Dulu Dibenci Sekarang Dipuji; Menjawab Klaim Sebagian Warga NU terhadap KH. Ahmad Dahlan

Dahulu kalian hancurkan langgar Kiyai Ahmad Dahlan
Dahulu kalian mengkafir – kafirkan Kiyai Ahmad Dahlan karena tasyabuh dengan wong londo

Dahulu kalian anggap Kiyai Ahmad Dahlan nyeleneh karena meluruskan arah kiblat
Sekarang kalian mengklaim bahwa Kiyai Ahmad Dahlan bagian kalian
dan kalian tuduh kami sebagai pengkhianat Kiyai Ahmad Dahlan
Apakah itu bukan sikap seorang penjilat?
Kalau kalian benar-benar pengikut kyai Dahlan yang asli dan kami pengkhianat
Kenapa dahulu kalian membuat Kyai Dahlan menangis?
Kenapa dahulu kalian membuat Kyai Dahlan dikucilkan sehingga ingin hijrah dari Kauman ?
Kami yang oleh kalian disebut pengkhianat Kyai Dahlan dan  kalian tuduh pengikut wahabi
Adalah kami yang menemani kyaiDahlan ketika dizhalimi,
Adalah kami yang merelakan jiwa kami untuk ikut dikucilkan bersama Kyai Dahlan,
Adalah kami yang menyumbangkan tenaga dan harta mendukung perjuangan Kyai Dahlan
Sekarang kalian sebut kami pengkhianat kyai Dahlan ?
Sedangkan kalian yang dahulu memusuhi kyai Dahlan
mengklaim sebagai pengikut sebenarnya Kyai Dahlan?
Sungguh sulit untuk dimengerti.
Beberapa waktu terakhir terbit sebuah buku yang berjudul Muhammadiyah itu NU. Isi buku tersebut sudah bisa ditebak yakni mengenai kitab fiqih awal Muhammadiyah yang isinya dianggap sejalan dengan pemahaman fiqh NU sekarang. Isu ini sebenarnya sudah ada sejak jauh-jauh hari, namun warga NU baru berani membukukan opini mereka sekarang. Apa yang ingin warga NU lakukan dengan menerbitkan buku tersebut? Warga NU ingin menggiring masyarakat khususnya kaum nahdiyin bahwa Muhammadiyah yang sekarang ini bukanlah Muhammadiyah yang asli. Muhammadiyah sekarang sudah dioplos dengan ajaran-ajaran wahabi, dikarenakan KH. Ahmad Dahlan sendiri mengamalkan amaliah-amaliah NU seperti qunut subuh dan shalat tarawih 20 rakaat.
Mereka mengatakan bahwa ajaran asli KH. Ahmad Dahlan itu ditahrif (dirubah) semenjak kehadiran Majelis Tarjih pada tahun 1927 dibawah pimpinan KH. Mas Mansur. Mereka menganggap bahwa Majelis Tarjih adalah komplotan wahabi yang mengkhianati KH. Ahmad Dahlan. Oleh karena itu mereka berani menyimpulkan bahwa Muhammadiyah itu sebenarnya ya sama dengan NU, hanya sekarang Muhammadiyah dikuasai kelompok wahabi dan sudah bukan Muhammadiyah yang asli lagi. Sungguh keji sekali tuduhan
mereka.
Menarik melihat tindak-tanduk mereka akhir-akhir ini, mereka seolah-olah dekat dan sangat simpati dengan Kyai Dahlan. Ada buku-buku lain yang mereka terbitkan mengenai kedekatan KH. Ahmad Dahlan dengan Kyai Hasyim Asyari dan The Untold Story Kyai Ahmad Dahlan. Walaupun otentisitas buku itu masih diragukan, salah satunya buku The Untold Sory Kyai Ahmad Dahlan sudah dibantah oleh Keluarga Besar KH Ahmad Dahlan tentang ontentitas isinya dan sudah kami ulas silahkan baca di  Kebohongan Buku The Untold Story KH. Ahmad Dahlan Namun mereka dengan sangat percaya diri memperkuat klaim di atas, bahwa yang berhak menjadi pengikut Kyai Dahlan itu ya mereka, warga NU. Warga Muhammadiyah sekarang sudah bukan warga Muhammadiyah yang asli, tapi sudah dioplos dengan wahabi.
Sayangnya mereka seolah lupa akan sejarah, dahulu mereka menghancurkan langgar kidul kyai Ahmad Dahlan. Dahulu mereka mengkafir-kafirkan kyai Ahmad Dahlan karena tasyabbuh dengan wong londo. Dahulu mereka menganggap Kyai Dahlan itu nyeleneh karena berani menentang tradisi yang mengancam otoritas mereka. Sekarang mereka begitu baik dan mengklaim bahwa Kyai Dahlan adalah bagian dari mereka. Apakah ini bukan bagian dari sikap menjilat?
