Mewaspadai Pemikiran Waroqoh bin Naufal Palsu

DR Robert Paul Walean, Misionaris Kristen Advent Mengaku sebagai Waroqoh bin Naufal
 Abu Deedat Syihab, MH
source: SI Online
Robert Walean
Sejak ratusan tahun lalu, para misionaris Kristen di Indonesia sudah berusaha keras ingin mengubah bangsa Indonesia–yang mayoritas Muslim–menjadi sebuah negara Kristen.  Sejak dulu, kaum misionaris Kristen selalu menggambarkan bahwa Indonesia adalah daerah yang diberkati Tuhan, yang siap menerima agama Kristen. Buku Sedjarah Geredja karanganDr.H.Berkhof dan I.H.Enklaar, Penerbit: Badan Penerbit Kristen (BPK), Tahun 1962, telah menggariskan urgensi dan strategi menjalankan misi Kristen di Indonesia:
“Boleh kita simpulkan, bahwa Indonesia adalah suatu daerah Pekabaran Indjil yang diberkati Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit Firman Tuhan. Djumlah orang Kristen Protestan sudah 13 juta lebih, akan tetapi jangan kita lupa…. di tengah-tengah 150 juta penduduk! Djadi tugas Sending gereja-gereja muda di benua ini masih amat luas dan berat. Bukan sadja sisa kaum kafir yang tidak seberapa banyak itu, yang perlu mendengar kabar kesukaan, tetapi juga kaum Muslimin yang besar, yang merupakan benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan2 Indjil.”
Para misionaris Kristen bertekad untuk mengkristenkan Indonesia. Segala daya upaya mereka kerahkan. Gereja-gereja terus dibangun di mana-mana, Rumah, Ruko dan Mall-pun dijadikan tempat ibadah yang mereka klaim sebagai gereja untuk memuluskan misi mereka. Gereja-gereja dan gerakan misi terus bergerak untuk meraih tujuan, yang ditegaskan pada sampul belakang buku ini: “Supaya semua gereja yang ada di Indonesia dapat bersatu sehingga Indonesia dapat mengalami transformasi dan dimenangkan bagi Kristus.” Kini, sejumlah tokoh misi Kristen di Indonesia mendeklarasikan bahwa Indonesia merupakan sebuah negeri yang siap melakukan transformasi besar-besaran, menjadi negeri Kristen. Ibarat lahan, Indonesia sudah siap panen.
Dalam buku berjudul Transformasi Indonesia: Pemikiran dan Proses Perubahan yang Dikaitkan dengan Kesatuan Tubuh Kristus (Jakarta: Metanoia, 2003), menggambarkan ambisi dan harapan besar kaum misionaris Kristen di Indonesia tersebut.
Buku setebal 97 halaman ini merupakan kumpulan artikel dari berbagai tokoh Kristen dan aktivis misionaris di Indonesia, seperti Pdt. Natan Setiabudi, Niko Njotorahardjo, Bambang Widjaja, Eddy Leo, Ery Prasadja, Iman Santoso,  Jeff Hammond, Rachmat T. Manulang, Jonathan Pattiasina, dan Daniel Pandji.

Dari sejak dulu, kaum misionaris Kristen sudah menyadari dan merasakan, bagaimana susah dan beratnya melaksanakan tugas misinya ke dunia Islam, dan mereka sudah kehilangan akal untuk mengkristenkan kaum muslimin, dari cara yang halus sampai cara  yang kasar.
Lihat  Jurnal Misi Kristen The Moslem World edisi Oktober 1946 mengutip ungkapan J. Christy Wilson, seorang Misionaris Kristen: “Evangelism for Mohammedans is probably the most difficult of all missionary tasks.” Seperti disebut sebelumnya, Berkhof juga menyebut, bahwa “kaum Muslimin yang besar yang merupakan benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan2 Indjil”. Dr. Sidjabat  juga mengakui: “Pekabaran Indjil di Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi “challenge” Islam di negara gugusan ini…”. Itulah program, tekad, dan tantangan kaum misionaris Kristen?
Bagi kaum muslimin dan pembaca Majalah Tabligh, penulis menghimbau agar selalu waspada terhadap sepak terjang Pendeta dan Misionaris Kristen yang ingin memurtadkan kaum muslimin, termasuk  Pendeta Robert Paul Walean (RPW)  dari Kristen Advent yang sudah banyak meresahkan umat Islam–sebagaimana telah dimuat Majalah Tabligh beberapa edisi yang lalu–; Pertama,  Robert Walean berkolaborasi dengan aliran sesat Al Qiyadah Islamiyah Pimpinan Rasul Palsu Ahmad Musodek, bahwa RPW berperan sebagai Waroqoh bin Naufal. Kedua, RPW mendirikan Islam hanif dalam rangka menipu umat Islam dengan ciri ibadahnya bukan hari Jum’at tetapi wajib mengkuduskan hari Sabat dan menerima juru penebus/juru selamat yaitu Isa almasih/yesus kristus. Ketiga, menyelewengkan makna Al Qur’an terutama  surat Al Fatihah dan surat an-Naas.
