Muhammadiyah Rebutan Umat dengan MTA ?

Belum lama ini, seorang kawan bercerita di kampungnya akan segera dibangun gedung MTA. Saya sedikit tahu tentang kampung itu, sebab memang dulu beberapa kali sempat berkunjung ke sana. Penduduk di kampung yang terletak di lereng selatan Gunung Merapi itu sebagian memang aktif sebagai kader Muhammadiyah, mereka umumnya menjadi tokoh masyarakat yang diikuti sehingga sebagian lain yang aktif di NU lebih cenderung pasif. Meski diam-diam mereka juga memendam hasrat ingin mengamalkan lagi tradisi NU.

Sekian lama berdampingan dengan NU, memang belum terlihat adanya kegelisahan, hanya akhir-akhir ini saja, ketika mereka mulai berani untuk nyadran, mauludan dan sejenisnya. Di sisi lain, pengajian MTA mulai menarik perhatian sebagian kader Muhammadiyah. Tak hanya lokalan, bahkan sebagian juga rela jauh-jauh ngaji ke Solo. Memang penulis sendiri mengakui, kajian ala MTA cukup sederhana dan mengena, umat mendapat jawaban singkat dan cepat atas persoalan yang dihadapi, meski mungkin tak tepat apalagi akurat.

Di desa saya sendiri geliat MTA pelan tapi pasti terus merambat. Saya ingat beberapa bulan lalu ingin belajar membuat radio dakwah ke Semin Gunung Kidul. Ternyata tak lama kemudian dapat kabar, di desa penulis telah berdiri pemancar radio yang didirikan kader Muhammadiyah untuk menyiarkan siaran MTA. Beliau dulu juga sempat meminjamkan flashdisk berisi kajian MTA. Beberapa giga. Sebagian lainnya juga rutin ngaji MTA ke Kulon Progo, sekali-dua kali ngaji ke Solo.

Dua cerita itu hanyalah sedikit dari sekian banyak realitas yang terjadi saat ini di masyarakat. Dalam sebuah kajian yang diadakan oleh MPK PCM, MTA diakategorikan sebagai salah satu ‘pesaing’ untuk Muhammadiyah. Dengan kenyataan ini, apakah selanjutnya kita akan menyalahkan MTA? Ketika nanti aset dan umat lebih memilih ke MTA? Seperti sebelumnya telah ‘menyalahkan’ NU dan PKS. Seperti pernah penulis obrolkan dengan seorang kawan, dengan perumpamaan warung makan. Jika ada warung makan baru lebih ramai pembeli dengan warung makan kita, apakah kita akan membakar warung makan yang baru itu? Atau kita memperbaiki warung kita agar lebih menarik. Orang bergabung dengan lembaga dakwah/ormas bukan hanya ingin mencari kebenaran tetapi mereka juga ingin merasakan bagaimana proses itu berlangsung dengan nyaman. Maka, mari kita benahi Muhammadiyah ini agar lebih menarik dan nyaman.
*) Penulis adalah anggota PRPM Sendangagung, bergabung dengan PM sejak tahun 2001
sumber:pcpmminggir