Kalau mereka benar-benar pengikut kyai Dahlan yang asli dan kami pengkhianat, kenapa dahulu mereka membuat Kyai Dahlan menangis? Kenapa dahulu mereka membuat Kyai Dahlan ingin hijrah dari Kauman dikarenakan sudah dikucilkan oleh masyarakat? Kami yang oleh kalian disebut pengkhianat Kyai Dahlan, pengikut wahabi, kami adalah yang menemani kyai Dahlan ketika dizhalimi, kami yang merelakan jiwa kami untuk ikut dikucilkan bersama kyai Dahlan, sekarang kami kalian sebut pengkhianat kyai Dahlan? Sedangkan kalian yang dahulu memusuhi kyai Dahlan menganggap kalian pengikut sebenarnya kyai Dahlan? Sungguh
sulit untuk dimengerti.
Sekarang mari kita bahas mengenai tuduhan
mereka, yaitu kami mengkhianati kyai Dahlan karena memutuskan dan
mengamalkan fiqh yang berbeda dengan kitab fiqh Muhammadiyah generasi
awal. Pada dasarnya fiqh adalah pemahaman manusia terhadap nash-nash
agama, karena pemahaman akal, maka sifatnya tidak benar-benar mutlak,
melainkan dianggap mendekati kebenaran. Oleh karena itu dalam persoalan
fiqh dari zaman dahulu hingga kini sering terjadi perbedaan atau
perubahan pendapat, hal tersebut bukanlah suatu hal yang tabu. Contohnya
Imam Syafii pernah berubah pendapat, yakni dari qaul qadiim ke qaul
jadiid. Lalu antara Imam Abu Hanifah dengan ulama Hanafiyah juga sering
berbeda pendapat. Misalnya Imam Abu Hanifah pernah berpendapat bahwa
pembagian ghanimah itu sama jumlahnya untuk pasukan berkuda dengan yang
tidak berkuda. Sedangkan Abu Yusuf berpendapat bahwa pembagian ghanimah
itu berbeda antara pasukan berkuda dengan pasukan yang tidak berkuda.
Dari sana kita faham bahwa perubahan pendapat dalam fiqh itu adalah
sesuatu yang wajar, bukan aib. Apakah ketika Imam Syafii mempunyai qaul
qadim dan qaul jadid Imam Syafii tidak konsisten? Apakah ketika Abu
Yusuf berbeda pendapat dengan Abu Hanifah berarti Abu Yusuf pengkhianat
Abu Hanifah? Kan tidak seperti itu, biasa-biasa saja. Sekarang kasusnya
adalah amalan fiqh kyai Dahlan berbeda dengan keputusan majelis tarjih,
apa bedanya dengan kasus di atas? Ya bisa dibilang kitab fiqh jilid awal
itu qaul qadiim, dan keputusan majelis tarjih itu qaul jadid. Bahkan
majelis tarjih pun pernah mengubah keputusannya sendiri, misalkan dahulu
majelis tarjih sempat mengharamkan memasang foto kyai Dahlan karena
takut dikultuskan, namun direvisi sehingga diperbolehkan. Perubahan
hukum fiqh itu biasa-biasa saja.
Sayangnya ada pihak-pihak yang
mendramatisir seolah-olah ketika majelis tarjih berbeda dengan kyai
dahlan maka majelis tarjih pengkhianat. Mereka lupa bahwa antara Imam
Syafii dan ulama syafiiyah pun ada ikhtilaf. Misalkan dalam kitab Imam
Syafii yang namanya niat sholat itu di dalam hati, namun ulama-ulama
syafiiyah ada yang berbeda pendapat bahwa niat shalat itu baiknya
dilafazhkan. Sekarang apakah berarti ulama syafiiyah itu pengkhianat
Imam Syafii? Kawan-kawan pasti sakit hati kalau dituduh begitu.
Begitupun kami yang sangat sakit hati dituduh pengkhianat kyai Dahlan.
Yang jelas kalau majelis tarjih melakukan suatu revisi atau merubah
keputusan tentu tidak asal-asalan, melainkan dengan pemikiran yang
sangat cermat dan hati-hati. Majelis Tarjih punya manhaj tarjih yang
dengannya melakukan istinbath hukum, setiap keputusan yang dikeluarkan
tarjih telah melalui prosedur yang sesuai dengan manhaj tarjih.
Dalam merespon hal ini, ada beberapa tokoh Muhammadiyah yang mengatakan
bahwa Muhammadiyah itu bukan dahlaniyah. Sekilas perkataan ini memang
bagus, karena berarti kami tidak mengkultuskan kyai Dahlan. Namun kami
berpendapat bahwa selayaknya Muhammadiyah itu ya dahlaniyah.
Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dengan Kyai Dahlan sebagai
pendirinya. Hanya pemahaman dahlaniyah disini bukan semata-mata kita
mengikuti beliau secara harfiah, namun kita mengikuti spirit yang
diajarkan kyai Dahlan. Spirit yang diajarkan kyai Dahlan antara lain
rasionalitas dalam beragama serta teologi pembebasan. Takhayul adalah
lawan dari rasionalitas dalam berfikir, maka kyai Dahlan sangat mengecam
tindakan-tindakan umat Islam yang mengungkung diri dalam takhayul
