatangi majlis pengajian ranting,
pengajian Ahad Pagi tetapi istri/suami dan anak-anak, dan mungkin juga pembantu
kita tidak diajak. Kadang juga kita bersikap acuh terhadap kemunkaran di
sekitar kita, kita terlalu memikirkan ibadah kita hingga melupakan tugas kita
sebagai kader Muhammadiyah yaitu ber-amar makruf nahi munkar. Seorang mukmin
yang bergaul di tengah masyarakat yang buruk/hancur dan dia tetap bersabar dan
istiqomah maka nilainya lebih baik daripada seorang mukmin yang tidak bersabar
terhadap masyarakatnya dan menjauhi (hijrah) dari lingkungannya yang
buruk/hancur. Jangan harap cita-cita Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya akan terwujud apabila kita masih bersifat
individualis dalam beribadah dan bertakwa kepada Allah tanpa memikirkan juga
keadaan keluarga, saudara dan masyarakat sekitar. Billahi Fii Sabilil Haq,
Fastabiqul Khoirot.

Pengajian Rutin Bulan April 2014 PRM Gumuk Kerang – PCM Sumbersari Kab. Jember
Pengisi : Ustadz Nugroho Abdul Hadi (PCM Rambipuji -Jember)