Kehidupan rumah tangga Rosulullah penuh dengan ekspresi cinta. Itu sebabnya dakwah Islam mengalami kesuksesan. Setiap orang pasti memiliki cara tersendiri dalam mengkespresikan cinta kepada sang pujaan hati. Ada orang yang mengespresikan cintanya dengan bunga, sepotong coklat atau dengan kata-kata puitis. Orang mengkespresikan cinta dengan bunga, mengangap pesona keindahan bunga bisa mewakili beribu perasaan hati yang tidak bbisa diungkapkan dengan kata-kata. Orang yang mengkespresikan cinta dengan sepotong coklat, menganggap coklat mempunyai sensasi rasa yang manis, legit, dan digemari banyak orang. Sementara orang yang mengkespresikan cinta dengan rangkaian kata-lkata puitis, beranggapan perempuan suka dengan komunikasi verbal. Apalagi bila rangkaian kata yang indah tersebut terucap langsung dari bibir sang suami tercinta.
Setiap aktifis dakwah di minta untuk selalu mengkespresikan cintanya pada pasangannya. Sebagaimana Rosulullah SAW mengekspresikan cintanya pada para istrinya. Beliau pernah memanggil ‘Aisyah dengan sebutan humaira, yang berarti pipi kemerah-merahan. Tentu saja ekspresi cinta berupa pujian ini melambungkan hati ‘Aisyah. Rosulullah pun tidak malu menyatakan cinta pada ‘Aisyah ketika ada seorang sahabat yang bertanya tentang siapa yang dicintainya oleh Nabi, dari golongan laki-laki Rosulullah menjawab Abu bakar, dari golongan perempuan adalah ‘Aisyah. Bila melihat dari kehidupan rumah tangga Rosulullah, semestinya rumah tangga para aktifis dakwah juga mengikutinya. Apalagi aktifis dakwah adalah panutan masyarakat. Masyarakat akan menganggap negatif, bila rumah tangga seorang aktifis berantakan. Apalagi bila sampai terjadi perceraian yang disebabkan tidak terekspresikannya rasa cinta secara sehar di dalam rumah tangganya.
Tujuan berkeluarga tidak hanya untuk bersenang-senang dan memiliki keturunan saja, tetapi juga sebagai ladang amal. Di dalam berkeluarga juga ada aktifitas beribadah dan berdakwah. Banyak sekali kita menemukan para aktifis dakwah yang redup dalam berdakwah setelah berkeluarga. Mereka sibuk dengan urusan keluarganya. Padahal sejatinya, dengan berkeluarga para aktifis dakwah diharapkan memperoleh darah baru yang akan menyegarkan semangat dalam berdakwah.
Ninih Muthmainnah, istri KH Abdullah Gymnastiar menulis kata pengantar dalam buku bersamanya dengan penulis Irawati Istadi yang berjudul Mengenalkan Allah dengan Cinta, dalam kata pengantar tersebut dia menceritakan pengalaman ruhaninya ketika menunaikan ibadah haji bersama suami.
Saat perjalanan haji itu Teh Ninih, begitu biasa ia disapa, mencoba untuk lebih banyak andiri dalam melaksanakan rangkaian ibadah haji. Pengalaman luarbiasa pun sempat dirasakan ketika ia tiba-tiba memiliki keinginan kuat untuk mendekat ke pintu Ka’bah, Multazam. Hal ini seperti mustahil, karena ia melakukan sendirian menerobos dan melawan arus ribuan manusia yang berthawaf mengitari Ka’bah. Allah memberi kemudahan. Tiba-tiba Teh Niniih memeiliki kekuatan luar biasa untuk menembus jamaah haji yang berjubel mengitari Ka’ah. Begitupun ketika ia harus menerobos keluar dari daerah Multazam untuk melanjutkan Thawaf.
Maka ketika sudah berkeluarga seharusnya setiap pasangan Muslim harus lebih bersemangat dalam menyebarkan dakwah Islamiyah. Tidak malah keluarga menjadi penghambat untuk melakukan tugas dakwah. Tetaplah berdakwah sesuai dengan kemampuan dan bidang yang Anda kuasai. Karena berdakwah setelah berkeluarga merupakan ekspresi cinta kepada Allah, sebagaimana yang telah dilakukan pula oleh Rosulullah berserta keluarga dan paras sahabatnya. (Di sadur dari Majalah Hidayatullah, Edisi 06 – Oktober 2010)
sumber: saifuddinzuhrie