sehingga tidak mau untuk maju. Sebagai ganti dari takhayul maka berfikir
rasional adalah suatu keharusan, maka dalam matan ideology Muhammadiyah
disebutkan bahwa Muhammadiyah itu adalah bersumber dari Al Quran dan as
Sunnah dengan menggunakan akal fikiran yang sesuai dengan spirit ajaran
Islam. Berbeda dengan slogan sebagian kawan kita yang berpendapat bahwa
al quran dan sunnah harus difahami dengan pemahaman salafush shalih,
tidak ada dalam matan resmi ideology Muhammadiyah yang mengatakan
seperti itu, namun dalam Muhammadiyah jelas Al Quran dan sunnah itu
harus difahami oleh akal fikiran.
Muhammadiyah dikenal sebagai anti
terhadap TBC (Takhayul, Bidah dan Churafat), bukan apa-apa, TBC inilah
yang membuat umat Islam tidak rasional dalam berfikir dan kurang
produktif. Takhayul dan khurafat membuat umat Islam larut dalam
mitologi-mitologi sehingga akal fikirannya tidak digunakan. Bidah
membuat umat Islam sibuk dengan ibadah yang ditambah-tambahkan sehingga
waktu untuk bekerja menjadi khalifah di muka bumi berkurang dan tersita
oleh aktifitas-aktifitas bidah. Implikasi dari meninggalkan takhayul dan
khurafat adalah berfikir rasional dan implikasi dari meninggalkan bidah
adalah produktivitas yang tinggi dalam bekerja.
Lalu yang kedua
adalah spirit teologi pembebasan yang diwujudkan oleh kyai Dahlan
melalui pemahaman terhadap surat Al Maun. Islam bagi kyai Dahlan tidak
boleh hanya sekedarmenjadi agama yang ritual an sich, namun Islam harus
juga mempunyai kepedulian social. Tidak perlu diceritakan lagi sebuah
kisah yang sudah terlalu sering kita dengar mengenai kyai Dahlan yang
mengulang-ulang surat Al Maun kepada muridnya. Hanya memang tantangan
zaman dan kyai Dahlan dan yang kita hadapi sekarang berbeda, zaman kyai
Dahlan mendirikan amal usaha adalah langkah jitu dalam menyelesaikan
persoalan pada waktu itu. Namun zaman ini dengan tantangan yang semakin
kompleks, perlu ada interpretasi ulang terhadap surat Al Maun agar tetap
relevan menjawab tantangan zaman.
Muhammadiyah itu dahlaniyah,
tidak bisa tidak. Dahlaniyahnya dalam bidang apa? Ya dalam bidang
rasionalitas dan teologi pembebasan tadi. Jadi kita jangan memahami
bahwa mengikuti kyai Dahlan itu sebagai mengikuti gaya pakaian beliau
yang pakai baju londo, atau kyai Dahlan bermain biola maka kita juga
ikut-ikutan belajar biola karena ingin mengikuti sunnah kyai Dahlan,
tapi spiritnya itu lho yang harus diambil. Jika kita bisa mengambil
spirit beliau tadi, maka kami berpendapat bahwa masih relevan statement
bahwa Muhammadiyah adalah dahlaniyah dan harus dahlaniyah, tidak bisa
tidak.
Terakhir kami memohon maaf kepada sebagian warga NU yang
mungkin tersinggung dengan tulisan di atas, bukan maksud kami mengungkap
luka lama, namun ini respon kami terhadap perilaku sebagian warga NU
yang hemat kami belum bisa berfikir bijak. Gus Dur itu sudah berfikiran
jauh mengenai toleransi dan pluralism, anehnya murid-muridnya Gus Dur
ini kok masih sibuk mengurusi tarawih 20 rakaat dan qunut kyai Dahlan.
Apa kalian tidak malu sama Gus Dur? Mungkin di alam sana Gus Dur sedih,
ini kok wong NU mengusik Muhammadiyah dengan isu-isu yang gak penting.
Jadi marilah kita saling memahami dan menghargai. Sekali lagi kami
meminta maaf.
Nashrun Minallah wa Fathun Qariib..( McD)# Tulisan lanjutan bisa dibaca di link ini : KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammadiyah

# PENTING untuk dibaca juga tulisan kami yang membahas persoalan Tarjih dan Tajdid di Muhammadiyah yang kami sampaikan dalam ” Trilogi Fiqih Muhammadiyah “

session 1 : Fiqih Ahmad Dahlan dan Majelis Tarjih  
session 2 : Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah ( Merujuk Al Qur’an dan Sunnah Makbullah ) 
session 3 : Tajdid, Manhaj Tarjih dan Produk Hukum Majelis Tarjih
 

# Silahkan bergabung di : Group Facebook Muhammadiyah Gerakan Islam Berkemadjoean