Apa Kata Dr.Najih Ibrahim ( Aktivis Mesir) Tentang Demokrasi ?

Mesir– Siang ini (22/3) Kru SINAR MUHAMMADIYAH Mesir mendapat kesempatan untuk mereguk lautan ilmu di kediaman Dr.Najih Ibrahim tepatnya di Alexandria. Beliau merupakan Dokter, Dai, dan juga aktivis pergerakan. Kru SINAR MUHAMMADIYAH dalam kunjungan ini berdialog dengan beliau terkait tema menjelang pagelaran akbar 9 April mendatang.
Pertanyaan dibuka mengenai upaya umat Islam pasca runtuhnya kekhalifahan Utsmani pada tahun 1924 M. Hampir sembilan puluh tahun upaya-upaya pendekatan dan pemersatuan digalakkan namun umat Islam belum menemukan formasi yang tepat. Beliau menekankan mengenai urgensitas persatuan seperti halnya Uni Eropa yang mana dengan demikian umat Islam dapat saling menjalin kerjasama politik, ekonomi,dll. Terkait sistem yang digunakan untuk mempersatukan umat, kekhilafahan merupakan langkah paripurna setelah melalui serangkaian proses yang panjang. Namun, konsep khilafah disini perlu digaris bawahi bukan dengan wajah lama, seperti zaman terdahulu. Dibutuhkan konsep baru yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan kondisi di tubuh umat sendiri. Khilafah diharapkan tidak hanya jargon dalam ungkapan namun realitanya bertentangan dengan wajah Islam itu sendiri.
Ketika para kru bertanya mengenai sistem demokrasi dan juga implikasinya di belahan dunia khususnya tanah air, sehingga memungkinkan banyak caleg dari artis, sopir, hingga satpam yang tidak memiliki background politik untuk ikut andil dalam peletak kebijakan politik. Beliau menilai bahwa harus dibedakan antara kebebasan dan demokrasi. Demokrasi bukanlah kebebasan mutlak tanpa aturan. Namun, sejatinya demokrasi itu memiliki banyak faktor yang harus dipenuhi. Disisi lain, demokrasi tidak berasal dari pemerintahan, namun justru berasal dari diri individu sehingga proses demokrasi dapat memajukan peradaban seperti halnya di Jepang, Korea Selatan,dll. 
Masih penasaran bagaimana kelanjutannya?tunggu majalah SINAR MUHAMMADIYAH edisi 55 hadir untuk anda. [sp/pcim mesir]