Untuk menghilangkan kecurigaan umat Islam terhadap bukunya, Robert menyatakan bahwa umat Islam Hanif akan masuk surga, jadi umat Kristiani tidak perlu berusaha mengkristenkan umat Islam, tidak perlu Kristenisasi. Robert menegaskan, “Islam Hanif bukan ajaran Kristen. Islam Hanif adalah ajaran yang ada dalam Al Qur’an” (hlm. 5). “Tujuan pekabaran bukan untuk mengkristenkan, tapi untuk membawa orang agar diselamatkan di akhirat nanti… Baiklah umat Islam tetap menjadi Islam, tapi harus menjadi Islam Hanif” (hlm. 10).
Metode penginjilan/pemurtadan musang berbulu ayam menjadi khas yang dilakukan oleh Pendeta Robert Paul Walean dari Kristen Advent. Dalam buku Alkitab Menubuatkan Islam Hanif Akan Masuk Surga yang ditulis aktivis Gereja Advent ini merekayasa Agama Islam Hanif untuk menyesatkan akidah umat Islam ke dalam kekristenan. Menurut Robert, agama Islam yang benar adalah agama Nabi Ibrahim yang hanif yang beribadah pada hari Sabtu. Robert menulis:
“Ajaran Islam Hanif berpatokan pada Kitab Al Qur’an dan Kitab-kitab sebelumnya. Ayat utama ajaran Islam Hanif adalah pada Al Qur’an surat An-Nahl 123: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu Muhammad: “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” Jadi, agama Islam yang benar adalah agama Nabi Ibrahim yang hanif… Cara ibadahnya tertulis pada ayat 124 surat yang sama (An-Nahl): “Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.” (hlm. 14-15)
Dari cuplikan uraian itu, jelaslah bahwa Robert sedang melakukan Kristenisasi berkedok Islam Hanif, karena ia mengemas doktrin Kristen Advent dengan label “Islam Hanif” untuk dijajakan kepada umat. Ayat-ayat Al Qur’an sudah benar karena ia adalah wahyu Allah Swt yang Maha Benar. Tetapi penyalahgunaan terhadap ayat-ayat tersebut mengakibatkan Robert tersesat dari teladan Nabi Ibrahim yang hanif.
Penulis Meluruskan Kebohongan RPW yang mengaku sebagai Waraqah bin Naufal sebagai berikut.
Dosa Warisan dan Penebusan Dosa
Al Qur’an tidak pernah mengajarkan dosa warisan Adam dan penebusan Dosa lewat  Pemantekan Yesus di tiang Salib.
  1. Al Qur’an menolak dogma Dosa Warisan Adam; Doktrin dosa warisan Nabi Adam oleh darah dan kematian Yesus terbantah oleh fakta bahwa turunnya Adam dan Hawa dari sorga ke dunia tidak menyebabkan adanya Dosa Waris. Allah Yang Maha Adil, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun senantiasa mengampuni dosa hamba-Nya yang bertobat (Q.S. Az-Zumar : 53-54).Dengan sifat-sifat itu, Allah menjanjikan rahmat dan ampunan kepada hamba-Nya yang bertobat dari dosa-dosanya (Q.S. Al Ma’idah : 74). Maka Allah tidak akan membiarkan manusia bergelimang dosa dan senantiasa membuka pintu ampunan kepada orang yang mau bertobat. Sebelum keluar dari sorga, Adam dan Hawa telah bertobat nashuha:“Keduanya (Adam dan Hawa) berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi” (Q.S. Al-A’raf 7 : 23).
Maka Allah menerima tobat itu saat itu juga: “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” (Q.S.  Al Baqarah : 37). “Kemudian Tuhan memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk” (Q.S.  Thaha : 122).
Sesuai dengan konsep tersebut, Rasulullah Saw bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci…” (Hadits shahih riwayat Bukhari).
  1. Al Qur’an membantah Penebusan Dosa lewat pemantekan Yesus di tiang Salib, di antaranya:“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya, dan dia mendapatkan siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…” (Q.S. Al Baqarah : 286; baca juga: Al Baqarah : 123,  Al An’am : 164, Al Isra : 15, Luqman : 33,  Yasin : 54,  An-Najm : 38-39 dan  At-Thur : 21).
  2. Sebenarnya, jika jeli terhadap kitab sucinya, Sdr. Robert tidak perlu bersusah payah memelintir kitab suci Al Qur’an untuk mendukung doktrin penebusan dosa & dosa warisan. Karena  Alkitab (Bibel)  pun menolak doktrin penebusan dosa & dosa warisan sebagai berikut:
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayah­nya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya…” (Yehezkiel 18: 20).
“Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri” (Ulangan 24:16; bdk: Yeremia 31:29-30, II Tawarikh 25:4). [ ]